Bagian_37

21 3 0
                                    

Awan yang cantik, burung-burung itu berterbangan kesana-kemari, angin yang berhembus membuat daun-daun itu berjatuhan, pelengkap suara-suara yang terdengar seperti alunan musik.

Seorang gadis yang kini tengah menunggu seseorang yang selalu mengganggu hatinya, dengan senyum yang tak pernah luntur sekalipun.

"Ngapain senyum-senyum sendiri?!" ucap Jaja yang kini menatap aneh ke arah Abel. Ya Abella Putri.

"Hehe gak Kok," balas Abel yang kini malah menunduk menyembunyikan pipinya yang merona. Entah lah dekat dengan Jaja selalu membuat hatinya berdebar tak karuan.

"Gue mau ngomong sesuatu. Gue mau ngomong jujur... tentang perasaan gak bisa bohong kan?" tanya Jaja.

Abel hanya mengangguk dengan semangat.

"Gue suka sama Safa. Temen lo itu," lanjut ucap Jaja yang membuat Abel mempertajam pendengarannya.

"HAH!"

"Lo bisa bantuin gue kan Bel? Gue udah bantuin lo. Masa Lo gak mau?"

"Tapikan kita udah nikah Ja. Abel sama Jaja kita udah jadi suami dan istri, masa Abel sebagai istri harus ngedeketin suami Abel sendiri ke perempuan lain?" balas Abel yang kini sudah menangis. Hatinya sakit.

"Ya gak papa lah. Gue bodo amat sama status kita ini, gue pengen berjuang sama orang yang gue sayang! Apa itu salah?" ucap Jaja yang kini mengangkat dagu Abel supaya melihat ke arahnya.

"Jaja jahat! Manusia gak punya hati! Ja, Abel udah cinta sama Jaja. Apa Jaja gak ada rencana buat cinta sama Abel gitu? Yaa minimal suka dulu aja," balas Abel yang kini memegang sebelah tangan Jaja.

"Safa udah nungguin tuh, gue jalan bareng dulu sama dia ya?"

Abel melihat ke depan gerbang rumah mereka. Safa tengah berdiri dengan melambaikan tangannya dengan senyum yang mengembang, Abel langsung menghampiri Safa dengan cepat.

"Maksud kamu apa Saf?" tanya Abel yang kini sudah tidak terlihat santai.

Terlihat Jaja menyusul ke arah dua perempuan itu.

"Aku udah tau kok kalian udah nikah. Tapi kasihannya Abel sama Jaja kalian gak saling cinta. Eh kayanya cinta sepihak ya? Soalnya... Jaja dia suka nya sama aku Bel," ucap Safa yang membuat tangan Abel dengan reflek menampar pipi Safa.

Plak!

"Abella!!! Sialan," balas Jaja yang kini menarik tangan Abel supaya lebih jauh dari Safa.

"Ja... Kenapa harus Safa? Ken-napa," balas Abel dengan sedikit bergetar.

"Jawabannya sederhana, karena gue suka sama dia Bel," balas Jaja yang kini menatap Safa dengan senyum tipis yang indah.

Tatapan nanar Abel yang melihat betapa Jaja sangat terlihat benar-benar mencintai Safa. Membuat air matanya kembali mengalir deras.

"Oke kalo gitu! Sekarang kalo Jaja pergi sama Safa, kita sampai disini."

"Oke gue pilih Safa. Kita sampai disini!"

"Ja?"

Namun....

"Bell bangun!!! Lo kenapa nangis?" balas Jaja yang kini terus menatap khawatir ke arah Abel yang masih memejamkan matanya namun air matanya kini tak kunjung reda.

Jaja baru saja pulang dari kantor Papahnya. Dia melihat ke ruang tamu karena terdengar suara televisi yang menyala namun anehnya Abel tertidur di Sofa menggeliat tak nyaman apalagi Abel terlihat sedang menangis.

Ya Abel tidur namun dia menangis? Apa Abel mimpi buruk? Pikir Jaja.

"Bell," ucap Jaja yang kini menepuk pelan pipi Abel.

RAJABEL ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang