RUMIT

83 21 2
                                    



Orang yang sedang jatuh cinta, terkadang merasa rumit karena perasaannya sendiri.

Siang itu Will hanya ingin membeli camilan untuk mengganjal perutnya yang lapar. Kemudian setelahnya kembali ke kelas dan membaca kembali materi-materi tambahan yang diberikan Pak Emon untuk olimpiade matematika yang akan diselenggarakan minggu depan.

Belum sempat ia melakukannya, langkah Will tertahan saat melihat Lia sedang dimarahi oleh Tika. Will tidak pernah peduli dengan apapun, tetapi melihat Lia menunduk dan diam saja seperti itu membuat perasaan cowok itu campur aduk. Sampai ia tidak sadar kalau tangannya terkepal.

Tika menarik kacamata yang bertengger di hidung bangir Lia, lalu melemparkannya ke sembarang arah. Rambut gadis itu pun disibakkannya ke belakang.

Wajah tanpa kacamata itu tampak begitu sedih dan hati Will terluka karenanya. Entahlah. Will tidak pernah mengerti, mengapa gadis yang baru ia temui itu begitu menarik simpatinya begitu dalam.

Tiba-tiba saja seperti pahlawan kesiangan, Thora muncul di antara mereka berdua. Dan dnegan lantang menyerukan bahwa Lia adalah miliknya. Kini sensasi lain bermain-main di hati Will. Hatinya terasa panas dan ia merutuki hal itu. Namun, satu yang tidak bisa ia pungkiri. Hal itu sangat mengganggu pikirannya.

Setelah kerumunan bubar, Will masih berdiam di tempatnya. Kejadian barusan membuat pikirannya kacau. Cowok itu mengurungkan niatnya untuk membeli makanan ketika bel pertanda jam pelajaran dimulai sudah berbunyi. Sebenarnya Will enggan melangkah ke kelas, ia ingin mencari Lia. Berada di dekatnya, lalu menghibur gadis yang terlihat terpukul itu. Sayangnya, Thora terlebih dulu melakukan hal itu. Thora, saudara sambung yang begitu ia benci.

15 menit sejak bel berbunyi, ruangan kelas XI IPA 1 masih belum didatangi guru. Will yang kehilangan mood belajar keluar kelas. Menggerakan kakinya ke tempat yang bisa membuat hati cowok itu lebih tenang. Will terheran saat mendapati pintu rooftop terbuka. Ia mempercepat langkahnya kemudian melihat Lia berdiri di tengah terik matahari dengan bahu bergetar. Gadis itu menangis.

Will bergeming di pintu, memberikan waktu agar gadis itu bisa menangis sepuasnya. Beberapa saat kemudian, saat Lia mulai tenang, Will memberanikan diri menghampiri Lia.

"Harusnya lo tahu ini tempat gue," jelas Will menegaskan daerah kekuasaannya. "Dan gue paling nggak suka ada orang yang nangis di sini," lanjutnya lagi. Will merutuki dirinya sendiri. Harusnya bukan kalimat-kalimat sperti yang terlontar dari mulutnya.

Gadis itu bergeming dipijakannya. Ia sedang tidak ingin berbicara pada siapapun. Will maju melewati Lia, hingga bayangan tubuhnya berlawanan dengan bayangan gadis itu.

"Tika ngancam lo gara-gara foto yang ada di Instagram?" tanya Will dengan suara lembut.

Tak satu pun kata terucap dari bibir mungil Lia. Gadis itu hanya menunduk, menyembunyikan matanya yang sembap. Melihat respon Lia seperti itu, Will yakin jawabannya adalah iya. Tika memang gadis keras kepala yang pernah Will temui. Sejak pertama masuk sekolah, cewek itu tidak henti-henti mengejarnya. Padahal Will sudah menolak Tika berkali-kali. Mulai dengan cara yang sopan bahkan hingga cara ekstrem seperti membentak gadis itu. Namun, percuma saja. Tika tidak peduli dengan perkataan will.

Maka tidak heran, jika Will bisa menebak apa yang terjadi antara Lia dan Tika. Semalam sebuah akun palsu di Instagram menandai akun miliknya dan akun sekolahnya. Foto itu langsung dibanjiri komentar dari siswa-siswi SMA Seruni Bangsa. Hingga hari ini, foto itu masih dijadikan gosip hangat di sekolah.

Will tidak memaksa Lia untuk menjawabnya. Gadis itu pasti butuh ruang untuknya menenangkan diri. Tangan kanan Will menyentuh pundak Lia, menepuk-nepuknya dengan lembut. Seolah berusaha untuk memberikan gadis itu kekuatan dan memberitahunya bahwa ada seseorang yang sedang bersamanya.

Sesuatu menggerakan Will untuk merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya. Lalu jemarinya mengusap lembut rambut panjang gadis itu.

"Bilang sama gue kalau ada sesuatu yang mengganggu lo."

Meski sedang menangis, indera pendengaran Lia masih bisa menangkap kalimat Will dengan jelas. Cowok inilah yang harus ia hindari, tetapi berada dalam rengkuhannya membuat hati Lia merasa lebih tenang. Sebentar saja seperti ini dan esok Lia berjanji untuk melupakan semuanya.

***

Setelah selesai menghabiskan makan malam, Lia segera membereskan meja dan mencuci piring. Biasanya makan malam akan menjadi waktu bagi Lia dan Nenek mengobrol. Namun, Lia lebih banyak diam. Mengaduk-aduk sop ayam dengan pandangan kosong. Nenek bisa menghitung berapa suap nasi yang masuk ke mulut gadis itu.

Mata cucunya sembab dan raut wajahnya sudah menjelaskan segalanya. Ada sesuatu yang terjadi pada Lia. Nenek sempat bertanya tentang keadaan Lia. Tugas sekolah yang semakin rumit selalu jadi jawaban andalan Lia. Piring-piring sudah selesai dicuci dan Lia berpamitan kepada Nenek untuk tidur lebih awal.

Lia segera merebahkan dirinya di atas kasur. Kemudian gawainya berbunyi. Nama Reina tertera di sana. Kejadian Tika melabrak Lia sampai ke kuping Reina. Saat jam pelajaran terakir, Reina heran karena Lia tidak juga kembali ke kelas. Reina berusaha menghubungi Lia, tetapi getaran di tas Lia memberitahu Reina bahwa Lia tidak membawa ponselnya. Reina ingin membalas perbuatan Tika, tetapi itu akan memperkeruh suasana. Jadi Reina memilih untuk menunggu Lia di kelas untuk mengambil tasnya.

Percakapan melalui sambungan telpon itu tidak berlangsung lama. Reina mendominasi percakapan barusan. Lia bisa merasakan bahwa Reina sedang berusaha menghiburnya. Sampai-sampai Reina melontarkan beberapa lelucon yang jarang sekali ia lakukan. Dalam kesedihannya, Lia merasa bersyukur karena Reina berada di sisinya.

Lia kembali meletakkan ponselnya di atas nakas setelah percakapan itu berakhir. Lalu, pikirannya kembali melayang ke kejadian siang tadi. Wajah Thora dan Will muncul bergantian di situ. Lia menepuk-nepuk pipinya beberapa kali, berusaha mengembalikan kesadaraannya.

Kenapa ini semakin rumit?

***

Thora tampak mondar-mandir di depan kamarnya. Banyak hal yang menghantui di kepalanya, ketika ia tidak sengaja melihat Will dan Lia di rooftop tadi siang. Ini tidak adil. Mengapa Lia justru mau dipeluk Will, sementara gadis itu sebelumnya meminta Thora menjauh dirinya.

Thora baru tahu tentang foto Lia dan Will yang viral di Instagram ketika di kelas. Thora tahu karena cewek-cewek di kelasnya begitu heboh membicarakan foto itu. Cowok iseng itu jarang bermain di Instagram, bagi Thora hal itu tidak bermanfaat baginya. Namun, sesudah melihat itu banyak pertanyaan muncul di benak Thora. Apa mungkin, ada sesuatu di antara Lia dan Will yang Thora lewatkan.

Suara pintu yang berdecit mengalihkan pandangan Thora. Orang yang ditunggu sejak tadi menampakan batang hidungnya. Cowok yang tingginya hampir sama dengan Thora melangkah keluar.

"Tunggu! Gue perlu ngomong sama lo," cegah Thora sebelum Will pergi. Will membalikkan badan dan melihat Thora berjalan ke arahnya.

Will mengangkat alisnya sebagai jawaban.

"Ada hubungan apa lo sama Lia?" tanya Thora langsung ke inti permasalahan.

"Kenapa memangnya? Lo nggak suka?"

"Iya, gue nggak suka lo dekat-dekat sama dia."

"Siapa lo?" Will menantang dan Thora tidak bisa menjawab.

Thora menyadari bahwa dirinya hanya seseorang yang mengagumi Lia sejak lama dan baru berani mendekati gadis itu sekarang.

"Jauhi Lia! Dia punya gue," tegas Thora. Beberapa detik berlalu tanpa satu pun yang berbicara dan Thora menganggap kalau Will mengerti maksud perkataan Thora.

"Gue nggak akan pergi dari dia," jawab Will dengan tatapan mata tajam.

"Maksud lo?" tanya Thora

"Gue suka sama dia."

Cemburu telah membakar hati Thora. Haruskah Thora mengalah lagi untuk Will. Membiarkan seseorang yang terlebih dahulu ia temui sebelum Will. Tidak. Thora tidak akan pernah melakukan itu.

***

AurelianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang