BAB 17

6.6K 326 3
                                    

"Selamat datang. Tuan dan Nyonya" Mitta dan para maid di mension berkumpul di depan pintu, menyambut kedatangan Erlangga dan Valerie dengan menunduk sopan.

Erlangga hanya menatap datar, tidak mengubris ucapan para maid itu, ia lebih memilih tetap berjalan menuju kamarnya bersama dengan Valerie

"Kalian taruh aja disitu, biar nanti aku sendiri yang menyusunnya" ucap Valerie dan Maid itu langsung mengangguk, dia meletakan koper milik Valerie.

"Baik Nyonya, nama saya Jena. Nyonya bisa panggil saya kalo butuh sesuatu" Valerie mengangguk, dan Jena segera meninggalkan mereka berdua.

"Kau akan kemana?" Tanya Valerie.

Erlangga yang baru saja selesai berganti pakaian pun tidak menjawab, ia membuka laci dan mengambil sesuatu dari sana.

"Kunci mobil dan kartu kredit, itu milikmu sekarang"

"Untuk mobil aku memang membutuhkannya, tapi kartu kredit lebih baik tidak perlu, aku punya sediri" tolak Valerie, ia hanya mengambil kunci dari tangan Erlangga.

"Tidak ada penolakan." Erlangga memberikan secara paksa kartu itu ke tangan Valerie"Nomor pin-nya tanggal pernikahan kita"

"Pernikahan kita?"

"Kau tidak lupa tanggalnya kan? Dan satu lagi. Pin-nya di atur Daniel, jadi jangan menganggap kalo itu keinginanku"

"Hmm"

"Aku harus ke kantor sekarang" Erlangga sudah berbalik pergi, tapi saat akan membuka pintu dia berhenti dan kembali menoleh ke arah Valerie yang masih berdiri di tempatnya. "Jangan ke Rumah sakit sekarang karena nanti siang Fidelya ingin kau menemaninya jalan jalan ke Mall, dan kau juga harus membayar semua belanjannya menggunakan kartu yang kuberikan. Kalo dia menolak maka kau harus mencari cara agar dia mau menerimanya" setelah mengatakannya, dia segera membuka pintu dan pergi dari sana.

"Benar benar lelaki iblis, untuk apa dia memberikan kartu kreditnya padaku, kalo isinya untuk keperluan Fidelya" Valerie melempar kunci dan kartu kredit itu di atas kasur dan segera bergegas untuk mandi.

.
.
.

"Putriku terlihat sangat cantik, lihat mereka berdua terlihat sangat serasi" ucap Elena yang sedang menonton Tv dimana pernikahan Erlangga dan Valerie di tayangkan ulang.

"Benar, aku bahkan tidak menyangka puteriku akan menikah dengan lelaki paling berpengaruh di kota ini" ucap sang Marwan yang ikut bergabung dengan sang isteri

"Adikku memang yang terbaik Pi" jawab Vano yang sekarang berkutat dengan laptop-nya.

"Mi, hari ini kita pulang ke Indonesia kan?" Tanya Viona yang baru keluar dari kamar dan ikut duduk di samping Vano

"Tidak, mami belum berniat pulang. Mami masih merindukan Valerie" jawab Elena

"Terus perusahaan Kak Vano dan Papi siapa yang mengurus?" Tanya Viona

"Kamu tidak perlu mengurusi itu, semuanya sudah di atur. Kalo kamu sudah tidak suka disini, balik duluan aja sama suami kamu itu." Ujar Vano yang masih fokus pada laptonya

"Aku bukannya nggak betah disini kak, tapi.."

"Diam aja aku lagi kerja" sela Vano

"Kak Vano mau sampai kapan ketus sama aku?" Tanya Viona, dia sudah tidak tahan lagi dengan sikap Vano. Ralat bukan hanya Vano, tapi hampir semua keluarga besarnya sedikit mengucilkan dirinya dan juga Rafael.

Vano tidak menjawab, ia menutup laptop-nya dan berlalu masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan Elena dan Marwan masih fokus pada layar Tv di depan mereka.

ValerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang