RAJABEL !

Bagian_08

"Jaja pergi balapan gak ya, tapi pasti juga kan. Ihh kenapa ya Raja ngizinin Abel panggil dia Jaja. Habisnya Mang Jaja tukang donat pas SD bikin Abel rindu, eh kalo Raja tau dia disamain sama Mang donat dia marah gak ya haha," monolog Abel yang kini malah terlihat tertawa sendiri.

"Tugasnya hampir selesai Ja."

"Iya. Lo mau apa?" balas Raja yang kini tengah memasukan buku-buku kedalam tasnya.

"Mau apa? Maksudnya?"

"Sebagai tanda terimakasih. Apa yang lagi lo mau."

"Ya ampun. Gak ada Ja, santai aja kali."

"Eh tapi- ada si, tapi ini aneh aja. Jangan deh-" lanjut Abel.

"Apa bilang aja."

"Gue panggil lo Jaja. Boleh kan?"

Raja hanya diam dan menatap heran kearah Abel "Ya. Senyaman lo Aja."

"Hm Jaja mau tau gak kenapa Abel suka panggilan itu?"

"Gak tau."

"Haha yaudah lah ya. Biar rahasia Abel aja."

Raja malah menanggapi dengan senyum tipisnya, dan hal itu malah membuat pipi Abel kembali memanas.

"Eh Jaja nulis no ponsel nya di buku apa ya kok Abel lupa," Lanjut ucap Abel yang akan menghubungi Raja, sambil mencari buku di meja belajar yang di sana terdapat no ponsel Raja.

"Nah ini dia."

Anda
Jaja lagi dimana?

Semoga Jaja bales. Terus save nomor Abel juga.

Rajaja
Di rumah kenapa?

Gppa Abel cuman nanya aja Jaja😁

Oh. Terus?

Nyebilin. Gak di dunia nyata gak di chat. Nyakitin.

Maaf Abel.

"Ihhh Jaja gemes banget. Abel telepon deh."

"Lah kok."

Kontak sedang dalam panggilan lain.

***

Pernah tidak, ketika kalian ingin hidup seperti orang normal pada umumnya. Tidak dipenuhi peraturan. Bukan. Bukannya ingin hidup sesukanya hanya saja selalu merasa terkekang oleh keinginan seseorang.

Itu bukan tanda sayangkan.

Itulah yang di alami Abel. Dia harus jadi nomor satu apapun itu. Orang tua nya selalu fokus terhadap pandangan orang-orang, tanpa pernah melihat Abel yang merasa terluka karenanya.

Hari-harinya seperti biasa saja. Tapi setelah dia diharuskan dekat dengan seseorang yang bahkan orangnya saja hanya sekedar tahu. Tidak kenal, hanya tahu.