Bagian_07

402 50 3
                                    


"Kalo sampe Raja sore ini balapan liar. Semua tugas yang udah dikerjain, semuanya percuma."

Perkataan Abel mampu meracuni otaknya. Tapi ada suatu hal yang mengharuskan Raja balap liar, jika tidak, Kemungkinan akan ada masalah kedepannya.

Apalagi ketika gadis itu mengucapkan semuanya percuma ada rasa yang tidak biasa, entah itu karena harapan Umi Ira yang terlihat sangat besar atau rasa bersalah pada Abel.

Entahlah Raja bingung mendeskripsikan perasaannya sekarang. Raja hanya ingin tidak membuat banyak orang kecewa karena dia lagi.

Apalagi tadi masih sempat-sempatnya Abel mengobati luka Raja. Raja pikir Abel terlalu baik padanya padahal dia sudah berkata yang mungkin melukai hatinya.

Mungkin hampir setiap hari selalu saja ada hal mengapa Raja selalu adu jotos. Entahlah hanya Raja yang mengerti dirinya sendiri.

"Abel bawa dulu es batu. Raja diem dulu di sini."

"Pipi Raja deketin."

"Gue bisa sendiri Bel," ucap Raja mengambil es batu yang di bungkus oleh handuk kecil di tangan Abel.

"Sakit?"

"Biasa aja."

"Itu menurut Raja. Gimana perasaanya Tante Ira, kalo tau sesuatu yang selalu dia jaga tapi sesuatu itu malah ngerusak dirinya sendiri. Pasti sakit."

"Kaya melihara anak Ayam. Tapi malah kecebur ke got, udah di jaga tapi malah gitu," lanjut Abel. Seperti berpengalaman.

"Pasti ada alasan anak Ayam nyebur ke got. Kaya gue."

"Tapi ya jelas lah Anak Ayam Kan masih kecil," lanjut Raja. Mau saja dia di ajak membahas kekonyolan Abel.

"Abel juga pernah melihara Anak Ayam yang warna warni tuh. Ada tiga, terus Abel mandiin deh... eh besok nya yang dua meninggal. Terus yang satunya juga ikutan meninggal karena kecebur di got."

"Oh."

"Is Raja nyebilin."

Bagaimana Abel tidak kesal bercerita panjang tapi hanya di jawab 'oh' menyebalkan.

Tapi tiba-tiba raut wajah Abel berubah Raja pun menyadari akan hal itu.

"Kenapa lo?"

"Abel percaya sama Raja."

Raja tau dalam perkataan Abel barusan ada makna yang ingin di sampaikannya. Pasti soal yang tadi.

"Gue mau ke kelas, ngambil tas"  ucap Jaja dan memilih melangkah pergi.

***

Abel
Jaja ada dimana?

Rumah, kenapa?

Gppa Abel cuman nanya aja Jaja😁

Oh. Terus?

Nyebilin. Gak di dunia nyata gak di chat sama aja. Nyakitin.

Maaf Abel.

***

Ketika sedang berbalas pesan bersama Abel tiba-tiba handphone Raja ada panggilan masuk, entah siapa yang pasti raut wajah Raja membuktikan dia tidak suka dengan orang yang menelponnya.

"Napa lo belum Dateng? Takut Lo."

"Sekarang gue gak bisa, sibuk. Apalagi ngeladenin orang kaya Lo."

"Cemen Lo, tampang aja sok jago."

"Gue emang jago buktinya lo selalu kalahkan."

"Jadi, sekarang lo gak mau ke sini?"

"Ya."

"Lo gak bakal nyesel?"

"Ga."

"Abel cantik juga. Lumayan."

Sungguh sekarang perasaan Raja jadi khawatir. Inilah sebabnya Raja tidak pernah dekat dengan siapapun. Apalagi perempuan, pasti musuhnya selalu mengambil kesempatan lewat manapun untuk membuat Raja emosi.

"Dia bukan siapa-siapa gue, gak penting juga. Satu lagi, Dia gak ada urusannya sama masalah kita."

"Gak penting tapi lo kaya emosi. Gue gak bodoh Ja."

Ingin sekali Raja mengumpat lelaki itu. Namun Raja tau, jika dia terbawa emosi pasti Ziko akan curiga.

Yahh Ziko. Musuh bebuyutan Raja Pridja. Dari kelas sepuluh sampai sekarang selalu mencari celah agar bisa ribut dengan sekolah Raja. Terutama pada teman-teman Raja.

Raja hanya menghela nafas panjang, dia harus memikirkan bagaimana menghadapi situasi ini.

Abel.

Mengapa perasaan khawatir pada Abel kini semakin mengganggunya.

"Ok. Gue kesana kalo lo kalah lagi, lo bener-bener gak punya malu."

Sementara di sebrang telpon sana, ziko tersenyum tipis. Dia mulai curiga.















Bersambung..









R A J A B E L !

ABELLA ZAINA AILILA
RAJA PRIDJA SINARO

RIZKI BAEHAKI
ADEN MAHESA SAGARA
MAULANA FAHREZA

DEA FAHIRA
SAFA AILE
SINTA ANIRA PUTRI









RAJABEL ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang