Beberapa tahun kemudian...
Noelle berusaha memfokuskan netranya pada layar televisi di depannya. Tapi usahanya gagal. Ia mencoba mengganti tayangan yang lain. Film genre horror kesukaannya mungkin bisa membuatnya sedikit tenang.
Namun usahanya sia-sia. Ia menyerah dan memilih mematikan televisi. Beralih dengan membuka ponselnya. Jayden belum juga menjawab pesannya sejak pukul tujuh sore.
Terakhir Jayden mengabarinya dengan pesan singkat bahwa dirinya harus lembur di kantor. Jadi kemungkinan ia sampai di rumah pukul sebelas malam. Namun, Noelle sudah terjaga sendirian sampai pukul satu dini hari. Dan belum ada tanda-tanda Jayden pulang.
Rasa kantuknya kalah dengan rasa khawatirnya. Ia menggigit kukunya, kebiasaan jelek Noelle ketika cemas yang belum juga hilang sampai sekarang.
Noelle bahkan sudah bosan mendengar ratusan kali teguran Jayden. Mulai dari menggunakan kata-kata lembut seperti,
"Jangan gigitin kuku, kumannya masuk ke mulut semua nanti."
Sampai dengan kata-kata konteks delapan belas plus seperti,
"Jangan gigitin kuku mulu, ga enak. Mending gigitin bibir aku nih nganggur."
Oke, kembali ke Noelle yang sedang khawatir. Hatinya sedari tadi tidak berhenti berdoa agar suaminya pulang selamat.
Tampaknya Tuhan sedang berbaik hati mendengar doanya. Karena beberapa menit setelahnya, terdengar ketukan pelan di pintu utama. Pasti Jayden.
Noelle buru-buru membenarkan gaun tidurnya, lalu membuka pintu.
Cklekkk.
Di depannya, Jayden berdiri sedikit berantakan. Kemeja yang setengah keluar dengan dua kancing teratas terbuka. Jasnya hanya disampirkan. Juga poninya yang menempel di dahi akibat keringatnya.
"Astaga. Kamu berantakan banget. Habis-"
Kalimat Noelle menggantung karena Jayden terlebih dulu mendorongnya masuk ke dalam. Dengan satu tangan memeluk pinggang Noelle dan satu lainnya mengunci pintu utama.
"Wait!! Sabar, Sayang." Noelle sedikit terkekeh ketika Jayden terus memeluknya posesif dan berakhir kini keduanya terbaring di sofa bersama. Jayden menciumi puncak kepala sang istri. Berharap bahwa apa yang ia lakukan berhasil mengisi tenaganya.
"Kamu kenapa pakai baju licin-licin gini deh?" tanya Jayden dengan suara seraknya.
"Ya gak apa-apa. Kan ini baju buat tidur." jawab Noelle dengan nada santai.
"Mau godain aku ya?" Jayden menyeringai. Noelle malah membalas dengan pukulan pelan di lengan Jayden yang melingkari pinggangnya.
"Apaan sih. Lagi capek masih aja ngaco ngomongnya."
"Tapi kalo sama kamu aku selalu tergoda sih. Cantik banget soalnya." Sialan. Pipi Noelle pasti semerah tomat sekarang. Jayden and his sweet words.
"STOP. Mending kamu ganti baju terus tidur."
"Tumben gak nyuruh mandi?"
"Kamu keliatan capek banget. Mau emang pake mandi dulu?"
"Kalo dimandiin sih mau."
"JAY. UDAH IH."
Jayden pun tertawa. Reaksi istrinya selalu menggemaskan di matanya.
Di awal pernikahan, Jayden masih mengingat jelas seorang Noelle Artajaya yang begitu ambisius. Bahkan istrinya itu betah berjam-jam hanya untuk berkutat dengan buku-buku pelajaran yang tebalnya nggak kira-kira. Apalagi soal pekerjaan. Buktinya ia mau-mau saja dijodohkan dengan Jayden demi bisa mendapatkan salah satu cabang perusahaan milik papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Jay (REVISI)
FanficNoelle Artajaya atau biasa dikenal sebagai Ela merupakan putri sulung dari keluarga Artajaya. Ia dituntut untuk selalu menjadi yang terbaik agar bisa menjabat posisi CEO dari salah satu cabang perusahaan ayahnya. Bukannya lelah, Noelle yang memang...