KALI KEDUA

99 19 2
                                    


Apakah tidak menemukan jawaban adalah sebuah jawaban?

Reina bersorak gembira, memeluk Lia begitu erat. "Kangen banget," kata Reina berulang kali saat bertemu dengan Lia kembali di hari Senin. Kegiatan itu tidak berlangsung lama karena mereka akan bersiap-siap untuk mengikuti upacara hari Senin.

Upacara pengibaran bendera akan dilaksanakan pukul 07.15 pagi. Siswa kelas X hingga XII bersiap-siap untuk berbaris menurut kelasnya masing-masing. Kerumunan yang tadinya menyebar kini sudah mulai terlihat rapi. Namun, pagi ini ada hal yang berbeda di barisan murid cowok kelas XI IPA 4.

"Permisi, permisi. Mau ikut baris, dong," cowok jangkung berambut ikal menyelusup ke sela-sela barisan. Tatapan heran dari siswa yang berbaris mengikuti setiap gerak-geriknya. Tak hanya dirinya, dia juga datang dengan dua orang pasukan yang selalu bersamanya. Satu cowok bermata sipit dan cowok bertubuh tambun.

"Woi, lo kelas mana?" tanya Tono merasa terganggu.

"Kalem, Bro. Numpang ngadem di barisan ini."

Tingkah mereka menuai protes dari beberapa siswa. Namun, upacara sebentar lagi akan dimulai, membuat siswa yang berada di barisan memilih untuk tidak meributkan masalah tersebut.

"Hai, Rei!" sapa Satrian dengan perasaan berbunga-bunga. Akhirnya cowok itu bisa melihat kembali pujaan hatinya.

"Hai, Lia!" Thora juga menyapa Lia dengan senyuman. Sayangnya gadis itu tidak membalas sapaannya.

"Hai kalian berdua," tutup Zain si cowok bertubuh tambun.

Reina menoleh ke barisan cowok yang ada di sebelah mereka. "Kalian?" seru Reina. "Ngapain baris di sini?" ketus Reina. Dia tidak menduga bakal kedatangan tamu nyasar sepagi ini.

"Mau apel pagi, Reina cantik," ucap Satrian melancarkan aksi rayuannya. Jelas saja dari ucapan Satrian yang ingin bertemu dengan Reina.

"Gue udah ganteng belum?" tanya Thora dengan suara pelan. Berusaha mencairkan suasana antara Lia dan Thora.

Senyum yang Thora harapkan tidak ada di situ. Pandangann gadis itu lurus ke depan. Thora merasa kecewa dibuatnya.

"Masih pagi, Thor. Jangan halu," jawab Zain yang sedang berdiri di belakang Thora.

"Nggak usah ikut-ikutan, dah," cela Thora masih berpura-pura tetap ceria.

"Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, upacara pengibaran bendera akan segera dimulai." Suara pembawa acara terdengar ke seluruh lapangan upacara memberikan aba-aba agar peserta bersiap untuk memulai acara.

"Sssttt! Udah mau mulai," tegur Reina pada tamu tak diundang. Kemudian meluruskan pandangannya ke depan, menghiraukan Satrian yang berada di sampingnya.

"Masing-masing pimpinan pasukan dapat menyipakan pasukannya."

"Siap ..., gerak!" perintah tersebut segera dipatuhi oleh seluruh peserta. Kegaduhan dalam masing-masing barisan mulai berangsur-angsur hilang.

Thora mencondongkan badannya ke arah Lia. "Galak amat temen lo," bisik Thora sepelan mungkin. Namun, Reina masih bisa mendengarnya. Dia mendelik sinis sebentar ke Thora, merasa bahwa sindiran tersebut ditujukkan padanya.

"Duh macan gue makin cantik," puji Satrian dengan mata berbinar-binar.

"Udah jangan pada ribut," tegor Reina galak.

Tak berselang lama, upacara pengibaran bendera dimulai dengan khidmat. Meski terkadang Thora dan Satrian mengambil kesempatan unutk berbicara pada Lia dan Reina di sela-sela acara. Sementara Zain, tertidur pulas sambil berdiri.

AurelianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang