19.

4.7K 790 7
                                    

Noelle dan Jayden sudah sampai di sebuah restoran bintang lima. Mereka berjalan beriringan memasuki restoran.

Noelle mengedarkan pandangannya. Ia melihat Clara dan James sudah berada di salah satu meja yang terletak di pojok ruangan.

Noelle melangkah ke sana, diikuti oleh Jayden di belakangnya.

"Eh kalian udah datang."

"Udah, Mi." Noelle dan Jayden langsung menyalami Clara dan James sebelum duduk.

"Astaga, Jayden kenapa gak ganti baju dulu sih." omel mamanya.

"Ya kan ga sempet. Mana tahu tadi tiba-tiba ada acara." Jayden menyeruput segelas jus yang memang dipesankan Clara untuknya.

"Ck. Ya kan pakai kaus bisa. Kamu kan selalu nyetok kaos di mobil. Nih pasti kamu habis olahraga kan. Lihat tuh, basah banget bajunya. Aduh bau, Jay." Clara tiba-tiba menutup hidungnya. Membuat James dan Noelle tidak bisa menahan tawanya melihat perdebatan ibu dan anak itu.

"Mami lebay ih. Jay mah wangi."

"Sudah-sudah, kalo kalian ribut terus kapan makannya." James segera melerainya.

Mereka pun melanjutkan acara makan siangnya.

"Loh, Ela kok makannya gak dihabisin, Sayang?" tanya Clara lembut ketika melihat Noelle sudah menyudahi acara makannya.

"Ela agak mual, Mi. Lagian udah kenyang juga kok."

Tiba-tiba saja Clara tersenyum geli. Lalu, menatap James.

"Mami kenapa senyum kayak gitu? Papi juga ih." Jayden menyadari ekspresi aneh kedua orangtuanya.

"Gak apa-apa kok, Jay." ucap James kalem lalu menyeruput kopinya.

"Hmm. Kamu kok buru-buru banget sih, Jay. Kan Ela belum mulai kuliah. Emang udah siap?"

Ucapan Clara membuat Jayden dan Noelle mengernyit bingung. Apa maksud perkataan maminya itu.

"Maksud mami?" tanya Jayden

"Hmm. Kamu tahu lah. Ela mual tuh. Kalian udah-"

"Mami ih. Bisa-bisanya mikir sampai situ." potong Jayden setelah mengerti arah pembicaraan Clara. Sedangkan, Noelle hanya menunduk malu.

"Loh kenapa? Kalian emang belum pernah sama sekali?"

"Udah ah gak usah ikut-ikut. Itu privasi Jay sama Noelle." tegas Jayden justru membuat Clara terkekeh.

"Kalo dilihat dari reaksi kalian sepertinya sih belum pernah. Tapi, wajar sih kalian emang masih belum mateng jadi orangtua."

"Pi, suruh mami diem dong." Jayden justru merengek ke papinya.

"Tapi, Jay. Kalo kalian emang udah rencana mau punya anak malah gak apa-apa. Papi sama Mami kan mau gendong cucu." lanjut James.

Jayden hanya melongo. Ternyata orangtuanya sama saja.

.

Pesawat James dan Clara sudah berangkat sekitar lima belas menit yang lalu. Kini Jayden dan Noelle sedang berada di perjalanan pulang.

"Gak usah dipikirin, Kak." Jayden melirik Noelle yang sibuk menatap ke luar.

"Eh, tadi katanya perutnya mual. Perlu beli obat gak?"

"Gak usah. Udah mendingan kok."

"Beneran?"

"Bener. Emang sering gitu kok. Udah biasa."

Jayden akhirnya diam. Lalu kembali fokus menyetir.

"Jayden, bisa anterin aku ke mama gak?"

"Bisa. Lagian kita juga jarang ke sana."

Sesampainya di halaman rumah mama Noelle, mereka segera turun. Terlihat Sinta sedang menyirami tanamannya.

"Loh kalian. Tumben ke sini?"

"Mama." Noelle menghambur memeluk Sinta. Noelle memang kadang masih manja dengan orangtuanya.

"Mama apa kabar?" Jayden menyalami mertuanya itu.

"Baik kok. Ayo masuk dulu."

Mereka pun mengekori Sinta memasuki rumah.

"Ma, aku ke kamar dulu ya." Noelle segera naik ke kamarnya. Meninggalkan Jayden dengan Sinta di ruang tamu.

"Kamu mau nyusul Ela ke kamarnya?"

"Nanti aja deh, Ma. Aku di sini dulu."

"Kalo gitu mama tinggal dulu ya. Mau ambilin minum sama cemilan buat kalian."

"Iya, Ma."

Sepeninggal Sinta, Jayden hanya mengamati ruang tamu ini. Berbeda dengan ruang tamunya yang dipenuhi oleh foto keluarga, ruang tamu di kediaman Noelle ini justru dipenuhi oleh lukisan bertema monokrom.

Sebuah bingkai foto dengan ukuran tidak terlalu besar yang berada di bawah televisi berhasil menarik atensi Jayden. Ia mengambilnya.

Itu sebuah foto keluarga yang terdiri dari empat orang. Terlihat Noelle kecil dengan senyum merekah sedang digendong oleh papanya. Ia bisa mengenali karena senyuman Noelle tidaklah berubah. Namun, yang jadi fokusnya sekarang adalah sosok laki-laki yang lebih kecil daripada Noelle di pelukan mama mertua. Senyumannya begitu lebar, memamerkan giginya yang belum tumbuh semua. Siapakah sosok itu? Apa iya, Noelle memiliki saudara? Selama ini ia mengira Noelle adalah putri tunggal dari keluarga Artajaya.

"Ini, Jay minumnya." Sinta meletakkan nampan berisi es sirup dan beberapa camilan.

"Ah iya, Ma." Jayden tetap dalam posisinya melihat foto itu.

"Kamu lagi lihat apa?" karena penasaran, Sinta menghampiri menantunya itu.

"Ini, Ma. Jay gak sengaja lihat foto ini."

Tatapan Sinta tiba-tiba berubah sendu. Ia mengambil alih foto itu. Dilihatnya selama beberapa saat sebuah potret keluarga yang sangat ia rindukan.

"Mama tahu. Pasti kamu bingung dia siapa?" Sinta menunjuk laki-laki kecil yang berada di dalam foto itu. Jayden mengangguk.

"Dia itu adik Noelle. Namanya Riki Artajaya."

Jayden jelas terkejut. Ia selama ini tidak mengetahui apa-apa soal Noelle yang ternyata memiliki adik. Bahkan mungkin keluarganya juga tidak mengetahui fakta itu.

Sebenarnya, Jayden penasaran tentang kemana adik Noelle itu. Tapi, ia merasa tidak enak untuk bertanya karena melihat mata Sinta yang berkaca-kaca.

"Kalo kamu bingung kenapa selama ini kami tidak pernah menyinggung soal adik Noelle. Itu karena membicarakan dia hanya meninggalkan luka bagi kami. Mungkin Noelle yang paling terluka di sini, karena Riki memang sangat dekat dengan dia."

"Ah maafin aku, Ma. Aku gak berniat buat ngingetin luka itu."

"Enggak apa-apa. Mama yakin suatu saat keluarga kami pasti akan kembali lagi. Riki pasti akan bangun."

"Maksud Mama?"

"Riki koma selama tiga tahun."

.

Oh My Jay (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang