BAB 32

6K 287 12
                                    

"Lagi lagi kau melalaikan tugasmu Dokter Valerie"

"Maafkan saya Tn. Dav, ini memang kesalahan saya" Valerie menunduk, ia tidak berani mengangkat kepalanya yang akan menyebabkan dia bersitatap dengan wajah menakutkan Dav.

"Kau terus saja meminta maaf dan setelahnya akan mengulang kesalahan yang sama. Apa kau tidak berpikir akibat dari kelalaianmu itu? Bahkan nyawa pasienmu bisa saja tidak terselamatkan karena kelalaianmu dalam bekerja." Sarkas Dav.

Valerie tidak tau harus bilang apa untuk membela diri, karena disini memang sudah jelas dirinya lah yang salah, dan kesalahannya hampir menghilangkan nyawa pasiennya karena tidak mendapatkan penanganan yang baik.

Mungkin jika dirinya jadi menemani Fidelya, maka nyawa pasiennya sudah tidak tertolong. "Ini memang sepenuhnya kesalahan saya, Tn. Dav, saya benar benar minta maaf"

"Tidak perlu lagi meminta maaf, dengar! Ini sudah kesekian kalinya kau melakukan kesalahan yang sama. Dan mulai hari ini sampai seterusnya aku tidak ingin mendengar ada keluhan dari keluarga pasien lagi, karena itu kau harus tetap berjaga disini" setelah mengatakan hal itu, Dav langsung keluar dari ruangan Valerie dan menutup rapat pintunya.

Dav tidak langsung pergi dari sana, ia malah bersandar di dekat pintu masuk. Jujur ada perasaan bersalah dalam dirinya saat memarahi Valerie, ia tau jika wanita itu telat karena perbuatan suaminya, dan Dav benci mengetahui hal itu, dia tidak suka wanita yang sudah ia klaim miliknya di atur seseorang.

Dav juga ingin agar Valerie bisa melawan dan tidak mudah mengikuti perintah Erlangga.

"Sabarlah sebentar lagi, setelah semuanya selesai, maka aku akan merebutmu kembali" tekad Dav dalam hatinya, dan segera pergi dari sana ketika Valerie ingin keluar.
.
.
.
Valerie keluar dari ruangan setelah selesai memeriksa pasiennya diikuti oleh asistennya. Valerie yakin dia tidak akan ada waktu untuk menemani Fidelya jalan jalan, karena disibukkan oleh pekerjaannya. Maka dari itu Valerie memilih menelpon Fidelya.

"Halo Va!"

Valerie ragu. Antara mengatakannya atau tidak, tapi jika ia menuruti maka dia akan mendapatkan masalah dari keluarga pasiennya seperti tadi pagi, dimana ia dilabrak oleh seorang ibu paruh baya karena menurutnya lalai.

"Sebelumnya aku minta maaf Fi"

"Minta maaf? Untuk apa?"

"Aku minta maaf karena siang ini tidak bisa menemanimu shopping. Bukan karena aku tidak ingin, tapi kerjaan aku masih banyak banget"

"Kau sangat sibuk yah Va? Padahal ini keinginan bayi aku loh"

Valerie tau Fidelya kecewa, tapi bukan itu yang menjadi fokusnya sekarang, melainkan kata Bayi lah yang mengejutkannya "Bayi? Kau hamil Fi?"

"Ya, apa Erlang tidak memberitahumu."

"Mungkin dia lupa"

"Sepertinya kau memang sangat sibuk Va, bagaimana kalo aku ke rumah sakit dan menemanimu, kau tau kalo aku sangat ingin bersamamu sekarang"

"Kau pasti akan bosan Fi, bahkan untuk mengobrol saja aku tidak akan punya waktu, bagaimana kalo aku saja yang mendatangimu saat pekerjaanku selesai?"

"Kau tidak bisa melarangku Va, lagipula aku sudah berada di depan rumah sakit"

Tut..tutt

"Itu keputusanmu sendiri Fi, jadi selamat datang di kebosanmu nanti" ucap Valerie saat Fidelya mematikan sambungan secara sepihak.

Valerie menghela nafas pelan dan menoleh ke arah asistennya. "Apa kau membawa hasil tesnya?"

Asisten Valerie mengangguk "Bawa ke ruanganku, dan panggilkan keluarga pasien yang ada di ruangan 23B agar menemuiku lima menit lagi" Setelah mendapat anggukan, Valerie segera berjalan keluar rumah sakit, ia akan menemui Fidelya dahulu.

ValerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang