Tiga bulan kemudian...
Noelle mengerjap-ngerjapkan matanya berulang kali. Akhir-akhir ini ia selalu terbangun di tengah malam hanya untuk menemukan Jayden yang tidak ada di sampingnya.
Ketika kesadarannya sudah terkumpul, ia bangun. Menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang.
"Lembur lagi?" monolog Noelle.
Sebenarnya selama ini ia tahu jika Jayden hanya pura-pura menemaninya tidur. Lalu, setelah memastikan Noelle sudah terlelap, Jayden akan bangun kembali.
Pada awalnya, Noelle hanya membiarkan. Mungkin hanya sehari sampai tiga hari karena tugas dari kampus. Tapi ternyata hal itu sudah berlangsung hingga dua minggu lamanya. Ia khawatir dengan Jayden yang menurut Noelle overwork. Bahkan Noelle yakin jam tidur Jayden pasti berantakan.
Noelle bangkit, berjalan menuju ruang baca atau sekarang dialihfungsikan sebagai ruang belajar Jayden.
Tanpa mengetuk pintunya, Noelle langsung saja memasuki ruangan. Jayden yang tengah fokus dengan komputer langsung refleks membola. Kenapa Noelle bangun malam-malam begini.
"Kamu kenapa bangun?"
"Kenapa mukanya panik gitu?"
"Kamu mimpi buruk? Haus? Mau aku temenin tidur?" tawar Jayden lembut.
Noelle hanya diam. Ia berdiri di belakang kursi Jayden. Tangannya ia kalungkan ke leher Jayden, begitu juga dengan kepalanya yang bersandar di ceruk leher suaminya.
"Ada apa hm?" Jayden mengelus telapak tangan Noelle.
"Don't work too hard." ucap Noelle pelan.
"Enggak tuh. Ini bentar lagi kelar kok. Besok juga aku gak ada kelas."
"Aku tahu, Jay. I know you're awake till midnight almost every day. Bukan karena tugas kuliah kan?." Noelle menengok layar komputer dengan level brightness yang tinggi, membuat mata sakit.
"Laporan Penginputan Tranksaksi Keuangan Perusahaan" Noelle membaca tulisan besar yang diikuti oleh rentetan angka-angka nominal tinggi.
"Kamu ngapain ngerjain kerjaan begini? Kan bukan bidang kamu Jay." Noelle melepaskan pelukannya, ia mencondongkan tubuhnya untuk melihat lebih dekat.
"Ini kan punya perusahaan papa. Kenapa kamu yang ngerjain?"
"Jangan ngomel dulu. Aku bisa jelasin."
"Gak perlu. Aku udah ngerti."
"Bukan papa yang nyuruh-"
"Iya, aku ngerti. Kamu kan yang minta ke papa? Kamu minta kerjaan ke papa kan? Buat apa?"
"Buat kamu. Gak mungkin dong aku cuma diem, kuliah, gak ngehasilin apa-apa di sini."
"Jay, kamu mending fokus kuliah kamu deh. Besok pagi aku bilang papa biar gak ngelimpahin pekerjaan apa-apa ke kamu."
"Gak bisa, Kak. Setidaknya aku akan mengusahakan apapun itu buat kamu sama anakku."
"Gak harus begini juga, Jayden. Kamu tuh terlalu maksain diri. Aku tahu kamu mampu, tapi apa kamu gak mikir sama keadaan kamu?"
Jayden baru saja hendak mendebat tapi Noelle mengisyaratkan dirinya untuk tetap diam.
"Kamu pikir aku gak khawatir lihat kamu dua minggu ini lembur mulu. Tidur juga sebentar. Belum lagi urusan kuliah. Gak usah macem-macem segala sampe nambah-nambah kerjaan."
"Kamu ngeraguin aku?"
"Enggak. Aku ga pernah ragu sama kemampuan kamu. Aku cuma bilang, kalo pekerjaan ini itu berat Jayden. Lagian papa kenapa sih ngizinin kamu ngambil kerjaan? Mana gak bilang aku dulu. Padahal aku apa-apa selalu diskusiin sama aku dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Jay (REVISI)
FanfictionNoelle Artajaya atau biasa dikenal sebagai Ela merupakan putri sulung dari keluarga Artajaya. Ia dituntut untuk selalu menjadi yang terbaik agar bisa menjabat posisi CEO dari salah satu cabang perusahaan ayahnya. Bukannya lelah, Noelle yang memang...