ARTI MASA LALU

209 13 3
                                    


Hari itu telah tiba. Perlombaan yang dilakukan untuk merayakan Hari Kartini di sekolah. Semua siswa tidak melakukan pembelajaran seperti biasa hari ini. Mereka justru sibuk mempersiapkan stand pameran. Mulai dari siswa kelas X hingga kelas XII. Ruangan kelas juga di dekor semenarik mungkin. Semua menyiapkan yang terbaik supaya pengunjung stand pameran bisa puas.

Sejak kemarin sore, siswa-siswa yang tergabung dalam OSIS sudah sibuk menyiapkan panggung di tengah lapangan. Dan hari ini mereka tinggal melakukan pengecekan ulang sebagai langkah final sebelum acara pemilihan Putri Kartini dimulai satu jam lagi.

Sementara itu di salah saru ruangan kelas X yang disulap menjadi ruang rias wajah bagi para peserta, Reina tampak terkagum-kagum melihat sahabatnya yang terlihat berbeda.

"Ini beneran Aureliana Edisa, si Cewek Kutub yang katanya mirip Sadako?" Reina mendekatkan wajahnya ke Lia untuk mengamati polesan wajahnya. Sebenarnya Lia tanpa make-up pun sudah terlihat cantic. Cewek itu hanya perlu melepas kacamata bulatnya dan menata rambut panjangnya supaya rapi. Namun, riasan itu membuat Lia semakin terlihat berbeda.

Lia terkekeh geli, melihat Reina yang terkagum-kagum. "Terus lo piker gue siapa? Mbak Kunti?" celetuk Lia asal.

"Hush. Malah bawa-bawa hantu lain. Pamali, nanti kalau benaran datang gimana?" ucap Reina bergidik ngeri.

"Gue deg-degan banget, Rei. Gue takut bikin semuanya kacau," ucap Lia lirih. Selama 17 tahun Lia hidup, inilah kali pertama Lia diberikan tanggung jawab besar. Apalagi ia sebelumnya sangat menghindari orang-orang. Bersembunyi supaya mereka tidak menyadari kehadiran Lia. Namun, kali ini ia justru harus melakukan hal yang sebaliknya.

Memang siswa satu sekolah sudah mulai mengenalnya. Itu pun karena pengaruh Thora dan Will sebagai cowok populer di sekolah. Gadis itu tidak bisa mengelak. Mau tidak mau ia memang harus menghadapi kenyataan. Memang teman-temannya tidak mengorek masa lalu Lia, tetapi selama itu pula Lia takut dengan kekhawatiran yang ia buat sendiri. Ternyata masa lalunya masih tersimpan rapi di kotak kenangan, tanpa ada satu pun orang yang menyentuhnya.

Beruntungnya lagi, setelah rangkaian peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini, ia bisa merasakan persahabatan yang tulus dari teman-teman terdekatnya. Lia begitu bersyukur bisa mendapatkan hal tersebut.

"Sekarang, lo coba tenangin diri. Tarik napas pelan-pelan. Hembuskan. Gitu terus sampai lo rileks."

Lia mengikuti saran yang dikatakan Reina. Cukup berhasil, meski lengannya semakin terasa dingin.

"Jangan lupa lo berdoa juga." Setelah mengatakan itu, Reina pamit karena ia juga kebagian tugas untuk meliput acara besar ini. Tinggal Lia bersama peserta-peserta yang lain di sana. Ia menatap cermin dengan seksama.

Lia, kamu sudah sampai sejauh ini. Waktunya untuk membuktikan pada diri sendiri. Kalau kamu juga bisa. Semangat.

***

Acara dimulai dengan sambutan oleh kepala sekolah dan ketua OSIS. Semua berjalan dengan lancer dan disambut dengan meriah oleh semua siswa. Pemilihan Putri Kartini ini akan diadakan sama seperti pemilihan Putri Indonesia yang sering ditayangkan di televisi. Akan ada peragaan busana dengan kebaya, unjuk bakat peserta dan terakhir tanya jawab dengan juri.

"Lo kenapa sih, celingak-celinguk mulu?" tegur Zain yang melihat gelagat Satrian.

"Cari macan galak gue. Cukup melihat mukanya aja udah jadi obat buat gue. Candu banget emang," jawab Satrian tanpa melihat Zain. Sahabatnya itu tidak habis piker kalau Satrian tidak menyerah untuk mendapatkan Reina.

AurelianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang