"Kak Noelle cuma punya aku. Gak ada yang boleh milikin kakak." Lelaki itu berjalan mendekati Noelle yang berdiri di ujung rooftop sekolahnya.
"Jangan gila. Kamu gak bisa suka sama kakak."
"Kenapa kakak begitu? Oh apa karena cowok yang deket sama kakak."
"Jangan bawa-bawa dia."
"Aku akan bunuh dia."
"JANGAN PERNAH KAMU BAWA-BAWA DIA DALAM MASALAH INI." Noelle mundur perlahan, namun ia sadar bahwa selangkah lagi ia bisa jatuh dari gedung sekolah berlantai tiga ini.
"Oke. Kalau aku gak boleh bunuh dia, artinya kita berdua yang mati."
"Kamu bener-bener gila."
"Iya, aku gila karena kakak."
"JANGAN MENDEKAT ATAU AKU LONCAT." Lelaki itu menyeringai lalu terkekeh pelan.
"Loncat aja. Nanti aku nyusul. Oh atau kita loncat bareng-bareng, kak?"
Noelle sudah berlinangan air mata. Apa yang ia putuskan ini sudah benar? Apa ia benar-benar harus mati sekarang?
Noelle menghitung dalam hati.
"Ya Tuhan, maafkan aku. Mama Papa maafin anakmu yang belum bisa kasih apa-apa."
Lelaki itu semakin mendekat...
BRUAGHH...
"NOELLE!!!"
Noelle terbangun dari tidurnya. Ia bernapas tersengal-sengal dengan keringat bercucuran di tubuhnya. Noelle menyandarkan dirinya di kepala ranjang.
Jayden yang merasakan pergerakan di sebelahnya tiba-tiba terbangun.
"Kakak kenapa bangun?"
Noelle hanya bungkam. Lalu, tidak lama ia terisak.
"Loh. Kok malah nangis? Kakak kenapa?" Jayden memegang bahu istrinya yang bergetar.
Noelle masih diam. Ia teringat dengan mimpi itu lagi. Ingatannya berputar pada peristiwa 4 tahun yang lalu. Peristiwa yang pernah membuatnya trauma dalam waktu yang lama. Kenapa mimpi itu kembali lagi.
Noelle mengusap wajahnya kasar. Meninggalkan bekas sembap di wajahnya. Ia menoleh ke samping, Jayden mengusap-usap bahunya dengan raut khawatir.
"Kakak mimpi buruk?"
"Iya."
"Kita lanjut tidur ya. Ini masih jam 3 pagi."
"Jay, aku boleh minta tolong sama kamu?"
"Apa?"
Noelle berpikir sebentar. Ia sangat malu sebenarnya ketika ingin meminta Jay melakukan hal ini. Tapi apa boleh buat.
"Could I get a hug, please." ucap Noelle lirih namun masih bisa didengar oleh Jayden.
Jayden mengarahkan Noelle agar berbaring kembali. Lalu, ia segera membawa istrinya itu ke pelukannya. Tangannya mengusap-usap rambut Noelle agar gadis itu bisa cepat tertidur.
Noelle juga merasa nyaman berada di pelukan Jayden. Ia membenamkan wajahnya di dada bidang cowok itu. Dalam posisi ini, ia bisa menghirup aroma Jayden yang memabukkan.
"Tidur ya, Kak."
Jayden yang merasakan Noelle sudah tertidur pun, akhirnya ikut menyusul ke alam mimpi.
.
"Kamu sih gak pasang alarm."
"Lah kakak juga meluknya erat banget. Jadi keenakan tidurnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Jay (REVISI)
FanfictionNoelle Artajaya atau biasa dikenal sebagai Ela merupakan putri sulung dari keluarga Artajaya. Ia dituntut untuk selalu menjadi yang terbaik agar bisa menjabat posisi CEO dari salah satu cabang perusahaan ayahnya. Bukannya lelah, Noelle yang memang...