Part 19

2.1K 137 6
                                    


"Aku sepenuhnya sadar, Zua. Aku nggak pernah mikirin perasaan kamu gimana karena perlakuan aku. Sebagai permintaan maaf aku ... kamu boleh minta apa aja, selain minta putus, aku bakal coba usahain."

Raga menatap bingung Zua yang tiba-tiba berjalan ke tempat sampah. Dia mendesah kecewa ketika Zua membuang eskrim itu tepat di depan mata dia.

Zua kembali duduk, menatap kekasihnya tanpa ekspresi. "Kamu kira yang kamu lakuin selama ini itu hal kecil? Aku nggak butuh apa-apa dari kamu, Raga. Cukup kasih kejelasan tentang hubungan kita, terima aku yang minta putus. Kamu barusan bilang 'kan kamu sadar yang atas apa yang kamu lakukan, terus kenapa masih bersikap egois, Raga?" tanyanya.

Laki-laki itu terdiam, keadaan hening mulai menyelimuti mereka beberapa saat.

"Nggak bisa jawab? Wajar aja, kamu masih belum mengerti sepenuhnya diri sendiri, apalagi ngertiin orang lain. Logikanya dipake, ini semua terjadi karena kamu," Zua tahu ucapannya sedikit menyinggung perasaan laki-laki itu, tapi apa boleh buat Zua tengah kecewa hari ini sampai dirinya mengeluarkan semua unek-uneknya selama ini.

"Aku minta maaf, aku salah. Apa yang harus aku lakuin buat perbaikin semuanya? Aku yakin pasti bisa berubah dan bikin kamu bahagia."

Ingin sekali Zua menertawakan Raga saat itu juga, bagaimana mungkin laki-laki itu masih menyuruhnya untuk tetap bersamanya? Ini lucu menurut Zua, sudah beberapa kali melakukan kesalahan dan sekarang masih bisa mengatakan 'perbaiki?'

Bahagia? Kapan dirinya merasakannya lagi? Setelah Saras pergi? Zua masih ingat betul Raga pernah berkata kalau dirinya tidak bisa menjauhi Saras begitu saja, dan di pikirannya masih mengingat jika laki-laki itu mencintai Saras.

Tujuan dirinya sekarang apa?

"Nggak ada yang bisa diharepin, apalagi perbaiki semuanya. Aku kira semalam kamu bakal tepatin, karena Ayah bakal ijinin kita pacaran tanpa harus diam-diam. Bahkan kamu bilang ... kamu bakal berusaha, dan selanjutnya yang terjadi? Kamu selalu kasih alasan sebagai bentuk dari pembelaan." Zua menghela napas berat, mencoba bersikap setenang mungkin.

Raga mengusap kasar wajahnya, lalu berdecak sebal. "Hubungan kita masih ada tujuan yang belum tercapai. Seiring berjalannya waktu, aku bisa berubah. Kita pertahanin hubungan kita ... kayak kamu pertahanin aku dulu. Kamu mau perjuanganmu selama ini sia-sia aja? Ini belum seberapa untuk kita, bisa aja di luaran sana masalah yang ada di hubungan orang lain lebih rumit. Kita berjuang lagi, ya. Pertahanin hubungan kita lagi. Biar nanti semua usaha kamu terbayar," papar laki-laki itu. Dia memperbaiki posisi duduknya, kembali serius pada gadis di depan. "Apapun yang kita mau ... nggak ada yang instant, semua butuh proses, juga perjuangan. Kamu pernah lihat orang tanpa masalah?"

Zua menggeleng pelan, mencerna setiap kata yang keluar dari mulut sang pacar.

"Semua orang punya masalah masing-masing, mungkin nggak sama, tapi kita bisa tahu dan belajar dari mereka yang punya masalah hubungan lebih berat. Jangan ngeluh ..."

Zua memikirkan kembali keputusannya, dirinya tahu akhir-akhir ini dia sering mengeluh pada Raga. Kemungkinan besar dia masih akan merasakan sakit hati lagi karena laki-laki itu, belum lagi masalah dengan Egi belum selesai. Hal itulah yang membuatnya bimbang.

Rambut sebahu Zua menutupi wajahnya ketika perempuan itu menunduk dengan kedua tangan menutupi mukanya. Raga tersenyum kecil, merasa perkataan dia sedikit menampar Zua.

Hembusan angin siang hari mengembalikan suasana yang tadinya tegang. Matahari yang masih memancarkan panas tidak menyorot ke arah mereka berdua, sebab terhalang oleh sebuah papan spanduk.

Raga berdiri lalu duduk di samping Zua. Tangannya menyingkirkan rambut Zua ke belakang telinga, dia mengusap lembut kepala Zua. Gadis itu diam tidak menolak perlakuan Raga yang membuat laki-laki itu tersenyum senang.

Destiny (Complete)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang