Bagian_30

64 10 0
                                    


Ketulusan itu sangat nyata. Bukankah rasa tak pernah salah? Tak pernah berbohong?

Tapi mengapa secepat ini semua ketulusan itu berubah.

Jauh semuanya tampak berbeda hanya ada luka.

Kamu bukan kamu.

🪐

***

Hari pagi ini sangat mendung tidak secerah biasanya. Seorang perempuan yang kini tengah menatap abu nya langit.

"Bel sekarang ada tugas gak?"

Tanya Safa pada Abel yang sedang menatap langit. Ya, dia Abella putri.

"Kayanya Geografi yang belum aja. Kalo Safa udah berarti gak ada."

"Em oke deh, eh liat deh itu Jaja sama Sisi ya? Safa rasa Abel sedih ya? Kata Jaja alasan dia gak mau belajar bareng Abel lagi kenapa?"

"Jaja dia gak mau deket-deket Abel," ucap Abel sembari terus menatap seseorang dari kejauhan.

"Kok gitu?"

"Gak tau, Jaja itu aneh dia awalnya baik tapi sekarang semua tentang Jaja itu berubah."

"Oh iyaaa Abel sampai lupa. Abel mau ngasih sesuatu sama Jaja, Abel tinggal dulu ya Saf," lanjut Abel yang kini mengambil jinjingan lalu pergi ke luar kelas dengan sedikit berlari.

"Nah jadi semua tugas nya udah kan Ja?" tanya Sisi.

"Udah."

"Kalo boleh tau belajarnya lebih enakan sama gue apa sama Abel?"

Abel. Kini tengah berada dibelakang Sisi dan Jaja, juga mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.

"Sama lo. Abel? Gue gak nyaman sama orang so baik. Yang ada jijik," balas Jaja yang membuat hati Abel berdenyut sakit.

"Hah? Maksudnya gimana nanti lo cerita sama gue. Emang si Abel itu dia emang so cantik."

"Hai," Sapa Abel kepada mereka. Mencoba tersenyum. Walau kini hatinya serasa dicabik.

"Maaf ganggu."

"Itu tau," balas Sisi.

"Ja ini aku buatin bolu coklat sama persis yang kata Jaja suka. Kemarin Abel buat sama Mbok Aina tau," kata Abel sambil menyodorkan jinjingan yang tadi dia bawa.

Jaja langsung saja menerimanya membuat rasa bahagia dihati Abel.

"Makasih."

"Iya sama-sama. Nanti kalo Jaja mau lagi bilang sama Abel ya?" ucap Abel penuh keceriaan. Karena sungguh dia sangat senang Jaja menerima pemberiannya.

"Kalo gitu Abel pergi dulu ya, sebentar lagi mau masuk. Semoga suka Jaja," balas Abel sambil melangkah pergi dengan senyuman yang kini terus merekah.

"Buat lo Si."

Namun senyuman itu memudar.

Abel berbalik.

Jaja memberikannya pada Sisi?

Kenapa?

"Wah MAKASIH Jaja kebetulan gue pengen yang manis," balas Sisi sengaja supaya Abel mendengar.

"Kenapa dikasih ke Sisi Ja?" ucap Abel yang kini kembali melangkah ke arah Jaja.

"Inikan udah punya gue. Mau gue kasih ke orang atau mau gue buang terserah gue. Masalah?" balas Jaja.

"Gak usah kasih gue apa-apa lagi. Gue mampu, asal lo tau itu," lanjut Ucap Jaja.

"Bel wanita itu. Dikejar. Bukan mengejar," kata Sisi penuh penekan membuat Abel tidak tahan jika harus berlama-lama disini.

Namun apa yang harus Abel lakukan. Marah? Pada siapa?

Pada akhirnya Abel perlahan mundur dan melanjutkan langkahnya meskipun dengan luka baru.

"Gak usah deketin Jaja lagi. Abel! dia jahat!" balas Safa yang dari memperhatikan mereka dan menahan kekesalannya.

"Jaja gak jahat, dia emang kaya gitu dan Abel juga gapapa," ucap Abel yang kini sudah kembali duduk disisi Safa.

"Jatuh cinta boleh. Tapi jatuh karena cinta itu gak boleh Bell."

"Saf rasanya aneh, bingung, sakit si tapi yaudah."

"Jujur sama Safa Abel suka sama Jaja?"

"Iya. Iya Abel suka sama Jaja, emang itu... salah ya?" balas Abel.

"Bell Safa gak tau kalo kata-kata ini benar atau salah semakin kamu terlihat memperjuangkan, semakin dia mempermainkan," balas Safa yang kini membuat Abel menunduk.

***

"Pukul gue!"

"Pukul gue Ki."

"Gak ngerti gue sama lo," ucap Aden yang kini sedang menatap Jaja dengan tatapan malas.

"Lo nyakitin Abel terus lo mau nyakitin diri lo. Gue tanya apa untungnya Ja?" tanya Maul.

"Kalo Abel terluka gue juga harus," balas Jaja yang membuat teman-temannya ingin menghajar Jaja.

"Terus kenapa lo nyakitin dia? Kenapa?" ucap Iki.

"Gue pengen Abel benci sama gue. Bukan suka. Apalagi cinta," kata Jaja.

"Lo yang gak ngehargain perasaan Abel," Kata Iki.

"Lo yang terlalu pengecut," ucap Maul menohok

"Kalo lo mati besok mau punya rasa bersalah sama Abel? Gue jamin lo bakal nyesel karena udah nyakitin hati yang tulus." ujar Aden.

"Kalo lo tau umur lo gak panjang seharusnya lo bikin kenangan indah. Bukan malah sebaliknya," kata Maul yang kini menepuk pundak Jaja.

"Tapi bukannya kenangan indah kalo udah masa lalu, sama aja bikin luka?" balas Jaja.

"Pantesan Radzo kelar. Lo yang selalu egois Ja. Aiko, yang jelas jahat tapi tetep lo anggap dia baik." ucap Maul.

"Dan teganya lo milih dia dari pada kita, gue tau lo udah minta maaf dan akuin lo salah. Tapi maaf, kenangan itu sulit buat gue lupa," balas Iki.

"Sakit gak kalo kita bertahan temenan sama lo karena kita tau umur lo gak akan lama lagi. Kita cuman kasian, tapi sayangnya gak, sumpah gue tulus. Lo salah satu orang dimuka bumi ini yang baik sama gue. Dan gue selalu berdoa lo bisa sembuh tapi... lo sendiri yang selalu nyerah." kata Aden yang kini duduk beralih didekat Jaja.

"Maaf. Maaf atas kesalahan gue Radzo jadi bubar. Gue minta maaf dan makasih udah tulus temenan sama gue," balas Jaja kepada mereka. Teman terbaiknya.

"Lo nyeselkan? Dan sekarang lo mau bikin kesalahan lagi?"

"Kalian bener. Gue harus berubah."

















Bersambung...












Satu kata buat Raja???

🪐🤍

RAJABEL ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang