Noelle memandangi rumah sederhana di depannya. Sudah lama sekali semenjak ia menginjakkan kaki di sana. Ia seolah ditarik mundur ke arah memori-memori indahnya.
Ya, ia kini sedang berada di rumah Javier. Seusai perkataan Daniel tadi, Noelle merasa penasaran dan memutuskan untuk ikut dengan Daniel.
Noelle melangkahkan kakinya ke arah pohon jambu yang masih saja lebat. Mungkin keluarga Daniel merawatnya, karena sayang saja pohon selebat itu dibiarkan begitu saja.
Tak terasa mata Noelle sudah berkaca-kaca. Sungguh, biasanya Noelle dan Javier menghabiskan waktu untuk memetik jambu bersama.
"Sorry, nunggu lama ya? Tadi harus nyariin kunci dulu soalnya. Biasa, udah tua pikun." Suara Daniel membuat Noelle buru-buru menghapus air matanya kasar.
"Noelle? Mau masuk sekarang?"
"Iya, Kak."
Noelle mengekori Daniel untuk masuk ke dalam rumah. Selama menunggu Daniel membuka pintu, Noelle bersusah payah untuk menahan tangisannya. Hingga Daniel menyadari mata Noelle yang memerah.
"Hei? Kamu nangis? Kenapa?" Daniel yang mendadak panik otomatis memegang bahu Noelle.
"Gapapa, Kak. Aku cuma kangen sama Javier."
"Hmm. Kayaknya aku salah ya bawa kamu ke sini?"
"Enggak. Kak Daniel gak salah sama sekali. Gak apa-apa kok."
Daniel akhirnya mengerti dan memutar kenop pintu. Ketika pintu terbuka, mereka langsung saja memasuki rumah Javier.
"Keluargaku selalu merawat rumah ini. Karena sayang aja gitu. Aku juga biasanya sering nongkrong di sini, kalo kangen sama Javier hehehe." jelas Daniel.
Noelle sibuk menelusuri sekitar. Masih sama seperti beberapa tahun yang lalu. Nuansa hangat karena didominasi oleh kayu, juga bau khas buku dari rak buku besar milik Javier.
"Kamu tunggu di sini. Aku ambilin dulu."
Daniel masuk ke dalam, meninggalkan Noelle sendirian di ruang tamu.
"Javier, aku kangen dengerin kamu bacain aku buku sambil nyemil jambu." monolog Noelle.
"Kamu apa kabar di sana? Kamu selalu jagain aku dari atas sana kan?" lanjut Noelle.
"Kamu ingat Alden? Dia tumbuh jadi anak yang ganteng banget. Dia juga pinter. Besok kalo dia udah gede, dia bisa jagain mamanya." Noelle terisak di akhir kalimatnya.
Tanpa Noelle tahu, sedari tadi Daniel mendengarkan semuanya dari balik dinding.
"La." Panggil Daniel sambil membawa sebuah kotak berukuran sedang berwarna biru.
"Nih, hadiah Javier buat kamu. Katanya sih buat kado ulang tahun, tapi ternyata.." Daniel tidak sanggup melanjutkan kata-katanya.
Noelle menerima kotak itu dengan tangan bergetar.
"Makasih ya, Kak."
"Anytime, Noelle. Kamu mau di sini dulu? Aku harus balik ke rumah soalnya ada sepupuku lagi sakit di rumah."
"Iya, Kak. Nanti kalau aku pulang, aku balikin kuncinya ke kakak."
"Oke. Aku tinggal dulu ya, Noelle."
Setelah itu, sosok Daniel sudah berlalu dari sana.
Noelle duduk di salah satu kursi di sana. Ia membuka kotak itu. Di dalamnya ada sebuah jam tangan model antik berwarna coklat. Serta sepasang buku diary dan pena.
Jangan lupakan sebuah foto menampilkan Javier dan dirinya yang tersenyum canggung. Noelle mengingat betul hari itu. Hari ketika dirinya dan Javier mengikuti olimpiade bersama untuk pertama kalinya. Dan foto itu seingatnya diambil menggunakan kamera gurunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Jay (REVISI)
FanfictionNoelle Artajaya atau biasa dikenal sebagai Ela merupakan putri sulung dari keluarga Artajaya. Ia dituntut untuk selalu menjadi yang terbaik agar bisa menjabat posisi CEO dari salah satu cabang perusahaan ayahnya. Bukannya lelah, Noelle yang memang...