"Kak, lo nanti pulang kuliah jam berapa?" Riki mengamati Noelle yang sedang memasak sarapan. Ia duduk di meja makan bersama nintendo kesayangannya. Suatu ritual wajib bagi Riki, sarapan sambil bermain nintendo.
"Kayaknya sore. Jam 3 an, gatau lagi kalo molor. Kenapa?"
"Gak apa-apa. Nanya doang."
"Sejak kapan lo kepo sama jadwal gue?"
"Nanya doang. Jangan curiga gitu deh."
"Kalo sama lo gue bawaannya curiga mulu. Lo mau bawa pacar lo ke sini ya? Mau berduaan di sini? Iya?"
"Diem aja lah. Gue gak mood nyautin omongan lo."
Noelle hanya geleng-geleng kepala lalu melanjutkan kegiatan memasaknya yang tertunda. Sedangkan Riki di belakang sana tengah sibuk mengetik pesan untuk seseorang.
Bang, gue udah atur rencananya. Lo sampai bandara jam setengah 5 kan? Nanti gue kabarin lagi.
.
Noelle sedang memperhatikan dosennya menjelaskan materi di depan. Matanya fokus menatap ke depan, sedangkan tangannya sibuk mencatat.
Brukkk
Sebuah gebrakan cukup keras di pintu kelas membuat kegiatan mengajar terhenti. Semua atensi otomatis teralihkan pada sumber keributan. Ck. Dia lagi.
"Ada apa? Apa kamu gak tahu sopan santun main gebrak-gebrak pintu begitu?" Noelle bisa melihat guratan amarah yang ditunjukkan oleh sang dosen.
"Ah sebelumnya maaf, Pak. Saya cuma ada urusan sama salah satu orang di sini."
"Seharusnya kamu tahu kalau kelas sedang berlangsung. Kelihatan sih. Kamu pasti cowok bandel gak punya tata krama."
"Iya, Pak. Kalau bapak nganggepnya gitu silakan. Hmm, Noelle Artajaya?" Semua mata otomatis mengarah pada Noelle seketika namanya disebut oleh lelaki berwajah centil di sana. Ya. Dia adalah Jean.
"Noelle, kamu mengenal dia?"
"Iya, Pak."
"Ya sudah, cepat katakan urusan kamu apa?" tanya sang dosen beralih pada Jean.
"Ini, ada titipan dari teman saya buat Noelle. Noelle, sini." Noelle yang namanya dipanggil otomatis segera berjalan menuju tempat Jean berdiri.
Dengan wajah datar ia segera mengambil sebuah amplop yang disodorkan oleh pemuda itu. Berbeda dengan Jean yang menampilkan senyuman lebar.
"Nah, baiklah. Urusan saya sudah selesai. Terima kasih, Pak. Dan maaf sudah mengganggu waktunya."
Jean pun berlalu dari sana. Sedangkan Noelle sibuk memperhatikan amplop di genggamannya.
.
Kelas terakhir baru saja selesai tiga menit yang lalu, namun Noelle masih belum beranjak dari posisinya. Ia membuka amplop yang sedari tadi mengundang rasa penasarannya.
Semoga saja isinya tidak aneh-aneh. Mengetahui orang yang memberikan amplop memang sudah aneh dari sananya.
"Hah? Surat?" monolog Noelle.
Noelle membuka sebuah kertas yang dilipat rapi. Di dalamnya ada tulisan yang cukup panjang dengan dekorasi yang indah di setiap pojokannya.
Hi, Noelle. It's me, Jean. Someone who has bothered you these past three days.
Gue cuma mau bilang kalo nanti malem gue harus ke Jerman karena pertukaran pelajar. Gue tahu lo pasti ngebatin kenapa gue mesti repot-repot ikut seminar kompetisi, padahal gue bakal ke Jerman. Hari itu, gue cuma mau numpang tidur hehehe. Kan ruangannya adem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Jay (REVISI)
FanfictionNoelle Artajaya atau biasa dikenal sebagai Ela merupakan putri sulung dari keluarga Artajaya. Ia dituntut untuk selalu menjadi yang terbaik agar bisa menjabat posisi CEO dari salah satu cabang perusahaan ayahnya. Bukannya lelah, Noelle yang memang...