Pengacau itu datang bukan dengan maksud buruk.
Bisakah kau percaya padanya?
Suasana kantin hari ini begitu ramai oleh siswa-siswa yang sedang makan atau hanya menongkrong sambil gibah di sana. Tepat di pojok kantin, tiga orang cowok melakukan hal yang sama. Mengisi perut sambil bergibah.
"Gimana hasilnya? Diterima?" tanya Thora ke cowok berkulit sawo matang dan bermata sipit. Namanya Satrian.
"Uhuuk ... uhuuk ...." Satrian terbatuk-batuk, tersedak kuah soto pedas.
Dengan sigap, Zain, cowok bertubuh tambun dan berkulit putih menepuk-nepuk pundak temannya yang malang itu.
"Sabar, sabar. Semua ada jalan keluarnya," kata Zain menenangkan.
Satrian melayangkan tatapan sinis ke Zain. "Nggak nyambung, Zain," celanya dengan nada ketus. Satrian kembali batuk, ada rasa perih di kerongkongannya. Maklum, ia menambahkan lima sendok sambal ke soto ayamnya tadi.
"Kenapa? Mau minum lo?" tanya Thora menyodorkan segelas teh tawar panas.
Mata sipit Satrian melebar. "Mau bunuh gue lo, ya?" sentaknya dengan suara parau.
"Ya ampun, Sat. Nggak boleh sangka berburuk," timpal Zain bijak seraya menggelengkan kepalanya.
"Berburuk sangka," tandas Thora dan Satrian berbarengan.
Satrian yang sudah jengkel karena kedua sahabatnya tidak membantu, menggapai sebotol minuman air mineral yang berada dekat meja mereka. Satrian meneguk hingga air habis. Meski sempat merasa aneh dengan rasa air tawar yang tidak biasa. Kini, tenggorakannya terasa lebih baik, senyum lebar terpatri di wajahnya. Thora dan Zain saling bertukar pandang, mereka menoleh ke Zain dengan ekspresi menggoda.
"Kenapa?" tanya Satrian heran.
"Lo, nggak ngerasa ada yang aneh gitu sama rasanya?" Thora malah balik bertanya.
Radar Satrian mulai mendeteksi ada yang tidak beres. "Apaan?" tanya Satrian tak sabar.
Zain mengangkat botol plastik putih berukuran kecil. "Kerasa ada asam-asamnya, nggak?"
Satrian berusaha memuntahkan air yang barusan ia minum. Rupanya rasa aneh itu berasal dari cuka yang entah dari kapan sudah dicampurkan oleh kedua sahabatnya yang iseng.
"Lo hamil, Sat?" teriak Thora hingga membuat mereka menjadi pusat perhatian seisi kantin.
Bukannya menjawab, Satrian menggumam tidak jelas seraya mengaduk kuah soto.
"Jadi gimana? Diterima?" tanya Zain kembali ke topik semula.
Satrian menghela napas berat, lalu menjawab dengan lesu, "Ya tentu ajalah ...."
Belum sempat Satrian mengakhiri perkataannya, Thora dan Zain berseru, "Ditolak?"
Satrian memutar bola matanya, kemudian mengangguk lemah.
"Syukurlah," seru Thora dan Zain berbarengan, tak lupa mereka juga mengusap wajah masing-masing seperti anak kecil yang sudah selesai berdoa.
"Puas banget kalian, ya?" sindir Satrian.
"Iya, dong," jawab Thora menanggapi. "Kita harus tetap setia kawan, Bro. Jomblo satu, jomlo semua."
"Jomlo aja bangga lo," komentar Zain akan sikap jemawa Thora.
Reina menendang kaki Lia pelan dan membuatnya menoleh ke Reina. Lirikan mata Reina bergerak ke arah tiga sekawan yang mejanya tidak jauh dari tempat mereka makan. Lia menatap ke arah yang Reina maksud. Kemudian Lia mengedikkan bahu, tidak paham dengan maksud Reina.
![](https://img.wattpad.com/cover/238153227-288-k761061.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aureliana
Teen FictionDAFTAR PENDEK THE WATTYS 2021 Kalau saja bisa, Aureliana akan memohon pada Tuhan untuk membatalkan kehadirannya sebagai manusia di dunia. Selama enam belas tahun, gadis yang dijuluki Cewek Kutub itu hidup dalam ketidaktahuan tentang siapa dirinya. S...