Bagian_04

456 56 8
                                    

Suasana rumah Abel yang kini selalu saja terlihat sangat sepi, sunyi. Orang tua nya mereka jarang sekali ada di rumah. Sekalinya ada, mereka malah membuat Abel merasa tertekan.

Nilai seratus itu hal yang paling orang tua nya inginkan. Dengan cara apapun itu, mereka ingin orang-orang memandang bahwasanya sibuk kerja bukan berarti tidak bisa membuat seorang anak tidak bisa berprestasi.

Ketukan pintu dikamar terdengar saat baru saja Abel merapihkan rambutnya.

"Iya Bi ada apa? Bentar," tanya Abel saat suara Mbok Aina terdengar.

Abel membuka pintu lalu menampakan keberadaan Mbok Aina yang menyuruhnya untuk turun.

"Itu Bel ada yang nyariin, cowok. Kayanya temen sekolah Abel," ucap Mbok Aina membuat Abel mengerutkan keningnya.

"Oke Bi, makasih ya."

Abel turun dari tangga untuk menuju teras depan rumahnya. Dia penasaran siapa laki-laki yang mencarinya sore-sore begini.

"Raja? Ada apa?"

Hal yang membuat Abel bertanya-tanya adalah kedatangan seorang Raja. Ya Raja yang tadi siang sempat marah-marah padanya, ini membuat Abel semakin  bingung.

"Gue mau ngobrol sama lo, ganggu waktu lo gak Bel?" balas Raja yang kini berdiri dari duduknya.

"Gak kok. Kenapa ya? Ada apa?" ucap Abel tak sabaran.

"Gue cuman mau minta maaf, sebenarnya si, Umi yang maksa gue kesini buat minta maaf. Tapi terlepas dari apa kata Umi, gue bener-bener mau minta maaf, Iki udah ngejelasin semuanya. Gue kira lo cewek yang selalu ngejar-ngejar cowok dengan cara apapun, jujur gue sedikit trauma sama cewek kaya gitu. Intinya lo mau kan maafin gue?" balas Raja yang kini tengah menunggu balasan Abel.

"Iya iya gue maafin tapi bener ya satu Minggu ini lo bisa serius sama tugas-tugas Pak Herman. Janji?" ujar Abel.

"Hm ya gue berusaha," balas Raja.

"Gue baru tau masalah lo yang itu, apa boleh gue tau kenapa lo nerima permintaan Pak Herman? Karena gue pikir lo pasti nolak, karena lo kan emang gak bersalah lo cuman mau nolongin," ujar Abel.

"Gue seneng liat antusias Umi yang bahagia gue belajar sama lo, rasanya akhir-akhir ini gue belum lihat Umi sebahagia ini. Kalo gue nolak gak mau ngerjain tugas bareng lo, apa gue tega kalo senyum itu hilang?" balas Raja yang kini membayangkan bagaimana senyum indah milik Uminya.

Abel hanya mengangguk. Beberapa  menit berlalu hanya ada keheningan diantara mereka berdua.

"Kalo gitu gue pulang dulu ya Bel. Ini ada titipan dari Umi," lanjut Raja yang kini menyimpan tote bag diatas meja.

"Makasih ya. Bilangin ke Tante Ira juga ,maaf ngerepotin," balas Abel.

Raja balas dengan menganggukkan kepalanya, lalu berdiri membenarkan jaketnya.

"Gue duluan," ujar Raja yang kini melangkah ke arah motor sport hitam miliknya.

"Iya Ja. Hati-hati ya lo," ucap Abel yang kini melihat Raja sudah menghilang dari pandangan. Entah Raja mendengarnya atau tidak.

***

Sinar matahari yang terik kini membuat para siswa dan siswi ingin segera masuk ke dalam kelas yang sejuk.

Hingga pada akhirnya;

"UNTUK SELURUHNYA. TANPA PENGHORMATAN BALIK KANAN BUBAR- JALAN!" teriak pemimpin upacara.

"Abel boleh bantu Ibu- hari ini tugas nya halaman 23-25 ya. Bukunya ambil di perpustakaan," ucap Bu Desya yang kini terlihat buru-buru.

Abel tadi setelah bubar upacara dia pergi ke toilet dulu, tapi saat melewati ruang guru Abel dipanggil olah Bu Desya.

"Baik. Ibu," balas Abel.

"Terimakasih ya Bel," ucap Bu Desya yang diangguki Abel.

Hidup itu harus berjalan. Mau tidak mau- setiap langkah Abel menuju perpustakaan rasanya melihat orang-orang yang bersikap terang-terangan tidak menyukainya, rasanya sedikit lelah.

Terkadang Abel berpikir apa dia membuat kesalahan ya? Tapi apa?

"Kayanya satu buku untuk dua orang deh, Abel susah bawanya kalo satu orang satu," monolog Abel yang kini telah sampai di perpustakaan.

"Gue bantu bawain."

Abel kini menatap laki-laki disampingnya dengan tatapan terkejut.

"Raja? Ngapain disini?" tanya Abel.

"Dihukum suruh beresin perpustakaan, mana bukunya gue bantu," balas Raja yang kini mengambil buku ditangan Abel.

Abel kini malah merasa bingung. Entahlah rasanya Abel jadi kaku begini.

"Eh- gak usah! Gue bisa sendiri, lagian satu buku dua orang juga gak papa," ucap Abel yang kini berusaha membawa kembali buku yang berada ditangan Raja. Namun Raja terus saja menghalang-halangi.

"Kelas lo XII_IPA.01 kan?" tanya Raja yang diangguki Abel.

Raja melangkah keluar perpustakaan untuk menuju kelas Abel. Anehnya Abel malah melihat kepergian Raja-

"Aduh kok malah bengong si Bel!" monolog Abel yang kini kembali membawa sisa buku, lalu melangkah cepat ke arah luar.

Saat sampai didepan pintu kelasnya Abel malah melihat wajah aneh teman-temannya. Terlihat Raja menyimpan tumpukan buku didepan tepatnya dimeja guru.

"Makasih ya," ucap Abel saat Raja melewatinya.

"Hm," balas Raja yang kini melangkah pergi.

"Ya ampun Abella!! Cerita gak sama Safa kenapa Raja bisa nolongin Abel," ujar Safa yang kini terlihat sangat heboh.

"Ya karena Abel gak bisa bawa buku sebanyak itu Safa. Ada Raja disana tau, jadi ya dibantuin- kenapa si ekspresinya biasa aja kali," balas Abel yang kini tengah membuka lembaran buku.

"Ish tapi ini itu beda-" ucap Safa yang dipotong Abel.

"Udah Safa sekarang kita belajar dulu," balas Abel.

Kini Abel tengah mempersiapkan diri untuk berbicara keras didepan teman-temannya, rasanya sedih saat dia mencoba mengumumkan suatu hal ada saja temannya yang selalu sengaja mengacuhkannya. Jika satu orang dua orang ya tidak masalah, tapi bagaimana jika sebagiannya?

Hingga pada akhirnya Abel menyerah. Dia mengambil spidol bor lalu menuju ke depan untuk menulis dipapan tulis. HAL 23-25 KERJAKAN!

Terkadang kita tidak bisa menghindari orang-orang yang tidak menyukai. Tapi bukan berarti kita tidak bisa melakukan sesuatu yang kita sukai- sesuatu yang kita inginkan.

Karena mimpi terlalu berharga untuk hilang, hanya karena manusia yang membenci.

Jangan lupa follow ya!!

RAJABEL ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang