3.

9.1K 1.4K 99
                                    

Wedding day..

"Kamu gugup, Jay?" Tanya James ketika melihat anak bungsunya itu mondar mandir di depan kaca.

"Ngapain aku gugup. Orang aku gak suka sama calonnya." Bukannya tidak suka, masalahnya selama menjelang hari pernikahan, Jayden dan Noelle belum bertemu sama sekali. Kata orangtuanya, Noelle sedang sibuk mengurusi beasiswanya ke luar negeri.

"Hush gak boleh gitu. Inget ya, Jay. Papa mau kamu menjadi lelaki sejati. Menikah sekali seumur hidup." James memegang kedua pundak anaknya, menyalurkan segala keyakinannya.

"Seperti kata Arin, Noelle itu mendekati sempurna. Kamu gak mungkin nyesel deh. Percaya sama Papi. Kamu pasti bangga punya istri kayak Noelle."

"Tapi, kata Papi dia mau kuliah di luar negeri."

"Oh, kamu gak mau ditinggal sendirian di sini? Ya udah nanti pas lulus susul aja Noelle." saran James.

Jayden hanya diam. Ia mencerna kata-kata James yang terlontar padanya. Hingga pintu ruangan terbuka, menampilkan dua temannya-Jake dan Shaka yang sudah rapi dengan jasnya.

"Om James, acaranya mau dimulai lima menit lagi." kata Shaka

"Iya. Jay gak usah gugup ya."

"Bro, lo nanti jangan lemes ya. Soalnya pengantin lo cantik banget asli." - Jake

"Emang udah lihat?" - Jayden

"Tadi pas gue sama Shaka jalan ke sini, kita ngelewatin ruangan pengantin cewe. Pintunya kebuka dikit, jadi ga sengaja lihat. Asli bro, kayak bidadari." - Jake

"Kalian gak sengaja kelihatan apa emang niat ngintip?"  balas Jayden sarkas mengundang tawa ketiganya.

"Waduh belum nikah udah posesif gini, Shak."

"Udah udah. Jay, ayo sekarang. Kamu harus di altar duluan." - James

"Semangat, Jay." - Jake

"Cie habis ini jadi paksu." - Shaka

"HAHA. Pak supir kali." -Jake

Jay mengabaikan candaan keduanya. Iamenarik nafas dalam-dalam sebelum mengikuti papanya menuju altar.

.

Sementara di ruang pengantin wanita..

"Am I pretty, mom?" Noelle melihat pantulan dirinya di kaca.

"Kamu cantik banget kayak bidadari."ucap Sinta sambil membenahi tudung anaknya. Matanya memanas ketika melihat anaknya yang akan menikah.

"Eh, Mama kenapa nangis?"

"Mama cuma gak nyangka aja, Ela mama mau jadi istri orang. Bahkan, satu jam ke depan kamu sudah menyandang status istri. Waktu cepet banget." Sinta menghapus air matanya dengan cepat.

"Udah ah, Mama jangan nangis. Nanti make up nya luntur. Udah cantik begini." Sinta terkekeh mendengar penuturan anaknya.

"Kamu udah tau Jayden?"

"Tau. Aku udah dikasih fotonya sama Papa. Ternyata dia yang minggu lalu berantem di kantin."

Noelle sempat terkejut mengetahui fakta itu. Tapi, sepertinya Jayden cowok baik. Teman-temannya waktu itu bilang jika Haris lah yang memicu pertengkaran, sedangkan Jayden hanya membela diri.

"Ela, ayo. Jay udah nungguin kamu." Arkan mendekati putrinya dengan sedikit tergesa.

"Ela, gandeng tangan papa ya." Noelle mengikuti arahan papanya. Dengan hati sedikit gugup ia berjalan menuju altar, tempat Jayden menunggunya.

.

"Aduh cape banget." Jayden merebahkan tubuhnya di ranjang kingsize salah satu kamar hotel.

Acara sudah selesai dari sejam yang lalu. Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Jayden merasa sangat lelah karena 4 jam nonstop berdiri menyalami tamu-tamu yang datang. Padahal kata papinya private party, tapi kenapa yang datang banyak sekali.

Jayden mengusap wajahnya pelan. Hingga tatapannya tertuju pada cincin yang terpasang di jari manisnya. Saat ini, ia sudah memiliki tanggung jawab sebagai seorang suami.

Ingatannya kembali pada beberapa jam yang lalu. Ketika acara pemberkatan, ah lebih tepatnya setelah pemberkatan. Noelle mengizinkan ia mengecup bibirnya.

"Kenapa gue malah keinget yang itu." Jay menggelengkan kepalanya pelan.

Cklekk

Pintu terbuka menampilkan Noelle yang sudah memakai piyama. Jay refleks mendudukkan dirinya dan bersandar di kepala ranjang. Jujur suasananya canggung sekali saat ini.

"Kamu gak ganti baju?" Noelle membuka suara. Sementara itu, Jayden tengah terkejut dengan Noelle yang menggunakan "aku-kamu" untuk berbicara dengan dirinya. Ah, pasti istrinya ini tipikal orang-orang yang ramah dan suka mengayomi sesama. Tidak seperti dirinya yang kalau kata teman-temannya begajulan.

"Kaget ya dipanggil 'kamu'?" Noelle terseyum tipis sebelum menyibukkan dirinya dengan skincare. Sementara Jayden kini sedang gugup setengah mati.

"Iya, habis ini aku ganti baju." Jayden hendak beranjak meninggalkan kamar, namun ucapan Noelle menahannya.

"Piyamanya ada di deket kamar mandi ya." 

"Oh iya, soal panggilan aku-kamu. Itu karena aku menghormati kamu. Sekarang kan kamu udah jadi suami aku, Jayden."

Astaga. Belum sehari tinggal bersama Noelle, dia sudah dibuat senam jantung seperti ini.

"Iya, terserah kamu manggilnya gimana. Senyamannya kamu aja, Kak." balas Jay setenang mungkin.

"Aku tidur duluan ya. Oh iya, nanti kamu tidur seranjang aja sama aku. Kamu menghargai pernikahan ini kan? Jadi gak ada perjanjian-perjanjian kayak di drama-drama oke?"

Noelle menyimpan semua skincarenya, dan merebahkan dirinya di ranjang. Menyisakan sisi kosong untuk Jayden nanti.

"Selamat malam, Jayden." ucap Noelle sebelum memejamkan matanya.

"Selamat malam juga." Setelah mengucapkan itu, Jayden keluar dari kamar dan menuju kamar mandi.

"Gila. Damage istri gue gak main-main. Gue lemes banget digituin." Jayden masih sibuk menetralkan detak jantungnya.

.

Oh My Jay (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang