7 | PERANGKAP NERACA

151 42 7
                                    

Paginya, sekitar pukul sepuluh lewat beberapa menit, aku dan Dahlia mendapat panggilan ke ruang pertemuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paginya, sekitar pukul sepuluh lewat beberapa menit, aku dan Dahlia mendapat panggilan ke ruang pertemuan. Ruang yang kemarin kusebut sebagai perpustakaan mini, tempat di mana Kubus Metatron terbuka. Kami tidak diberitahu alasan apa yang membuat kami harus segera pergi ke sana. Namun setibanya di ruang pertemuan, mataku langsung menangkap sosok Hiro, Aiden, dan dua orang pengikutnya yang tersisa di sekeliling meja hitam mengkilap. Keempat cowok itu sedang berdiskusi serius saat kami melangkah masuk.

Mendadak saja aku merasa ada yang tidak beres di sini.

"Ada apa ini?" Dahlia menyuarakan pertanyaan yang baru saja akan kuucapkan.

Mereka bergeser untuk memberi kami ruang di sisi meja yang tak seberapa lebar itu. Pandanganku seketika mendarat pada sesuatu di atas meja. Sebuah kalung berantai halus. Yang setelah kuperhatikan lebih teliti, ternyata memiliki mata dari batu yang dua kali lebih gelap dari permukaan meja.

"Ini bukannya kalung Osric?" Dahlia sedikit memajukan tubuhnya ke depan. Terdengar tak percaya sekaligus takjub. "Dia gak pernah melepas kalungnya dengan sembarang."

"Itulah kenapa kita berkumpul di sini." Aiden meraih kalung itu dan mengangkatnya ke udara. "Osric menghilang."

Aku dan Dahlia saling melempar pandang cemas.

"Bagaimana mungkin?"

"Waktu gue dan Hiro nyusul dia di Amtrum," Aiden menatapku penuh arti, "itu tempat di mana benda semacam Kubus Metatron ditempa, kami diberitahu Galiel bahwa Osric pergi tanpa sepengetahuan dia. Satu-satunya jejak yang dia tinggalkan cuma kalung ini, terselip di sisi Kubus Metatron yang baru."

"Para Tetua udah tahu soal ini?"

Aiden mengangguk. "Mereka mau kita merahasiakan kepergian Osric dari Daim lainnya. Kalian tahu, kan, kehadiran Stela dan Dyadib di Legiun udah buat mereka khawatir. Jadi kalau sampai kabar menghilangnya Osric menyebar, itu sama aja kita nuangin bensin ke api," Aiden menyelipkan kalung Osric ke dalam saku jaketnya, "akan ada kepanikan massal yang sukar untuk dikendalikan."

Kami berdiam diri dan larut dalam pikiran masing-masing. Jika memang Osric menghilang seperti yang dikatakan Aiden, ini berarti pengujian yang harusnya aku jalani bersama lelaki itu turut tertunda. Aku menggigit bibir dengan gelisah. Bagaimana jika nanti Astaroth berhasil memindahkan kekuatannya pada jiwaku? Bagaimana jika aku mengalami ledakan emosi yang dimaksud lelaki itu? Kemudian aku mulai kehilangan akal sehatku ...

"Kalau Osric gak ada, jadi siapa yang akan bukain Kubus Metatron?" Hiro menyandarkan kedua sikunya ke atas meja. "Kita gak tahu bahasa Enoch. Sedangkan Para Tetua lainnya gak punya izin selama Osric menghilang."

"Kita bisa mengandalkan Stela."

Aku menunjuk diriku dengan ragu. "Gue?"

"Lo gak salah dengar." Aiden menaikkan sebelah alisnya sekilas. "Masih ada cara lain untuk menemukan pola lokasi dan menghentikan si pembuka segel. Dengan cara kotor." Ia menatap rekan-rekannya seperti meminta persetujuan. "Gue tahu ini salah, tapi sekarang bukan saatnya buat mikirin benar atau salah. Setidaknya ini lebih baik dibanding gak melakukan apa pun."

THE WATCHERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang