BERTEMAN?

243 30 5
                                    


Kehadiranku bukanlah untuk bertamu.
Jadi jangalah jemu menungguku untuk bisa bersamamu.

"Hei, tunggu!" Suara Thora memenuhi koridor kelas yang pada saat itu sedang sepi. Kakinya yang panjang melangkah lebar sehingga ia bisa menyusul Lia yang tadi meninggalkannya di kantin.

Gerakan kaki Lia semakin cepat, ia harus menghindar dari cowok itu. Namun, Thora bergerak lebih gesit dan berhasil menghadang langkahnya.

"Buru-buru amat kayak abis liat setan," ucap Thora seraya tersenyum pada Lia. "Emang sih, gue kayak setan tapi setannya ganteng kayak Edward Cullen," ucap Thora membanggakan diri, tertawa lebar menampilkan deretan giginya yang rapi.

"Tetap aja setan," ujar Lia pelan tetapi Thora masih bisa mendengarnya.

"Wah, benar juga ya. Tetap aja gue setan," ucap Thora mengangguk-angguk, menyetujui ucapan Lia.

Lia memalingkan wajah, menahan tawa.

"Ketawa aja kali, masih gratis, kok," goda Thora.

Lia berdeham pelan seraya membetulkan posisi kacamatanya. "Saputangan lo gue cuci dulu. Nanti gue balikin," kata Lia mengalihkan pembicaraan.

Kedua alis Thora bertaut. "Saputangan?"

Lia merogoh saputangan berwarna biru muda yang telah bercampur dengan noda itu. "Gue balikin besok," ucap Lia sambil menunjukkannya pada Thora.

Mulut Thora membentuk bulatan. "Nggak apa-apa, buat lo aja. Gue masih punya banyak di rumah. Atau lo mau nambah lagi? Mungkin yang ada gambar Princess Elsa?"

Lia menggeleng cepat. Ide buruk. "Ada perlu apa?" tanya gadis itu.

"Mmm ... gue mau minta maaf buat kejadian tadi pagi." Hening. Lia juga tidak kunjung merespon permintaan maaf Thora. "Mau, kan, maafin gue?" tanya Thora lagi.

Kedua mata Lia melebar, tidak percaya akan apa yang barusan ia dengar. Cowok populer yang terkenal sebagai biang onar, berdiri di depannya dan meminta maaf. Dari wajahnya, Lia tidak melihat kalau cowok itu sedang menjahilinya. Ucapannya terdengar tulus dan sukses membuat irama detak jantungnya kembali tidak karuan.

Sudut-sudut bibir Lia terangkat. "Gue udah lupain itu. Jadi lo nggak perlu minta maaf. Permisi."

***

"Li ... Lia," panggil Reina seraya mengguncang-guncangkan pundaknya hingga membuat Lia yang sedang menatap keluar jendela terkesiap. "Lo ngelamun apa lagi tidur sambil buka mata?"

Lia tersenyum sekilas, jemarinya memutar-mutar bolpoin.

"Parah, deh. Gue lagi ngomong sama lo, malah ngelamun." Reina mencebikkan bibir.

Lia mengatupkan kedua tangan, merasa bersalah. "Sori. Lo ngomong apa barusan?"

"Mobil yang bikin baju lo kotor. Masih ingat, kan?"

Lia mengangguk. "Kenapa?"

"Mobil jenis apa?"

"Buat apa, Rei?" Melihat gelagat Reina yang mulai aneh, Lia tampak waspada. Lia piker, Reina tidak mengingat kejadian buruk yang menimpa Lia tadi pagi.

"Gue cuma pengen tahu aja," ucap Reina cengar-cengir.

Mencoba untuk percaya pada Reina, Lia menjawab, "Mini cooper warna merah."

"Wah, mobil mahal tuh. Pasti yang punya mobil orang sombong."

Lia mengedikkan bahu tidak mau berkomentar.

Reina melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. "Gue duluan ya, Li. Mau ke ruang redaksi, nih. Ada rapat buat ngomongin majalah sekolah bulan depan."

AurelianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang