Part 28

2.5K 135 0
                                    

Zua berjalan di koridor sekolah, pagi tadi dia memilih pergi sendiri. Lebih tepatnya untuk menghindari Egi, dia masih belum percaya sepenuhnya pada laki-laki itu yang menyatakan cintanya dan menembak Zua.

Memang bukan pertama kalinya Egi mengajak Zua pacaran, akan tetapi kemarin laki-laki itu benar-benar berbicara serius padanya. Dia tak menolaknya, hanya saja setelah itu mereka pulang bersama menaiki angkutan umum. Selama perjalanan pun hanya ada keheningan, Zua masih terlalu shock dan Egi yang mengerti hal itu membiarkannya.

Perihal Saras dan Raga saja sudah membuat perasaan Zua campur aduk, apalagi sekarang bertambah satu. Ada benci pada perilaku Saras, cinta pada Raga, dan bingung dengan jawaban yang harus dia berikan pada Egi.

Jujur saja Zua memang sayang pada Egi sebagai sahabat. Meskipun sudah bertahun-tahun dekat, tak pernah ada rasa suka sedikit pun padanya. Jika Zua menerima Egi, apa dia harus membohongi perasaannya hanya untuk membuat laki-laki itu senang atau menolaknya yang Zua yakini setelah itu pasti akan ada kerenggangan pada persahabatannya?

Dia tak mau hal itu terjadi.

Zua duduk di kursinya, kepalanya dia jatuhkan diatas meja dengan tangan yang membuat pola abstrak. Kenapa harus ada rasa cinta diantara persahabatannya?

“Tega lo ninggalin gue, padahal udah datang ke rumah lo.”

Egi menghampiri Zua dengan suara berat disertai napas terengah-engah, dia berdiri tepat di depannya dengan hodie abu yang melekat pada tubuh laki-laki itu.

“Dari semalem lo kok diemin gue mulu, huh?”

Zua diam tak menjawab, bahkan tak berani menatap orang di depannya.

“Apa karena kemarin?” tanyanya lagi, namun tak mendapatkan jawaban sama sekali.

“Kejadian kemarin gue nggak bohong, ya Zu.” Egi berdehem seraya memilih duduk di kursinya dia berucap, “Gue kasih waktu sama lo buat pikirin lagi, siapa tahu lo nerima gue. Tapi, kalau lo nggak mau juga nggak apa-apa, gue terima apapun jawabannya. Mungkin aja di lain hari lo bakal jadi pacar gue, karena gue nggak mau nyerah gitu aja, Zua.”

Laki-laki itu terdengar bersungguh-sungguh dalam berujar, hatinya tak mampu dia kendalikan kalau Egi benar-benar mencintai Zua. “Sampai lo balas cinta gue, bahkan jadi milik gue.”

Bagi Egi, Zua adalah perempuan yang sabar, karena kesabaran dan tingkah gadis itu mampu membuat dia tahu artinya berjuang untuk mendapatkan seseorang.

Setelah beberapa menit Zua diam, kali ini dia memberanikan diri untuk melirik Egi meski raut muka yang ditunjukan masam. “Kalau aku nggak bisa bales perasaan kamu gimana, Gi? Apa aku harus terima kamu dan coba belajar buat suka sama kamu?”

Egi menumpu dagu dengan kedua tangannya, dia menatap serius gadis di depannya lalu tertawa kecil. “Nggak perlu dipaksain kalo nggak suka, ntar gue yang sakit loh, Zu. Gue aja yang coba buat lo tertarik sama gue lewat apa yang gue lakuin. Lo tahu? takdir bakal milih lo sebagai milik gue, tunggu aja ntar. Semoga aja.”

Zua mengernyitkan dahinya, mencerna perkataan sahabat laki-lakinya ini  yang menurutnya sedikit aneh.

Apa mungkin hanya perasaannya saja?

“Lo akan jadi pacar gue dalam waktu dekat.”

-——-

|Minta waktu kamu sebentar, nggak lama. Aku perlu bicara soal Saras yang narik kamu, maaf baru tahu. Aku khawatir, Zua.

Zua hanya membaca pesan dari Raga yang masuk beberapa menit lalu. Dia tak mau ambil resiko yang nantinya akan berakhir dengan Saras yang berulah kembali.

Destiny (Complete)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang