Satu bulan kemudian...
Hari ini para mahasiswa baru Universitas Indonesia sudah berkumpul di lapangan untuk mengikuti ospek hari pertama. Terlihat para kakak tingkat dan komdis sudah berpencar untuk mengecek siapa saja yang tidak memakai atribut lengkap.
Jayden berada di barisan paling depan. Kebetulan dia memang menjadi ketua kelompok. Sosoknya yang tinggi tegap dengan wajah yang tampan, membuat tidak sedikit perempuan meliriknya secara gamblang.
Namun, Jay tidak memerdulikannya. Terlepas dari sifatnya yang cuek, Jay juga sedang merasa lemas. Jujur saja dari pagi perutnya terasa sangat mual, belum lagi kepalanya juga pusing.
"Kelompok tiga, ada yang tidak memakai ikat pinggang." teriak salah satu komdis setelah memergoki seorang mahasiswa yang kebetulan satu kelompok dengan Jayden.
"Untuk kelompok tiga, siapa ketuanya?"
"Saya, Kak." Jayden mengangkat tangan dengan cepat.
"Bukannya kemarin informasinya sudah jelas? Apa kamu malas baca terus gak mau nyampaikan ke anggotamu?" Komdis laki-laki itu mendekati posisi Jayden.
"Sudah baca, Kak."
"Terus kenapa kok anggota kamu ada yang gak lengkap atributnya?"
"Mungkin lupa, Kak."
"Mungkin? Jawaban apa itu? Gak tegas sama sekali."
Demi Tuhan, bukannya Jayden lemah. Tapi kondisinya saat ini tidak memungkinkan untuk mendebat orang lain.
"Maaf, Kak."
"Ambil posisi. Push up 20 kali, hitung sama-sama. Kalau gak bareng, ulang dari awal."
Jayden menarik napas dalam. Menurunkan posisinya menjadi posisi push up. Lalu, mengambil aba-aba untuk memulai hitungan.
"Hitung yang keras. Jangan lemah. Ini masih hari pertama."
Jayden bersama kelompoknya menghitung bersama-sama. Perut Jayden yang awalnya mual kini justru bertambah parah. Hingga dalam hitungan ke lima belas. Jayden bangkit karena tidak bisa menahan mualnya.
Ia berlari ke kamar mandi terdekat, mengacuhkan teriakan komdis di belakangnya.
"Woy, anak baru. Mau kemana?"
"Ada apa, Den?" Daniel datang, menepuk pundak komdis yang bernama Dendy itu.
"Itu loh. Main ke toilet, gak pakai izin."
Daniel mengikuti arah pandang Dendy. Dari kejauhan ia bisa mengenali proporsi badan yang sedang berlari itu.
"Gue tinggal bentar ya."
Daniel langsung berlari menyusul Jayden.
.
"Jay, lo sakit?"
"Eh, kak Daniel. Lo ngapain di sini?"
Jayden baru saja keluar dari bilik toilet dengan memegangi perutnya. Ia baru saja memuntahkan isi perutnya. Dari dekat, Daniel bisa melihat wajah Jayden yang pucat.
"Egak. Gue cuma nyusulin lo yang tiba-tiba lari. Lo pucet banget. Sakit?"
"Gak tahu. Gue mual banget hari ini. Lemes banget. Mau izin tuh nanggung. Masa hari pertama ospek gak ikut."
"Lah emang kalo kondisi lo begini masih bisa lanjut ospek?"
"Hari ini banyak fisik ya, Kak?"
"Iya, Jay. Gue saranin mending lo izin ke mentor lo deh. Gak apa-apa. Lo emang keliatan banget kalo lagi sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Jay (REVISI)
FanfictionNoelle Artajaya atau biasa dikenal sebagai Ela merupakan putri sulung dari keluarga Artajaya. Ia dituntut untuk selalu menjadi yang terbaik agar bisa menjabat posisi CEO dari salah satu cabang perusahaan ayahnya. Bukannya lelah, Noelle yang memang...