UNEXPECTED PERSON

161 26 7
                                    

Tanpa dipinta, semesta mempertemukan dua insan tepat pada waktunya.

Betapa terkejutnya Lia, saat mendapati siswi-siswi yang berdesak-desakan di depan papan pengumuman. Entah berita apa yang dipajang oleh tim redaksi mading sekolah sehingga menarik antusiasme para siswi Seruni Bangsa. Lia mendesah pelan, menyadari perjalanannya tersendat. Akses menuju kelas XI IPA 4 yang berada di ujung koridor terhalang.

Jika Lia hanya berdiam diri di sana, ia akan punya sedikit waktu untuk menyalin tugas Kimia buku tulisnya. Membayangkan wajah geram Bu Inayah sudah membuat gadis itu bergidik. Mau tidak mau, menerobos lautan manusia itu adalah jalan satu-satunya. Meski agak takut, ia nekad untuk masuk ke arena perang.

Lia berhasil masuk melalui celah yang ada. Namun, badan rampingnya langsung terhimpit. Keadaan itu membuat Lia sulit untuk bergerak.

"Woi, awas gue mau lihat!"

"Minggir kalian! Minggir!"

"Issh ... nggak keliatan!"

Begitulah kira-kira suara teriakan yang sampai ke telinga Lia.

"Aaaw ...," pekik Lia kesakitan, mengusap lengan kanannya. Selain lengan kanan, pundaknya pun ikut menjadi korban. Dengan susah payah, Lia memaksakan tubuhnya bergerak hingga ia berhasil keluar. Lalu diaturnya posisi kacamata yang sempat melorot, kemudian merapikan rambut pada puncak kepalanya.

Bukan Bu Inayah yang Lia lihat di depan kelasnya, melainkan Tono yang sedang berbaring di lantai dengan tangannya menutup mata. Lalu teman-teman lainnya terlihat menikmati aktivitas masing-masing. Ada yang bergosip, bermain kartu atau kejar-kejaran. Lia mengembuskan napas lega.

"Lia!" seru Reina yang duduk di bangku pojok kelas sebelah kanan. Lia segera menghampirinya dan mendudukkan dirinya di bangku samping jendela.

"Bu Inayah nggak ngajar hari ini?" tanya Lia heran karena tidak melihat guru anti terlambat datang itu.

"Nggak tahu deh," jawab Reina santai seraya memainkan ponselnya. "Lupa jalan ke sekolah kali," ceplos Reina tidak peduli.

Kesempatan baik itu langsung Lia manfaatkan untuk membereskan tugasnya yang belum selesai. Lalu Lia teringat bahwa Reina salah satu anggota tim mading sekolah, Lia bertanya. "Rei, hari ini ada pengumuman apa di mading?" Reina pasti tahu jawabannya.

"Oh, itu," respon Reina singkat. "Ada pemilihan Putri Kartini buat bulan depan. Event baru itu dari OSIS. Makanya banyak cewek-cewek yang tertarik," jelasnya.

Mulut Lia membulat membentuk huruf O sembari menganggukan kepala.

"Siapa diantara lo yang namanya Aureliana?" Suara berat khas seorang cowok itu terdengar sangat jelas. Kelas yang tadinya ramai seperti pasar, mendadak sunyi. Entah karena pesona cowok bertubuh proporsional itu atau sebagian murid yang tidak mampu menjawab pertanyaannya.

Merasa namanya dipanggil, Lia melemparkan pandangannya ke arah pintu. Mendadak perasaannya menjadi tidak karuan.

"Li, kok, Will nyariin lo?" tanya Reina yang juga kaget dengan kehadiran Will.

"Itu, Lia," ucap Rizal si ketua kelas dengan jari teracung ke meja Lia.

Jantung Lia seperti ingin lari dari tempatnya, ketika Will mulai berjalan mendekati. Apa Will mencarinya karena kejadian kemarin? Tapi dari mana cowok itu mengetahui namanya? Dua pertanyaan itu berseliweran di kepalanya. Will semakin mendekat, ingin rasanya Lia punya kekuatan seperti Antman supaya tubuhnya bisa menciut dan kabur tanpa diketahui.

Cengkraman Reina membuat Lia semakin tegang. Kedua telapak tangannya terasa dingin. Segera ia menengok ke jendela.

"Lo yang namanya Aureliana?" Will bertanya pada Reina yang saat itu sedang memandang ke arahnya. Reina menggelengkan kepala dengan cepat.

AurelianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang