Bagian_15

192 22 0
                                    


Jika bisa aku tidak ingin mengenalmu terlalu dalam, aku takut.
Harus jatuh hati.
Ya. Karena yang aku tau, jatuh itu sakit.

🪐Rajabel

***

"Kalian lama deh ay- JAJA!"

Abel menghampiri mereka dengan tergesa-gesa. Sambil menatap bingung kearah orang yang ada di depannya sekarang.

"Ja kenapa Jaja mau mukul Koko. Kenapa Ja? Ya ampun Kenapa si, apa gara-gara Koko mau ikut kerja belajar iya, gitu?" ucap Abel dengan nada tidak biasanya.

Sialan. Batin Jaja.

"Bel ini gak seperti apa yang lo liat," balas Jaja.

Ziko hanya menunduk seperti orang yang lemah, ya itu hanya di depan Abel saja. Jika tidak ada Abel mungkin mereka sekarang sudah saling tinju.

"Terus apa yang Abel liat. Jaja bener-bener narik kerah baju Koko kaya mau mukul, mata Abel gak mungkin salah," ujar Abel sambil menatap Jaja dengan tajam.

Jaja hanya menghela napas panjang. Mengapa juga Abel begitu terlihat sangat peduli pada Koko. Padahal Koko tidak sebaik dengan apa yang Abel kira, karena Abel tidak tau saja, jika Ziko merencanakan hal jahat padanya.

"Abel marah sama Jaja!! Sekarang Jaja minta maaf sama Koko."

Minta maaf?

Gila saja seorang Rajaja harus meminta maaf pada Koko-Musuhnya. Apalagi dia tidak salah, tidak sama sekali, dia sedang mencoba melindungi Abel.

Apa itu sebuah kesalahan?

"Gue. Gak. Mau," ucap Jaja penuh penekanan.

Abel hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, heran dengan sikap Jaja.

"Oh oke. Koko kita pergi."

"Sebelum Jaja belum minta maaf sama Koko. Jaja gak boleh belajar bareng Abel," lanjut ucap Abel.

Ketika Jaja hendak melayangkan protes Abel memotongnya.

"Gak ada perubahan apalagi penolakan," kata Abel sambil melangkah pergi disusuli dengan Koko yang saling menatap tajam dengan Jaja.

Fucek.

***

"Koko. Abel boleh tanya, Koko sama Jaja kayanya saling kenal deh. Apa iya?" tanya Abel ketika dia sudah makan mie Ayam. Tadi Koko menawarinya makan Mie Ayam kesukaan Koko dan memang bener disini rasanya memang enak.

Abel sempat ingin menolak ajakan Koko tapi kebetulan perutnya juga sedang membutuhkan makanan, apalagi tidak enak jika harus menolak karena ekspresi Koko yang sangat begitu antusias.

"Emang udah kenal."

Jawaban Koko membuat Abel terkejut. Ketika Abel ingin menanyakan lagi, Koko malah melanjutkan ucapannya.

"Kan udah kenalan," lanjut Ucap Koko. Membuat Abel menarik napas.

"Maksud Abel tuh sebelum Koko masuk ke sekolah, gitu loh. Masa, gak ngerti ko."

"Iya ngerti."

Tapi ada rasa curiga tersembunyi di setitik hati Abel. Entahlah dia merasa ada yang di sembunyikan diantara mereka berdua.

"Bel penampilan aku jelek ya?" Tanya Koko.

"Jelek gimana maksudnya?"

"Banyak yang natap aku.. em kaya gak pada gak suka Bel."

"Jadi diri sendiri Koko, jangan jadi orang lain buat disukai."

Koko rasa ucapan Abel barusan menyinggungnya. Tapi kenapa hatinya begitu sangat hangat jika mengobrol berdua dengan Abel seperti ini.

"Tapi kalo mau berubah untuk menjadi lebih baik itu gapapa Ko," lanjut Ucap Abel.

"Iya tapi... Koko jadi agak minder deh Bel."

"Bentar-bentar deh Ko.." ucap Abel sambil mengetuk dagunya, nampak sedang memikirkan sesuatu.

"Nah.. gini," lanjut Abel setelah setengah mencopot Kacamata Koko yang bulat.

"Wahh Koko itu ganteng loh," ucap Abel setelah sempurna mencopot Kacamata Koko.

Deg.

Sementara sekarang Koko hanya mematung, ada apa dengan hatinya. Mengapa dia sangat begitu senang rasanya ketika Abel memujinya.

Rasanya pasti menyenangkan. Jika arah balas dendam.. menjadi sebuah perasaan.













Bersambung..










RAJABEL ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang