"Mama selalu pusing ya kalo denger kamu nangis kaya gini, Kepala Mama sakit Bel! Apa susahnya si jangan buat Mamah sama Papah kecewa!"
Seorang gadis yang kini menyender didepan pintu yang tertutup, menangis tersedu-sedu. Setiap hari- selalu saja begini, dia tidak pernah akur dengan Ibunya sendiri.
"Buka pintunya!!"
"Mah Abel pengen sendiri dulu, jangan tampar Abel ya... sakit Mah," balas Abel yang kini mencoba menahan tangisannya.
"Mamah bilang buka pintunya ya buka. Kok susah banget si kamu jadi anak yang nurut."
Terdengar ketukan pintu yang keras, membuat Abel berdiri lalu membuka pintu itu dengan perlahan.
Abel mundur beberapa langkah, melihat raut wajah dari Ibu nya membuat degupan jantungnya semakin keras.
"Berani-beraninya kamu nolak untuk ikut olimpiade ini Bel, Mamah mati-matian ya supaya kamu yang kepilih lagi. Kenapa!!" ucap Iza yang kini menarik lengan baju Abel sangat keras.
"Abel udah kelas akhir Mah, adik kelas Abel berhak buat ikutan olimpiade. Kata Bu Dev juga Abel harus fokus sama ujian," balas Abel yang kini tengah menunduk menyembunyikan air matanya yang terus saja mengalir.
Tiba-tiba Iza melangkah mengambil keramik guci yang terdapat hiasan tangan Abel, Safa, Sinta dan Dea. Itu adalah kenang-kenangan persahabatan mereka, satu-satunya yang Abel punya.
"Mamah mau ngapain," ucap Abel yang kini mencoba mendekati Iza.
"Mamah yakin teman-teman kamu menjadi penghalang buat kamu, mereka pasti berpengaruh buruk buat kamu Bel! Sebaiknya gak punya temen sama sekali itu jauh lebih baik, kamu bisa lebih fokus," balas Iza yang kini tampak akan memecahkan guci yang dipegangnya.
"Tapi Abel mohon jangan bawa ini," balas Abel yang kini mencoba mengambil guci itu.
"Agrhh!!" teriak Iza yang kini malah mendorong Abel, naasnya guci itu juga ikutan terdorong. Membuat semuanya pecah.
"Awsh," teriak Abel karena pecahan guci kini menancap ke telapak tangannya.
***
"Iya Umi... Raja baru sampe ini, Umi mau nitip apa?"
"Iya. Raja tutup dulu ya Umi."
Raja yang kini tengah memarkirkan mobilnya di supermarket, malah terdiam. Dia melihat seseorang yang dikenalinya berada dibangku luar, seorang gadis dengan hoodie yang menutup kepalanya, tengah menunduk sedih.
"Abel?" ucap Raja yang kini mencoba duduk dibangku sebelah Abel yang kosong.
Abel langsung terburu-buru menghapus air matanya. Dia tidak bisa melihat Raja untuk saat ini, Abel merasa berantakan dan itu sangat memalukan.
"Eh Ja. Ngapain?"
"Harusnya gue yang nanya. Lo ngapain disini."
"Gue- ya habis beli ice cream lah. Itu soalnya kesukaan gue," balas Abel yang kini tersenyum kaku.
"Bekas kantong handsaplas ini punya lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJABEL !
Teen FictionDiawali dengan permintaan guru BK nya. Untuk membantu kebandelan seorang lelaki yang memang sudah memiliki julukan di sekolahnya sebagai King BK. RAJA. Ya..dia memang populer, bukan karena dia adalah pemenang juara umum, peserta olimpiade, kapten ba...