BAB 3

11K 427 3
                                    

Pesawat Malaysia Airlines take off dari jakarta menuju New York dengan rute jakarta-kuala lumpur, kemudian di lanjut Dubai-New York.

Valerie menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, ia berharap bisa melupakan masalah yang baru saja menimpanya.

Aku harap ini memang yang terbaik. Valerie membatin

Valerie mencoba memejamkan matanya, mencoba menghilangkan bayang bayang perselingkuhan Rafael dan Kakak kandungnya.

"Sepertinya kau sedang ada masalah"

Valerie langsung membuka matanya, ia menoleh pada wanita cantik yang duduk di sampingnya. Valerie tidak berniat untuk menjawabnya dan hanya memandang ke depan.

"Namaku Fidelya kau bisa memanggilku Fiya aku berasal dari Amerika serikat tapi aku cukup lancar berbahasa Indonesia, namamu?"

Valerie hanya melirik sebentar sebelum kembali menatap ke depan "Valerie"

"Asli Indonesia?"

Valerie mengangguk saja.

"Tapi wajahmu tidak menunjukkan begitu "

"Turunan dari ibuku"

"Jadi Ibumu bukan indonesia?"

"Thailand"

"Woah, jadi Ibumu menikah dengan ayahmu yang asli Indonesia?"

"Begitulah"

"Kita memang baru ketemu, tapi aku tidak masalah kalo kau menceritakan masalahmu padaku, siapa tau aku bisa membantumu"

Valerie masih diam, tapi wanita yang bernama Fidelya tidak menyerah dan malah kembali berbicara "Aku juga punya masalah" Fidelya tersenyum ke arah Valerie sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Dan aku akan cerita, tidak perduli kau mendengarkannya atau tidak."

Fidelya merogoh tasnya dan mengeluarkan Handphone dari tasnya, entah apa yang dilakukannya tapi sepuluh detik setelahnya dia langsung memperlihatkan Handpone itu pada Valerie.

"Dia Eric. Tunanganku"

Valerie mengeryit bingung, entah apa tujuan Fidelya memperlihatkan foto tunangannya, tapi Valerie tidak berkomentar apapun. Dan hanya menunggu Fidelya menjelaskan sendiri.

"Besok malam adalah pernikahan kami dan tidak seperti pengantin yang lainnya, disaat orang lain akan bahagia karena akan menikah aku justru merasa ketakutan"

Valerie mulai memandang aneh pada Fidelya yang sedang memperhatikan gambar seorang lelaki yang sedang tersenyum di layar Handponenya.

"Lalu kau kenapa malah disini? Harusnya kau di rumahmu dan mempersiapkan diri" ucap Valerie

"Itu keinginanku, tapi sayangnya aku tidak bisa melakukan hal itu"

"Kenapa?"

"Karena kalo aku disana maka nyawa tunanganku bakalan terancam"

Rasa penasaran Valerie langsung muncul, juga merasa bingung dengan wanita di sampingnya ini. "Aku sama sekali belum mengerti"

"Akan aku jelaskan biar kau mengerti. Sebelumnya, aku menjalani hari hariku dengan baik, sampai pada akhirnya Eric menyatakan perasaan nya padaku satu tahun yang lalu. karena aku memiliki perasaan yang sama pun langsung menerimanya dengan senang hati. Awalnya hubungan kami baik baik aja, dan tidak ada masalah. Dan tepat saat hubungan kami lima bulan tepatnya saat Eric melamarku" Fidelya mengusap pelan air matanya sebelum kembali melanjutkan ucapannya "Saat acara pertunangan kami, tiba tiba lampu padam, dan hanya suara tembakan yang kami dengar, awalnya aku berpikir itu sebagian dari kejutan Eric untuk ku. Tapi setelah lampu kembali menyala, aku langsung kaget saat Eric sudah tersungkur di lantai dengan kaki yang berdarah, dan seperti dugaanku kalo tadi adalah suara tembakan yang mengenai kaki Eric. Aku panik saat itu juga, kedua orang tuaku juga langsung membawanya ke rumah sakit."

ValerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang