Jayden mengendap-ngendap masuk ke dalam rumah. Ia sudah terlihat lebih segar karena berganti baju. Untung saja ada kaos di dalam mobilnya.
Suasana rumah sangat gelap. Jayden sedikit bersyukur karena Noelle pasti sudah tidur. Setidaknya biarkan dirinya beristirahat sebentar sebelum dimarahi keesokan harinya. Ah, ia tidak yakin Noelle akan memarahinya, untuk apa juga.
Jayden berjalan menuju kamar. Begitu terkejutnya ia ketika menemukan Noelle yang tertidur di meja belajar dengan menenggelamkan kepalanya. Di dekatnya ada tumpukan buku tebal yang dibiarkan terbuka.
"Apa dia emang selalu belajar sekeras ini?" Batin Jayden.
Jayden ingin membangunkannya, tapi ia tidak tega. Namun, jika tidak dibangunkan pasti badan istrinya itu sakit semua dengan posisi tidur seperti itu. Haruskah ia langsung menggendongnya? Bagaimana jika Noelle nanti terbangun dan merasa tidak nyaman. Setelah perang batin cukup lama, Jayden pun memilih opsi pertama.
"Kak, bangun. Pindah ke kasur." Jayden menepuk bahu Noelle pelan-pelan. Tidak perlu waktu lama, mata gadis itu terbuka perlahan.
Jayden tetap memposisikan tangannya di bahu Noelle sembari menunggunya mengumpulkan kesadarannya.
Setelah kesadarannya terkumpul, Noelle memandang Jay sekilas.Jayden sudah menyiapkan dirinya apabila istrinya itu mengomel.
"Kayaknya aku tidur di kamar tamu aja deh, kamu bau alkohol." ucap Noelle menyingkirkan tangan Jayden dari bahunya. Dengan segera ia beranjak dan keluar dari kamar. Meninggalkan Jayden dengan hati mencelos.
Satu fakta yang baru ia ketahui, istrinya benci bau alkohol.
.
Pagi-pagi buta, Noelle sudah bangun terlebih dahulu. Setelah membersihkan dirinya, ia kembali ke kamar utama untuk mengambil seragam dan keperluan sekolahnya. Hari ini ia harus mengembalikan buku paket yang ia pinjam dari perpustakaan. Mata Noelle menangkap presensi Jayden yang masih bergelung dalam selimutnya.
Ia jadi teringat tadi malam Jayden pulang dengan bau alkohol yang sangat kuat. Ia tidak pernah tahu jika suaminya itu suka mabuk-mabukan. Haruskah ia memaklumi perilaku Jayden? Namun, mabuk-mabukan bukanlah hal yang baik yang seharusnya tidak dinormalisasi.
Terlalu lama menimbang-nimbang justru membuat Noelle sakit kepala di waktu sepagi ini. Untuk apa juga ia harus pusing-pusing memikirkan Jayden. Itu bisa diurus nanti.
.Setibanya di sekolah, Noelle memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Suatu kesenangan tersendiri bagi Noelle ketika belajar di sana. Ia menjadi lebih fokus bahkan sampai lupa waktu.
Noelle menyapa petugas perpustakaan yang sedang membersihkan rak. Seperti biasanya, Noelle akan memilih untuk duduk di posisi paling pojok ruangan.
Noelle memakai earphonenya lalu membuka buku-buku mengenai bisnis. Ia mulai fokus untuk menuntaskan segala materinya hari ini.
Tanpa sadar, waktu bergulir hingga menunjukkan pukul tujuh pagi. Perpustakaan juga mulai ramai oleh para siswa yang sedang meminjam buku bacaan atau sekadar melihat-lihat koleksi buku.
"Loh, Kak Ela." Noelle mendongak ketika ada yang memanggil namanya. Ternyata, Jake.
"Hai, Jake." sapa Noelle diiringi senyuman tipis.
"Rajin banget pagi-pagi udah di perpus."
Noelle hanya menanggapinya dengan kekehan. Tidak tahu harus menjawab apa sehingga hanya senyumannya yang ia andalkan.
"Berangkatnya gak bareng Jay ya, Kak?" Jake memilih duduk di seberang Noelle.
Sepengetahuan Noelle, dalam geng Jayden, Jake memang termasuk yang paling berprestasi. Meskipun jarang mendapatkan juara satu, Jake tidak pernah absen untuk mengikuti seleksi olimpiade setiap tahunnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Jay (REVISI)
FanfictionNoelle Artajaya atau biasa dikenal sebagai Ela merupakan putri sulung dari keluarga Artajaya. Ia dituntut untuk selalu menjadi yang terbaik agar bisa menjabat posisi CEO dari salah satu cabang perusahaan ayahnya. Bukannya lelah, Noelle yang memang...