THORALIA

115 19 4
                                    


Bagaimana aku bisa menganggap bahwa aku layak bagimu

Jika diriku saja tidak bisa menerima siapa aku

Terlalu banyak kata yang tak tersampaikan kepadamu

Tentang resah ini, tentang lara ini

Dan kepadamu

Suatu saat nanti

Saat kata akan bermuara kepada sang pemilik

Saat ragu tak lagi jadi benteng bagiku

Aku akan berlari

Menjemput duniaku

Menjemput asa yang terlalu lama aku biarkan mati

Bersama kenangan

Sinar matahari pagi menerobos celah-celah jendela kamar Lia. Nenek memeras handuk kecil yang sebelumnya dicelupkan ke baskom kecil berisi air dingin. "Hari ini istirahat di rumah dulu saja ya! Badanmu agak hangat." Nenek menyentuh kening Lia sebelum meletakkan handuk kecil di sana. Suhu tubuh Lia tidak normal seperti biasanya.

Semalam, Lia mengigau saat tidur, sampai ia berteriak lumayan kencang. Nenek yang kebetulan masih membereskan beberapa pesanan jahitan, segera menghampiri Lia yang sudah dibanjiri keringat. Gadis muda itu mengigil.

Lia mengangguk menjawab pertanyaan Nenek. "Maaf jadi ngerepotin, Nenek." Suara Lia terdengar lemah tapi tidak mengurangi kadar ketulusan dalam ucapannya. Mata Lia kembali terpejam. Tubuhnya memanggil untuk tidur lebih lama dari biasanya. Tak butuh waktu lama, Lia terlelap dalam irama yang membuainya ke alam mimpi.

***

Will sudah keluar dari kelas sejak bel istirahat pertama berbunyi. Biasanya ia menuju perpustakaan untuk belajar persiapan olimpiade. Menikmati hening yang membuatnya bisa berkonsentrasi lebih. Namun, kakinya justru berjalan menuju ujung lorong kelas XI di sebelah selatan. Menuju kelas Lia.

Kemarin setelah Will mengantarkan Lia ke UKS dan membiarkan anggota PMR menangani kaki Lia yang terkilir, Will berniat menanyakan tentang liontinnya. Namun, saat ia kembali setelah mengembalikan buku ke perpustakaan, ia malah melihat Thora bersama dengan gadis itu.

Melihat Thora berbicara dengan binar mata sebahagia itu membuat Will merasa iri. Baginya Thora dan Zaskia sudah menerima banyak kebahagiaan di banding dirinya dan Will tidak suka itu. Lalu, tiba-tiba saja tanpa diperintah, Will mengatakan akan mengantarkan Lia ke kelas. Hingga terjadilah pertengkaran konyol yang Will sesali saat itu juga.

Lalu saat pulang sekolah, Thora mendatangi Will di kelas. Hal yang tak pernah Thora lakukan selama mereka bersekolah di tempat yang sama. Saudara sambungnya itu memerintah Will supaya Lia bisa menumpang di mobilnya. Awalnya Will ingin menolak, tetapi dengan cara itu Will bisa menanyakan tentang kalungnya pada Lia.

Akhirnya, Will menyetujuinya dengan syarat Thora tidak boleh menumpang di mobilnya. Syarat yang langsung disetujui oleh Thora saat itu juga. Sialnya, rencana itu tidak berjalan lancar karena Lia datang dengan temannya Reina.

Langkahnya terhenti tepat di pintu kelas XI IPA 4. Will mengedarkan pandangannya, tetapi tidak menemukan Lia di sana. Lalu Will berniat untuk mencari Lia ke kantin. Mungkin gadis itu ada di sana karena jam istirahat sedang berlangsung.

"Hai, Will." Suara manja itu memenuhi koridor. Tika tersenyum semringah karena pangeran impiannya berada di hadapannya tanpa perlu repot-repot mencari keberadaannya.

"Dimana teman lo?" tanya Will sambil menengok ke kelas yang hampir kosong karena ditinggalkan saat jam istirahat.

"Teman? Siapa?" Senyum Tika pudar dari wajah cantiknya.

AurelianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang