MERAGU

93 21 2
                                    


Aku telah mengambil keputusan, tetapi kamu membuat itu menjadi bayangan.

Hingga aku bertanya pada diri sendiri, apakah semua ini nyata?

Raja siang tampak malu-malu bersinar dibalik awan. Sehingga siang itu cuaca tidak terlalu terik. Will tiba lebih dulu di rooftop yang kemudian disusul oleh Lia.

Tidak mau berlama-lama dengan Will di sana. Lia langsung membuka ranselnya, hendak mencari barang yang sebentar lagi ditanyakan oleh Will.

"Kenapa lo nggak jujur soal surat itu?" tanya Will yang tidak lagi membelakangi gadis itu. Tangannya bersidekap, menunggu jawaban Lia.

Lia yang tadinya sibuk dengan isi ranselnya, kini menatap Will. Kedua alis cewek itu bertautan, memikirkan maksud perkataan Will.

"Surat yang ditulis sama teman lo di mobil gue," jelas Will yang menangkap kebingungan Lia.

Dugaan Lia ternyata salah. Cowok itu malah membahas surat yang ditulis Reina waktu itu. Padahal Lia ingin menyerahkan kalung Will dan pamit pergi dari sana. Lia takut akan ada yang memergoki mereka berduaan di rooftop.

"Dari siapa lo tahu kalau bukan gue yang nulis surat itu?"

"Teman lo yang bilang ke gue."

Lia langsung ingat, waktu itu Reina mengantarkan Lia ke rumah dengan menumpang di mobil Will. Pantas saja Reina meminta maaf padanya waktu itu. Temannya mungkin baru tahu, siapa pemilik Mini Cooper yang membuat seragam Lia kotor.

"Dan lo diam aja padahal itu bukan perbuatan lo. Mau jadi pahlawan atau mau bikin gue malu karena udah nuduh orang sembarangan?"

"Kalau pun gue bilang, lo belum tentu percaya." Hari itu Will menjejal Lia dengan pertanyaan yang menyudutkan Lia dan ia tidak mau membuang-buang waktu untuk membuat Will percaya padanya. Dari dulu, Lia sudah terbiasa difitnah. Tidak dipercaya dan dijauhi orang-orang sudah menjadi makanannya sehari-hari.

"Gue minta maaf," ujar Will tegas. Tangannya sudah tidak lagi bersidekap. Sikapnya terlihat lebih ramah dari sebelumnya.

Lia mengerjapkan mata beberapa kali. Tidak menyangka kalau Will akan melakukan itu padanya. Keadaan tiba-tiba terasa canggung karena Lia belum merespon permintaan maaf Will.

"Lo nggak perlu minta maaf. Anggap saja itu salah paham." Lia membuang pandangannya ke sembarang arah. Gadis itu tidak mau memandang Will yang sedang menatapnya ke manik mata.

Will tersenyum kecil. "Gue paling nggak suka kalau ada cewek caper. Mengganggu."

Cowok seperti Will jelas digandrungi cewek-cewek di sekolah. Selain tampan, ia juga pintar dan hidup bergelimang harta. Dari semua cewek-cewek yang mendekati Will, tidak ada satu pun yang ditanggapi oleh cowok itu. Hati cowok itu seolah-olah terkunci. Malah cowok itu bisa jadi galak ke cewek-cewek yang mengejarnya. Itu yang dijelaskan Reina pada Lia.

"Makanya gue kira kalau lo salah satu dari mereka. Sengaja cari perhatian," lanjut Will sembari terkekeh.

Baru kali ini Lia melihat Will tersenyum. Bukan ekspresi dengan rahang yang mengeras yang biasa ia lihat. Dan senyum itu menular ke Lia.

"Gue benar-benar minta bikin seragam lo kotor dan bikin heboh satu sekolah. Gue tahu tentang foto yang viral di Instagram," lanjut Will dengan mimik wajah bersalah.

Lia tersenyum sekilas, lalu sibuk dengan isi tasnya. Setelah menemukan apa yang dicarinya, ia segera menyerahkan benda itu ke Will. "Lo pasti cari kalung ini, kan?"

Will merasa lega karena kalung yang dicarinya sudah kembali padanya. Cowok itu menerimanya dan berkata, "Makasih udah simpan kalung ini dengan baik." Will membuka liontinnya, memandangi potret yang tersimpan di sana.

AurelianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang