Bagian_10

345 40 3
                                    


Kini Abel dan Raja sudah berada di ruangan Pak Herman, entahlah Abel sepertinya merasa sangat malas. Mungkin karena tadi pagi. jadi, malu melihat Raja inginnya tidak bertemu dulu.

"Abel kemajuan yang wow Bell Bapak gak salah si pilihnya kamu," ucap Pak Herman setelah duduk di sofa.

"Ke-kemajuan apa Pak?" tanya Abel bingung.

"Hari ini Raja gak dihukum karena gak melanggar jadi nurut sama peraturan Bell ini tuh langka, kapan coba Bapak lihat Raja pake dasi, bajunya rapih dan sekarang Bapak lihat itu," ucap Pak Herman sambil bersemangat menggebu-gebu.

Raja hanya menghela napas panjang. Heran dengan tingkah gurunya yang menurutnya terlalu berlebihan.

Sementara Abel hanya tersenyum, apa sebahagia itu ya?

"Itu karena Jaja nya aja. Bukan karena Abel Pak," ucap Abel kepada Pak Herman.

"Karena Abel kok pak. Dia terus ngingetin jadi gak kelupaan," balas Raja sambil menatap Pak Herman, tanpa melihat raut wajah Abel yang sedang melotot ke arahnya.

Abel hanya ingin tidak berurusan lagi dengan Raja. Menurutnya, itu akan menjadikan sekolahnya seperti sediakala maksudnya tenang tidak ada yang perlu dipikirkan selain pelajaran.

Abel selalu kesal sendiri, jika harus mengingat apa saja hal yang dapat membuat Raja berubah. Mencari segala hal supaya Raja mau mengerjakan tugas, bahkan terkadang mati kata karena ucapan Raja.

"Iya. Bapak yakin itu pasti karena Abel."

"Pak berubah itu harus dari kemauan diri sendiri ," ujar Abel mencoba sesantai mungkin.

"Bel Bapak udah putus asa, bisa jadikan cara-cara kamu atau apapun bisa merubah Raja, buktinya sekarang Raja gak dihukum kemajuan pesat itu Bell, iya gak Ja," tanya Pak Herman pada Jaja.

"Iya Pak," Balas Jaja cepat.

"Pak kata Pak Danang disuruh ke ruangannya sebentar," ujar siswa yang tiba-tiba datang.

"Oh itu ya. Iya bapak ke sana," balas Pak Herman lalu melangkah dan berbalik sambil berkata pada Abel dan Raja "Bentar ya bapak mau cek dulu dokumen. Tunggu."

Mereka berdua di ruangan Pak Herman  tapi seperti ruangan terbuka yang menampakan para guru sedang bekerja, jadi aman-aman saja, apalagi mereka duduk sangat jauh.

"Ja katanya Jaja gak mau lagi di atur-atur. Bell gue gak suka diatur," kata Abel sambil menirukan gaya bicara Raja.

"Ya emang gak suka. Terus?"

"Ya tadi Raja bilang dong kalo Jaja gak di hukum karena kemauan dalam diri Raja sendiri, jadikan Abel gak perlu lagi tuh ngatur atau apalah," sewot Abel.

"Gue cuman ngomong fakta. Pas malem lo bawel terus ngingetin gue dichat buat ini lah itu lah buat hari ini. Gue gak salah kan?" tanya Jaja.

"Ya enggak si. Tapi..."

"Lagian gak masalah juga. Emang kenapa?"

"Ja berubah itu harus dari diri sendiri. Nanti biar gak berubah-ubah," ucap Abel terdengar serius.

"Kalo berubah untuk lo boleh?" ucap Raja santai.

Sementara Abel hanya terlihat bingung sambil mulutnya yang sedikit terbuka sangking kaget atau mungkin tidak mengerti.

"Tadi kita bahas apa coba lanjutkan," tanya Pak Herman yang baru saja datang.

"Hmm sudahlah Bel Bapak Putuskan kamu tidak jadi seminggu tapi sabulan ke depan ini, belajar bersama untuk persiapan ujian Umi Raja pasti akan bangga sekali, " lanjut kata Pak Herman.

Dan kedua kalinya Abel dibuat kaget. Mulutnya yang sekarang sudah menganga dan matanya yang hampir copot.

Serem banget copot:v

'Ada apa dengan hari ini'

***

"Tunggu dulu. Lo gak mau ya belajar sama gue?"

Abel kini menampakkan wajah juteknya, sebenarnya Abel sedang kesal karena Raja balapan- untung saja Pak Herman tadi tidak membahas hal itu, ditambah kejadian tadi pagi itu memalukan.

Kini mereka berdua berada diluar ruangan Bimbingan konseling.

"Katanya. Mau nurut, Raja balapan kan?" balas Abel yang kini menatap Raja dengan sinis. Raja hanya tersenyum meringis.

"Iya. Gue minta maaf."

"Umi gue tadi bahagia banget liat gue pake seragam rapih, Pak Herman juga. Ternyata selama ini gue gak sadar perubahan kecil juga bisa ngebuat Umi gue bahagia banget, apalagi gue bener-bener berubah ya?" lanjut ucap Raja.

Abel mengangguk semangat.

"Kalo berubah untuk lo boleh?"

'Nyatanya Jaja cuman bercanda bilang kaya gitu. Please Bell jangan baper!'

"Abel duluan ya, ini udah masuk juga."

"Nih buat lo," ujar Raja yang kini memberikan gelang manik-manik pink lucu.

"Temen kelas gue jualan, gue inisiatif beli. Tapi masa gue pake gelang pink itu?"

Abel mengangguk "Makasih Ja," balas Abel setelah mengambil gelang itu.










Bersambung..












Senang rasanya melihat kamu berpakaian dengan rapih saat itu. Tidak sia-sia aku terus mengingatkanmu lewat chat. Gelangnya lucu, aku masih menyimpannya.

Aku... Jadi rindu.

#2019

RAJABEL ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang