BAB 62

6K 320 46
                                    

Happy Reading guys. Setelah sekian lama akhirnya Author upp yey😂

Baca aja yah guys. Partnya ambur adul yah. Tapi ya udahlah dibaca aja😂 otak author lagi mudik. Jadi nggak ada yang mikir idenya😁

JANGAN LUPA BUAT TINGGALIN JEJAK KALIAN YAH.

Ada yang nunggu? Nggak ada yah😅😪

~

Mereka tiba di bandara New York pada malam hari, kemudian dijemput oleh seorang supir yang mengantarkan mereka kembali ke Mension.

Perjalanan panjang itu membuat Valerie banyak menghabiskan waktunya dengan tidur, bahkan saat sampai pun dia masih malas bangun dan berakhir dengan Erlangga yang menggendongnya hingga sampai ke kamar.

"Sayang, Bangun"

Valerie menggeliat, membuka mata lalu menatap Erlangga yang wajahnya berada tepat di depannya.

"Kita dimana?" Tanya Valerie yang kesadarannya masih belum terkumpul.

"Udah di rumah, sekarang bangun, mandi, abis itu keluar makan. Aku tunggu diluar" sebelum keluar, Erlangga menyempatkan untuk mencium kening isterinya.

Setelah kesadarannya kembali, Valerie beranjak masuk ke kamar mandi.

Setengah jam kemudian, Valerie keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe warnna putih dan handuk yang digelung untuk mengeringkan rambutnya yang basah.

Kemudian, masuk ke walk in closet dan kembali keluar dengan piyama, ia keluar dari kamarnya, bergabung dengan suaminya di meja makan.

"Kak Vano dimana?"

"Dia nginap di hotel"

"Veronica?"

"Aku tidak tau, karena dia sudah memisahkan diri saat di Bandara"

"Grandma Earlyan?"

"Masih di dalam kamar"

"Oh" Valerie hanya ber oh ria saja. Jangan heran jika Grandma Earlyan juga ada di New York, karena itu adalah permintaan Desinta, ibu mertuanya.

Awalnya memang mereka hanya berempat yang akan pulang, tapi tiba-tiba saja Desinta ibu Erlangga menelepon dan meminta agar Grandma Earlyan ikut serta. Alasannya jelas, karena Grandma Earlyan belum pulih dan membuat ibu mertuanya Khawatir karena tidak ada keluarga yang menemani.

Keduanya makan dengan tenang, menikmati hidangan yang telah dibuat oleh koki.

~

"Bodoh!" Vano meremas rambutnya, dia sudah seperti orang gila sekarang. Untung lah dia sedang ada di kamar hotel yang hanya ada dirinya, jadi tidak akan ada orang yang melihatnya.

"Aku harusnya tidak datang kesana" sesal Vano, ia menyesali keputusannya datang ke Berlin. Jika saja ia tidak pergi, mungkin kejadian itu tidak akan pernah di alaminya.

Dia tidak akan pernah melakukan hal itu, Vano benar-benar memaki dirinya sendiri yang tidak bisa mengontrol nafsunya, dan menyebabkan seorang wanita kehilangan mahkotanya.

Peristiwa itu terekam jelas diingatannya, rontaan dan teriakan Veronica yang memintanya untuk berhenti bahkan sangat jelas di indera pendengarannya.

Tapi obat sialan itu membuatnya tidak bisa berbuat apapun selain menuntaskannya. Jadi yang bisa di lakukan Vano hanyalah meminta maaf dan bertanggung jawab.

Setelah cukup lama Vano berpikir, akhirnya dia memutuskan untuk menemui Veronica, ia tidak akan bisa tenang sebelum masalah ini selesai.

Ia membuka handphone-nya, mencari alamat lengkap Veronica. Setelah ketemu, ia pun segera menyambar kunci mobil dan keluar dari kamar hotel. Ia hanya memakai kaus putih polos dan celana jeans hitam.

ValerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang