BAB 11

7.7K 307 11
                                    

Erlangga keluar dari mobil ketika mereka sampai di restoran, lalu dia segera membantu Fidelya turun.

"Kau seharusnya tidak perlu membukakan aku pintu, lagipula aku bisa sendiri"

"Bukankah itu adalah hal biasa kulakukan?" Tanya Erlangga dengan raut bingung.

Fidelya menghembuskan nafas pelan sebelum menjawab perkataan Erlangga "Tapi sekarang berbeda, aku tidak ingin membuat Valerie salah faham nantinya"

"Kurasa Valerie akan mengerti, kita sudah bersama sejak kecil kan"

"Kau benar, dan Valerie juga tau kalo kita itu cuma sahabatan. Jadi dia tidak akan cemburu padaku"

Erlangga hanya tersenyum miris mendengar kalimat yang terlontar dari mulut wanita yang sangat dia inginkannya.

"Ya sudah ayo masuk, aku sudah sangat lapar" Erlangga mengangguk, dan menggandeng Fidelya memasuki Restoran.

"Makasih" ucap Fidelya setelah duduk  di kursi yang telah ditarik Erlangga.

"Mau makan apa?" Tanya Erlangga dengan suara lembut.

"Aku lagi pengen makan Egg benedict"

Erlangga menaikkan satu tangannya, memanggil salah satu pelayan. "Saya mau pesan Egg benedict dan Lobster Newberg"

"Baik Tn, minumnya?" Tanya Pelayan itu dengan suara yang dilembut lembutkan dan gaya yang dibuat seanggung mungkin.

Erlangga melirik Fidelya, menatap lembut "Mau minum apa?"

"Green tea" jawab Fidelya

Erlangga mengalihkan padangannya pada pelayan di depannya "Green tea dan air putih"

"Baik Tn, ditunggu sebentar" Pelayan itu pergi dengan pinggul yang dilenggok lenggokan membuat Erlangga melemparkan pandangan jijik.

"Ga!" Panggil Fidelya, setelah Erlangga menoleh dia segera mepanjutkan perkataannya "aku mau dengar penjelasan darimu"

"Penjelasan?"

"Bagaimana caranya kalian berdua bisa dekat dan akhirnya memutuskan untuk menikah?"

Erlangga mengangkat bahu acuh "Aku lagi malas bahas itu"

"Erlangga!" Panggil Fidelya dengan wajah cemberut membuat Erlangga gemas.

"Baiklah, aku tidak tau bagaimana harus menjelaskannya. Tapi yang pasti aku mencintainya, dia wanita yang baik dan ramah. Tidak sulit untuk seorang pria bisa mencintainya" ucapan itu terlontar dari mulut Erlangga dengan mulus membuat Fidelya tersenyum hangat.

"Andai saja kau tau kalo kalimat itu tertuju padamu, bukan wanita sialan itu" batin Erlangga.

"Aku senang kau sudah menemukan wanita yang akan menemanimu hingga tua nanti" Erlangga hanya membalasnya dengan senyum miris

Tidak lama pesanan mereka datang, keduanya makan dengan tenang tanpa ada yang membuka suara, sesekali Erlangga memperhatikan wajah cantik Fidelya yang membuatnya semakin terpesona.

"Sayang!" Suara panggilan itu membuat keduanya menoleh dan menemukan Eric yang melangkah mendekati meja mereka.

"Kok disini?" Tanya Fidelya setelah berdiri dan menyambut Eric dengan pelukan.

Sialan! Umpat Erlangga, ia memalingkan pandangannya dengan kedua tangan yang terkepal, mati matian dia menahan amarahnya yang akan meledak kapan saja. Terlebih saat melihat Eric mencium kening Fidelya membuatnya semakin emosi.

"Aku harus pergi, ada rapat yang harus kulakukan" ucap Erlangga

"Baiklah, tapi jangan lupa undangan untuk kami" kata Fidelya membuat Eric mengeryit bingung.

ValerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang