🪐
Apakah kalian tidak pernah melihat aku yang sudah berusaha sebaik mungkin?Tapi menurutku itu percuma, karena ketika aku menjadi apa yang kalian inginkan dengan mudahnya kalian lupakan dan harus digantikan dengan yang lebih sempurna.
Tanpa tau aku terluka karenanya.
_Abel
***
"Bel kamu itu harusnya dapet nilai yang lebih tinggi dari kemarin, ini kok malah turun, kebanyakan main handphone kamu. Papah sita. Kalo nilai kamu paling tinggi lagi di kelas Papah kembali-in," ucap Heru pada putrinya-Abel.
"Tapi Pah tadi juga Abel udah paling tinggi nilainya. Abel sama Karin kita sama-sama paling besar di kelas Pah," balas Abel.
"Karin? Nahkan dia saingan terberat kamu itu, mau nyaingin kamu. Papah mau nilai kamu itu paling besar di kelas sendiri. Ngerti?" ucap Heru sambil melangkah pergi dari kamar Abel.
Aku sudah berusaha menjadi apa yang kalian mau. tapi, mengapa rasanya percuma. batin Abel.
Abel turun ke bawah untuk makan malam, Abel juga tau Mamah dan Papah pasti menyambutnya dengan tatapan mata sinis dan tak ada senyum di bibirnya.
Beda perlakuannya jika Abel menjadi yang paling terbaik, selalu saja begitu.
Abel duduk sambil menatap kedua orang tuanya secara bergantian yang kini sedang mengunyah makanan, tak ada tanya, sapa, atau apapun itu.
Tapi pasti ketika sudah selesai makan, pasti mulai lagi.
"Bel handphone kamu mana? Kata Papah sekarang disimpen di Mamah dulu, kalo kamu dapet nilai sempurna baru Mamah kasih," Ucap Lia setelah membereskan meja makan.
Abel hanya menghela nafas dan mengambilnya disaku celana. Nyatanya Abel sudah mempersiapkannya, karena Abel sudah menduganya.
Untung saja Abel sudah menghapus semua chat dan semua hal-hal yang mungkin akan mendatangkan kemarahan Mamah dan Papahnya.
Arghhh.. mengapa ya aku harus selalu dalam keadaan seperti ini, tertekan rasanya. Orang-orang selalu mengira aku adalah anak yang selalu di perlakukan istimewa tapi nyatanya? Aku selalu merasa terluka.
Jadi paling terbaik di kelas itu tidak selalu enak. Kadang ada teman yang ketika iri dia akan selalu mencari kesalahan di depan guru, aku juga merasa teman-teman kelasku selalu bahagia ketika aku tidak sekolah, mungkin kesempatan untuk membicarakan aku.
Aku tidak menuduh, tapi Safa pernah bilang padaku katanya ketika aku tidak masuk sekolah mereka sangat senang dan terdengar namaku yang sedang di bicarakan.
Aku si bodoamat tapi tetep saja rasanya tidak nyaman.
"Mah jangan sampe Abel ngambil HP-nya, sembunyikan di tempat yang aman," ucap Heru pada Lia sambil melirik ke arah Abel.
Kejadian ini tidak hanya satu kali tapi sudah berkali-kali.
Dan Abel pernah pada saat itu satu kali mengambil handphonenya dengan sembunyi-sembunyi karena ada hal sangat penting.
Tapi hingga saat ini Papah selalu mengingatnya dan selalu menjadikannya sebagai kesalahan terbesar Abel.
***
Pagi ini aku sudah berada di sekolah, tujuanku ketika sudah melangkah di sekolah aku akan berusaha melupakan masalah yang ada, aku harus terlihat baik-baik saja dimata semua orang.
"Bell Lo kok gak balas chat nya Safa si, gak nimbrung lagi di grup. Apa jangan-jangan?" Tanya Safa padaku ketika aku sudah duduk di sebelahnya.
"Iya Saf yang kamu pikirin bener," Ucapaku mencoba tersenyum.
Ku liat Safa hanya menatap perhatin ke arahku. Tapi aku membalasnya dengan tersenyum aku mengakatan aku baik-baik saja.
"Orang tua Abel kapan berubahnya ya Bel.. Safa jadi kasihan sama Abel. Padahal Abel selalu jadi yang terbaik, tapi kenapa-"
"Is udahlah. Udah biasa juga jadi ya gapapa Safa," Ucapku memotong perkataan Safa.
Safa hanya tersenyum ke arahku.
"Si Sinta sama si Dea kemana si lama banget," Tanya Safa.
"Em gak tau si, tapi tasnya ada tuh.. kek WC atau ke kantin mungkin," Balasku.
"Eh lo tau gak Bel.. ada anak baru tau.. dia lumayan si ganteng.. tapi kaya culun gitu si. HAH! Ya ampun pasti ini Bell si Sinta sama si Dea lagi mau liat anak baru itu, hadeh cogan aja gercep," ucap Safa sambil diakhiri menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan.
"Anak baru ya? Siapa, Safa kenal?" Tanyaku pada Safa.
"Gak kenal cuman denger-denger aja si Bel," jawab Safa.
"Ouh gitu ya," Balas ucapku.
"Kita samperin mereka yu Bel."
"Gak deh Safa aja Abel mau di kelas, bentar lagi Bel loh."
"Is bentar doang kok," balas Safa terkesan memaksa.
"Gak males Saf iih," Ucapku terpotong ketika Safa menarik paksa tanganku.
***
"Heh kalian berdua gak ajak-ajak ya," Ucap Safa ketika Aku dan dia sudah berada di luar ruangan guru, dimana di dalam ruangan guru tersebut ada anak baru.
Di sini agak banyak juga orang yang penasaran. Pada kepo.
"Yaudah si kalian juga pada kesini," Balas Dea.
"Gimana?" Tanya Safa Lagi.
"Apanya?" jawab Sinta dan Dea. Berbarengan.
"Ganteng gak?" Tanya Safa.
Aku hanya menghela nafas. Malas rasanya berdiri seperti ini apalagi tujuan nya menunggu anak baru itu.
"Kayanya ganteng si tapi ya gitu, kaya pendiem terus culun.. tapi ya ganteng. Ya gitu deh," ucap Sinta.
Tiba-tiba ruangan terbuka menampakan anak baru itu dan Pak Herman. Sekilas aku rasa dia menatapku tapi mungkin hanya perasaanku saja.
"Nah ada Abel.. tolong ya kasih tau kelas IPS 6 dimana ya Bel.. Bapak ada urusan bisa ya Bel?" ucap Pak Herman padaku.
Di sini banyak siswa tapi mengapa harus aku. Tapi, ingin menolak rasanya tidak enak.
"Em iya Pak."
***
Aku berjalan di depannya sambil melangkah besar. Tidak enak rasanya di lihat banyak orang seperti ini.
"Em nama kamu Abel ya kenalin aku Koko," ucapnya tiba-tiba. Lantas aku pun berhenti dan menatap ke arahnya.
"Iya salam kenal Koko," Jawabku seadanya.
Koko itu memiliki tubuh yang tinggi hanya saja penampilannya yang memakai kacamata bulat, model rambut yang mirip dengan Dora membuat dia terlihat culun.
"Mau gak jadi temen pertama aku di sekolah ini Abel?" tanya Koko padaku.
"Iya boleh-boleh," Ucapku. Cuek-cuek saja sambil terus berjalan. Hanya saja sekarang lebih pelan.
"Kalo gak mau gak papa. Wajar ko," ujar Koko sambil menunduk.
Rasanya kasihan, apa nada bicaraku membuatnya mengira aku tidak ingin berteman dengannya ya?
"Abel mau kok jadi temen pertamanya Koko," Jawabku sambil tersenyum.
Tiba-tiba di belakang terdengar orang yang berlari. Dan orang itu adalah Jaja.
"Jaja? Ada Apa?" Tanyaku ketika Jaja sudah berada di dekatku.
Aku lihat dia melirik ke arah Koko dan menatapnya tajam. Apa Jaja mengenal seorang Koko?
Bersambung..
Note : Rajaja dibab ini dan seterusnya akan dipanggil dengan Jaja ya. Sedang tahap revisi🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJABEL !
Teen FictionDiawali dengan permintaan guru BK nya. Untuk membantu kebandelan seorang lelaki yang memang sudah memiliki julukan di sekolahnya sebagai King BK. RAJA. Ya..dia memang populer, bukan karena dia adalah pemenang juara umum, peserta olimpiade, kapten ba...