Langit senja terlihat ama cantik dari balkon kamar Will. Ditatapnya langit yang berubah warna menjadi orange kemerahan. Pikirannya melayang pada Lia. Bagaimana kabar gadis itu? Di mana ia sekarang? Apakah semua baik-baik saja?
Beberapa hari yang lalu di ruang redaksi, Will mengatakan informasi yang bisa membantu Lia terlepas dari fitnah yang dilayangkan kepadanya. Berita tentangnya yang menjadi cewek ganjen juga diorama yang rusak.
Tika sepertinya tidak meyadari, bahwa Will mengingat nomor pengirim pesan itu. Yang pastinya adalah otak dari semua itu. Foto-foto yang berhasil ia tangkap dan juga jebakan semua Tika memergoki Lia di kelas, ketika hanya Lia seorang diri di sana.
"Gue ingat nomor ponselnya dan gue bakal cari tahu siapa dia," kata Will setelah memberitahu Reina. "Setelah itu semua terungkap, lo harus bantu Lia buat klarifikasi semuanya."
Reina terdiam sejenak, memandangi Will dengan heran. Seorang cowok yang biasanya tidak peduli kepada siapapun, justru kini mencemaskan seseorang yang bahkan belum lama Will kenal.
Reina memperbaiki posisi duduknya kemudian berdeham. "Oke gue setuju."
"Satu hal lagi. Lia nggak boleh tahu kalau gue terlibat dalam hal ini," jelas Will kemudian.
Reina tampak sedikit ragu tetapi kemudian menyetujuinya, semua supaya Lia bisa bebas dai berita-berita yang membuat dirinya menjadi buruk.
Will meraih ponselnya dan kemudian menyentuh beberapa angka di layar ponselnya.
"Lo mau coba telpon pelakunya?" Reina bertanya dengan hati-hati.
Setelah menekan tanda hijau, Will mengangguk sekilas. Kemudian refrain lagu Stuck With U menggema di ruang redaksi. Keduanya langsung mencari sumber suara itu berada. Reina berdiri dari bangkunya, menajamkan pendengarannya dan kemudian berhenti di depan ransel yang ia kenal.
Nada dering itu berhenti, tepat setelah Will menutup panggilannya. Cowok itu juga beranjak mendekati Reina. Keduanya saling melempar pandangan. Will menekan tanda hijau sekali lagi pada layar ponselnya dan lagu Stuck With U kembali terdengar.
Seseorang membuka pintu ruangan dan membuat keduanya melihat pada sosok yang baru datang. Hanya nada dering suara itu yang terdengar ketika ketiganya sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Kak Reina, mau ngapain buka ransel gue?"
Will menghela napas panjang sebelum mengembuskannya perlahan. Sore itu, semua terungkap dengan cepat. Seseorang dibalik gosip yang beredar di sekolah beberapa minggu ini. Keysha, orang yang selalu bersama dengan Reina adalah pelakunya. Setelah didesak beberapa saat, gadis itu akhirnya mengaku kalau ia memang pelakunya. Juga tugas-tugas Lia yang hilang.
Keysha yang kebetulan dekat dengan Reina karena satu ekstrakulikuler, memanfaatkan hal tersebut untuk mencari tahu jadwal pelajaran kelas mereka. Kemudian memanfaatkannya untuk menjebak Lia. Termasuk menyulut pertikaian antara Tika dan Lia. Tentu saja Tika dijadikan kambing hitam, agar perbuatannya tidak ketahuan.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Ia beranjak dari balkon dan membuka pintunya.
"Mau ngapain lo?" tanya Will ketika melihat Thora yang mengetuk pintu kamarnya. Hal itu jarang sekali saudara sambungnya lakukan.
"Gue minta lo ikut gue turun ke bawah. Ada sesuatu yang harus kita bertiga tahu." Jelas Thora dengan nada lemah.
"Kita bertiga?" ulang Will tidak mengerti.
Thora tidak menjawabnya, melainkan memalingkan wajahnya ke sisi kiri. Will pun mengikuti arah pandang Thora. Lia berdiri di sana menatap keduanya.
***
Thora, Lia, dan Will duduk berhadapan dengan Zaskia di ruang tamu. Belum ada yang memulai pembicaran karena sejak Lia menyerahkan foto dari mamanya, Zaskia tiba-tiba menangis. Badannya pun lemas, hingga ia hampir jatuh ke lantai. Untungnya Thora dengan sigap berhasil menahannya.
Zaskia tahu, bahwa hari ini akan datang. Cepat atau lambat. Wanita paruh baya itu menarik napasnya, menenangkan diri.
"Siapa namamu, Sayang?" tanya Zaskia lembut sembari mengusap air matanya.
"Lia, Tante," jawab Lia sopan.
"Kamu mirip sekali dengan Hana. Cantik sekali," puji Zaskia tulus. "Apalagi matamu. Cokelat terang. Persis seperti milik Hana."
Lia tersenyum menanggapi pujian Zaskia.
"Jadi yang di foto itu benaran Mama?" Thora mencoba memastikannya.
Zaskia mengangguk. "Benar. Itu mama dan sahabat mama, Hana."
"Gue nggak ngerti maksud kalian apa. Lalu Hana siapa? Gue cuma tahu nama Hana itu nama mama." Will menuntut penjelasan karena satu-satunya yang belum memahami situasi ini hanyalah dirinya.
Zaskia kemudian menyerahkan foto yang diberikan Lia padanya ke Will. Meski awalnya ragu, cowok itu meraihnya dan terkaget kalau Hana yang dimaksud memang almarhum mamanya yang telah meninggal.
"Hana itu bukan mama kandungmu, Will."
Bagai dihantam beban ratusan kilo, Will merasa ucapan Zaskia membuatnya merasa tertekan. Bagaimana mungkin, Hana yang selama ini merawatnya ternyata bukan mama kandungnya.
"Maksud Tante?" tanya Will dengan perasaan campur aduk.
Kepala Lia berusaha memproses percakapan mereka berdua. Waktu itu Will pernah berkata pada Lia kalau mamanya sudah meninggal. Dan jika wanita di foto itu adalah Hana yang Will maksud sebagai mamanya, itu berarti .... Lia menggelengkan kepalanya, ia harus menunggu penjelasan Zaskia. Ia tidak mau menduga-duga. Perasaannya saja sudah membuatnya begitu rumit.
Zaskia menghirup udara sejenak sebelum mulai menjelaskan.
"Hana itu sahabat mama sejak kecil. Ia sosok periang dan baik hati. Ia juga selalu percaya diri dan berani, meskipun orang mengejeknya karena tidak punya orang tua. Hana sosok yang tegar. Hubungan kami sangat baik, sampai suatu saat kami berdua sudah memiliki pasangan masing-masing, hingga kami jarang melakukan kontak."
"Sehari sebelum Hana melakukan persalinan, ia meminta mama untuk menemaninya. Karena saat itu Alfred sedang dalam perjalana ke luar negeri. Hana tidak gentar melakukan persalinan tanpa ditemani suami. Ia justru begitu ikhlas melakukan itu. Tak butuh waktu lama, Hana melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik. Itu kamu, Lia."
"Bohong. Tante pasti bohong. Jangan bikin aku semakin benci sama Tante. Sudah cukup Tante menghancurkan keluarga bahagia kami dengan berpura-pura baik sama mama, supaya Tante bisa jadi istri Papa."
"Will!" Thora terbawa emosi, melihat Will yang tidak bisa mengontrol emosinya. Zaskia semakin terisak, rasanya begitu sulit mengungkapkan fakta yang sebenarnya pada mereka.
"Diam lo! Lo nggak akan pernah ngerti rasanya jadi gue. Keluarga gue hancur karena kedatangan kalian dan mama meninggal pasti karena Tante."
Lia bangkit berdiri. Ia meraih tangan Will dan berkata, " Gue tahu lo kecewa mendengarkan itu. Gue juga terkejut, tapi boleh kan gue minta kita bertiga duduk tenang mendengar apa yang Tante Zaskia tahu. Karena ini semua juga berhubungan dengan kita, Will," ucap Lia menenangkan.
Melihat wajah Lia yang memelas, cukup meredam amarah di hati Will. Cowok itu kembali duduk dengan hati yang masih membara.
"Tante, boleh lanjutkan lagi ceritanya?" pinta Lia lemah lembut yang dijawab dengan anggukan kepala.
"Hana sangat sayang dengan bayi yang ia lahirkan, tetapi kondisinya memaksa Hana untuk melakukan tindakan di luar nalar. Mertuanya, tidak menginginkan bayi perempuan. Maka dari itu, Hana meminta bayi yang ada dalam pangkuan mama sebagai anaknya. Bayi laki-laki yang baru beberapa hari mama lahirkan waktu itu."
Kali ini pikiran Thora yang mulai terasa rumit. Sebenarnya apa yang dilakukan kedua wanita itu di masa lalu. Sampai membuat mereka bertiga kebingungan dengan jati diri mereka sendiri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Aureliana
Teen FictionDAFTAR PENDEK THE WATTYS 2021 Kalau saja bisa, Aureliana akan memohon pada Tuhan untuk membatalkan kehadirannya sebagai manusia di dunia. Selama enam belas tahun, gadis yang dijuluki Cewek Kutub itu hidup dalam ketidaktahuan tentang siapa dirinya. S...