Eliksir ajaib itu ternyata benar-benar ajaib. Setelah membiarkan tubuhku mencerna cairan itu selama beberapa saat–tanpa muntah tentu saja, aku–akhirnya–bisa berjalan meski masih sedikit terhuyung.Mereka bilang aku sudah pingsan selama dua hari. Itu cukup mengejutkan, mengingat aku sama sekali tak merasa kelaparan seperti seharusnya. Kemudian Dee menjelaskan bahwa itu ada kaitannya dengan Impase yang dilakukan Hugo.
Poin tambahan untuk sang penyelamat.Setelah mengungkapkan pernyataan yang nyaris membuatku pingsan lagi, Dee meminta kami semua untuk berkumpul di dekat perapian, pada ruang membaca miliknya yang cukup luas dan nyaman. Di sana sudah ada Dahlia, Hiro, Oza, dan Ronen. Mereka sedang membicarakan sesuatu saat aku tiba.
Dahlia yang pertama menyadari kedatanganku langsung menghampiri untuk memberi pelukan selamat datang yang hangat. Ia mengaku khawatir aku tak akan terbangun sebagai Stela–si manusia–lagi. Untungnya hal itu tidak perlu terjadi. Membayangkannya saja sudah membuatku ngeri.
Dee lalu memintaku untuk duduk di sampingnya, di atas sebuah sofa berwarna gading yang muat untuk tiga orang. Sementara yang lain memutuskan untuk bersandar pada rak buku di sekeliling kami.
"Aku yakin kalian semua–kecuali Stela, sudah tahu seperti apa kisahku di masa lalu."
"Anda muncul di dalam pelajaran sejarah pada semester satu," Hiro menyahut dengan bangga. Aku jadi bertanya-tanya apakah Dee semacam pahlawan atau tokoh penting di dunia mereka.
"Aku merasa terhormat," Dee tersenyum sekilas, "apa di sana dijelaskan bagaimana aku ... ehm, meninggal?"
"Itu masih menjadi perdebatan."
"Wah, kalau begitu kalian beruntung bisa mendengar kisah aslinya langsung dariku." Dee kini memasang raut serius. "Meski aku dianugerahi kemampuan untuk berkomunikasi dengan para malaikat, aku masih memiliki batasan. Itu berarti tidak semua jenis malaikat bisa kuajak berbincang-bincang. Terutama mereka yang berasal dari ras tertinggi: ordo serafim. Aku tidak pernah mendengar apa pun tentang mereka. Tapi kemudian, sesuatu yang tak terduga terjadi. Aku menerima sebuah pesan misterius yang membuat aku dan rekanku, Ed, berdebat. Ed yakin pengirim pesan itu adalah iblis, karena kami pernah mendapat gangguan dari mereka. Namun aku yakin sosok pengirim pesan itu adalah malaikat. Faktanya, kami berdua memang benar."
Dee menatap wajahku tanpa berkedip. Sontak keheningan yang melingkupi ruangan ini terasa kian menusuk.
"Sang pengirim pesan memperkenalkan dirinya sebagai Zanael, malaikat serafim yang sedang kehilangan kemuliaan surgawi. Melalui pesannya, Zanael memberitahu bahwa ia akan menitipkan tiga benda keramat padaku. Tapi untuk menjaga ketiga benda itu dari tangan-tangan jahat, Zanael harus mengasingkanku ke sini, ke dalam partikel waktu yang tak bisa ditembus siapa pun tanpa bantuanku."
"Maaf," Aiden menyela, "mengapa Zanael bisa memercayai Anda untuk menjaga ketiga benda itu? Kalian bahkan tidak pernah berkomunikasi."
"Well, ada dua alasan untuk itu. Pertama, karena tak ada yang menduga benda-benda sepenting itu dititipkan padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WATCHERS
Fantasía(The Chosen sequel) Setelah berhasil melewati ritual terakhir yang nyaris mempertemukannya dengan kematian, Stela kini dihadapkan pada awal yang baru. Awal di mana ia mempelajari tentang sosok sejati dirinya, serta apa perannya dalam rencana pembala...