Bagian_38

35 4 0
                                    


Di ruangan kedap suara yang tampak sunyi itu, hanya ada tatapan dua manusia yang saling membenci. Api diantara mereka nyatanya sulit untuk dipadamkan, entah sampai kapan karena keduanya sama-sama tak mau ada yang mengalah.

"Gue gak tau kalo ternyata lo bisa senekat ini Ja. Lo udah gila Raja!!" balas Ziko yang kini masih tak percaya dengan fakta yang Jaja berikan. Ya Ziko tak pernah menyangka Abel dan Jaja mereka sudah menikah? Pada saat SMA?

"Faxger," balas Jaja dingin.

"Maksud lo? Gak mungkin!! Gue rasa Abel dia punya tanda. Dia juga bukan dari sembarang keluarga- gue tau apa aja yang bikin Faxger ngincar seseorang," balas Ziko yang kini selangkah lebih maju untuk lebih jelas mendengarkan penjelasan Jaja.

"Orang tuanya- mereka yang buat perjanjian. Awalnya gue curiga selalu ada orang yang ngikutin Abel, tepat saat dia ke rumah gue, gue bener-bener liat lambang faxger di jaket orang itu. Gue sama Papah cari tau dan sialnya status Abel udah digaris merah. Sampai- gue obrolin dengan orang tua Abel mereka punya solusi supaya Abel digaris aman, yaitu dia nikah sama gue karen-" ucapan Jaja terpotong oleh Ziko

"Karena itu bisa buat Abel jadi status yang beda? Gue gak tau harus marah atau gimana sama lo. Tapi faxger mereka gak pernah main-main, selalu ngincar seseorang dengan cerdik bahkan sampai sekarang jejak mereka selalu hilang. Gue bisa ngelawan mereka tapi gue butuh waktu, gue bakal berjanji sama diri sendiri Faxger harus segera ditindak lanjuti, mereka iblis," ucap Ziko yang kini terlihat mengerutkan keningnya.

"Zik," ucap Raja yang kini memegang bahunya "Gue tau lo orang baik, tatapan lo ke Abel gak pernah bisa bohong. Tolong ya bantu gue awasin Abel, karena- gue takut gak selalu disamping dia."

Ziko menatap bingung ke arah Raja yang kini mengambil kertas didalam amplop dan memberikannya pada Ziko. Ya kertas hasil lab rumah sakit.

"Ini punya siapa?" tanya Ziko yang kini tampak marah.

"Gue pengen hidup lebih lama. Tapi- takdir Tuhan gue gak pernah tau Zik, gue selalu berusaha buat hal ini, buat Abel, buat keluarga gue, temen-temen gue. Tapi gue gak bisa mengendalikan semuanya. Saat waktunya tiba, gue harap lo bener-bener jaga dia buat gue ya?" balas Jaja yang kini malah tersenyum hangat ke arah Ziko.

"Jangan dulu mati. Gue masih benci sama lo Ja. Jangan dulu," ucap Ziko yang kini melirik Jaja dengan sinis.

"Ya... Gue pasti sembuhkan?" tanya Jaja yang membuat Ziko kembali melihat kertas itu, lalu tersenyum getir ke arah Jaja.

***

"Jaja!!!!"

"Yuhuuuu Jaja dimana si?"

Kini teriakan Abel sangat menggema di seluruh ruangan. Abel tidak melihat tanda-tanda keberadaan Jaja, nampak sunyi. Tapi bukankah motor nya ada di garasi? Jadi, Jaja tidak sedang berada diluar kan?

Abel mencari ke semua ruangan tapi tidak ada dan ruangan musholla saja yang belum dia periksa. Perlahan Abel membuka gorden yang menutupi ruangan itu, ternyata Jaja sedang sholat tepat membelakangi Abel. Kini Abel menatapnya tanpa berkedip entahlah rasanya damai sekali, apalagi lihatlah sekarang mata Abel entah mengapa jadi berembun. Ya Abel kagum.

Tapi- ada yang lebih membuat hati Abel bergetar, selesai sholat Jaja tersedu-sedu dalam doanya. Membuat Abel benar-benar menangis, nyatanya Abel jadi sadar penilaian kita terhadap manusia bisa saja buruk, tapi kita tidak pernah tau bagaimana dia didepan Tuhannya.

Abel kini perlahan mundur ini belum waktunya berbicara tentang Meiza ke Jaja. Ya sekarang Abel berlari ke kamarnya sebelum Jaja melihat keberadaannya.

Di dalam kamar Abel terus saja memikirkan Jaja, bayangan-bayangan saat Jaja menangis dalam doanya membuat Abel bertanya-tanya hal apa yang membuat Jaja seperti itu. Apa Jaja sedang menanggung beban yang cukup besar? Tapi kenapa Abel hanya tau bahwa Jaja dia sedang baik-baik saja.

Tok

Tok

Suara ketukan pintu membuat Abel sadar lalu mengusap matanya yang sedikit berair dan merapikan rambutnya yang berantakan.

"Iyaa sebentar," ujar Abel yang kini membuka kenop pintu.

Terlihat Jaja yang kini tengah berdiri dihadapan Abel. "Itu dimeja makan cake siapa? Gue gak lagi ulang tahun hari ini," ucap Jaja saat pintu terbuka.

"Ish bukannn ulang tahun Jaja. Yaudah kita ke bawah sekarang," balas Abel melangkah sambil menarik lengan Jaja.

"Ini cake untuk ngerayain sepuluh hari pernikahan kita Jaja!!" ucap Abel setiba mereka diruang meja makan.

"Hmm kenapa? Pasti ada maunya," balas Jaja yang kini sudah tau gerak gerik seorang Abel.

Tapi Jaja benar, Abel berpikir cara apa yang bisa membuat Jaja menceritakan Meiza kepadanya. Merayakan sepuluh hari pernikahan dan masing-masing harus meminta satu permintaan, itu ide Abel!

"Hhee ya gak gitu juga Ja! Pokoknya Abel mau langsung ke intinya aja sekarangkan sepuluh hari kita jadi suami dan istri, nah Abel mau minta satu permintaan dan Jaja juga boleh minta satu permintaan. Pokonya harus dikabulin!!" balas Abel yang kini menarik satu kursi dan langsung duduk.

"Yaudah minta apa? Jangan macem-macem," balas Jaja yang kini juga duduk di sisi Abel.

"Gak macem-macem cuman satu kok! Hmm- tolong jelasin Meiza itu siapa pokonya harus lengkap!!" kata Abel yang kini tampak salah tingkah terbukti kini tatapannya entah kemana. Entahlah rasanya Abel sangat begitu penasaran mungkin lebih tepatnya, Abel sepertinya cemburu.

Jaja hanya menatap Abel dengan tatapan sedikit terkejut, sebegitu penasarankah dirinya terhadap Meiza.

"Emangnya kenapa sama Meiza?" tanya Jaja.

"Ya pengen tau aja gimana masa lalu seorang Raja Pridja," balas Abel dengan nada jutek.

Kini Jaja hanya menatap ke arah Abel dengan senyum tipisnya sementara Abel yang ditatap seperti itu malah ingin cepat-cepat pergi. Karena jantungnya kini tidak baik-baik saja.

"Iya nanti cerita tapi lo udah sholat belum?" tanya Jaja.

Abel menggeleng sebagai balasan.

"Sholat dulu baru gue kasih tau," balas Jaja yang kini memegang atas kepala Abel "Allah baik banget sama gue, entah amalan apa yang udah gue perbuat sampai-sampai gue nemuin orang se-lucu lo Bel."

Abel sedikit menunduk tatapan Jaja membuat pipi Abel panas. Buru-buru Abel berdiri "Ab- Abel mau sholat dulu!" ucap Abel yang kini berlari ke arah kamarnya.

RAJABEL ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang