16.

5.4K 814 35
                                    

Noelle saat ini tengah menyibukkan diri di salah satu ruangan kantor papanya. Hari ini tiba-tiba saja papanya itu memanggilnya untuk membuat materi presentasi kerjasama dengan perusahaan lain.

Noelle mengerahkan fokusnya penuh pada komputer di hadapannya. Bahkan kopi dan biskuit di sampingnya belum ia sentuh sama sekali.

"Gimana, Nak? Udah?" Arkan tiba-tiba datang. Niatnya ingin memastikan apakah Noelle kesusahan dalam menyelesaikan presentasi itu.

"Sebenernya udah sih, Pa. Cuma aku lagi teliti lagi, siapa tahu ada yang salah." Noelle tetap menggulir halaman demi halaman untuk mengoreksi pekerjaannya.

"Sini biar papa yang lihat." Noelle menggeser duduknya. Membiarkan Arkan untuk mengambil alih pekerjaannya.

Noelle gugup menunggu bagaimana tanggapan Arkan terhadap kinerjanya.

"Kayaknya kamu gak usah kuliah aja deh." ucap Arkan tiba-tiba.

"Loh kenapa?"

"Kamu gak pakai kuliah aja udah bisa bikin materi sebagus ini. Tata bahasa dan inti dari tujuannya sangat jelas. Gak bertele-tele." Noelle lega mendengar pujian Papanya.

"Hufft syukurlah kalau gitu. Tapi, aku tetap mau kuliah. Kan aku mau jadi CEO nanti."

"Hmm iya. Papa yakin kamu bisa mewujudkan itu semua." Arkan mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia di ruangan itu.

"Papa gak nyangka kalau bulan depan kamu udah ninggalin Indonesia." ucapan Papanya membuat Noelle memutar kursi menghadapnya.

"Noelle gak sabar pengen hidup mandiri di sana." Noelle membayangkan rutinitasnya nanti di Jepang. Ia bisa mempelajari banyak hal baru.

"Papa cuma minta sama kamu supaya gak terlalu memaksakan diri kamu. You always work too hard. Papa pikir-pikir kamu gak seambisius ini dulu di smp."

Noelle hanya diam.

"Kamu menjadi seperti ini setelah Riki koma."

"Ya bukannya berubah lebih baik itu hal yang bagus." Noelle memaksakan senyumnya.

"Kamu udah jenguk Riki, Ela?"

"Udah."

"Papa merasa bersalah udah sembunyiin dia selama ini. Bahkan mertua kamu aja gak tahu kalau kamu dua bersaudara."

Sebenarnya bukannya disembunyikan, hanya saja orangtua Noelle tidak ingin menyinggung nama adiknya itu. Alasannya karena membicarakan hal itu hanya menciptakan luka untuk orangtuanya. Sangat berbeda dengan alasan Noelle. Noelle sangat membenci adiknya sehingga ia tidak ingin membawa-bawa nama Riki dalam pembicaraan apapun.

"Papa kangen banget sama adikmu. Dulu kita selalu berempat kalau pergi liburan. Papa selalu berdoa supaya Riki cepat bangun dan melihat kalau kakaknya ini makin cantik." Noelle bergidik ngeri mendengar kalimat ayahnya.

'Ela gak mau deket-deket Riki, Pa. Riki selalu nyakitin Ela.' batin Noelle.

"Hmm, Pa. Tugas aku udah selesai kan? Aku mau pergi ke rumah Feli." Noelle bangkit mengemasi barang-barangnya. Tidak lupa ia mengcopy hasil pekerjaannya ke dalam flashdisk lalu menyerahkan benda kecil itu pada Arkan.

"Ah, iya. Doakan Papa supaya kerjasama ini berhasil."

"Siap, Pa. Semangat! Kalau berhasil, uang jajan Noelle nambah."

"Loh, kamu kan udah jadi istri orang. Minta sama Jay dong." goda Papanya.

"Ih Papa. Jay kan masih sekolah."

"Ya udah, hati-hati nyetirnya." Noelle menyalami Arkan lalu pergi dari sana.

.

Noelle pov

Oh My Jay (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang