40.

5.5K 768 198
                                    

Alurnya aku cepetin ya. So this story will have a happy ending, everyone deserves to be happy. And so does Riki.


Satu tahun kemudian...

Noelle tengah disibukkan oleh tugas kuliahnya mengingat ini adalah tahun keduanya sebagai mahasiswa. Saking sibuknya bahkan beberapa panggilan dari Jayden ia abaikan. Bukannya sengaja, namun ia sama sekali tidak sadar jika Jayden menelponnya. Karena Noelle akan selalu menyetel ponselnya dalam mode silent jika sedang hectic begini.

Cklekk..

"Kak, udah malem loh. Gak mandi dulu?" kepala Riki menyembul dari balik pintu. Ia memandangi kakak perempuannya yang sepertinya sangat fokus. Bahkan sampai tidak sadar jika Riki mengajaknya bicara.

"KAK. Udah malem noh. Mandi sana. Bau tau dari siang belum mandi." omel Riki dengan suara keras.

"Aduh berisik deh. Ini tugas kakak masih numpuk. Entaran aja mandinya." tanpa mengalihkan atensinya dari laptop, Noelle balas mengomel.

Oh iya, hubungan Noelle dan Riki sudah membaik. Maksudnya, Riki akhir-akhir ini berubah. Tidak seperti awal-awal yang kerjaannya minta cium setiap hari. Meskipun Noelle selalu menolak sih. Perubahan itu Noelle rasakan pertama kali sebulan yang lalu.

Riki minta pindah kamar dari yang sebelumnya tidur dengan Noelle kini justru ingin tidur sendiri. Riki juga senang menghabiskan waktunya di luar apartemen. Noelle sempat heran, namun ia diam-diam bahagia karena Riki tidak menunjukkan tanda obsesi gilanya lagi.

Noelle melirik Riki yang masih berdiri di dekat pintu.

"Ngapain berdiri di situ?"

"Hmmm. Mau minta izin."

"Main lagi? Sama temenmu?" curiga Noelle.

"Iya. Main deket sini kok. Cuma makan malam bareng doang. Kakak nitip gak?"

"Jangan pulang malem-malem ya. Kalo pulang malem atau kalo sampe kamu mabuk, kakak pulangin ke Indonesia."

"Enggak, Kak. Astaga. Mau nitip apa?"

"Beliin ya."

"Perasaan suaminya kaya raya, kok minta dibayarin mulu. Kagak dinafkahin apa gimana dah?"

Noelle langsung saja melempar kaleng soda kosong ke arah Riki. Untung saja Riki buru-buru menghindar.

"Diem deh. Kakak lagi sibuk. Lagian pelit banget jadi adik. Nitip inari sushi sama susu coklat deh. Tuh kakak masih tau diri."

"Oke. Riki berangkat." Riki hendak menutup pintunya, namun ia mengurungkan niatnya.

"Apa lagi, Riki?"

"Kiss me first!" Riki memasuki kamar dengan menyeringai. Hawa panas seketika memenuhi ruangan. Noelle yang tidak menduga hal itu terjadi langsung menegang.

"Riki..." Noelle gelagapan ketika Riki berada di hadapannya. Kedua tangannya diletakkan di kedua sisi kursi yang diduduki Noelle. Dan posisi Riki yang menunduk membuatnya semakin cemas.

"Pfft.. hahahahaha" Riki langsung tertawa lepas ketika menemukan ekspresi muka kakaknya yang takut.

"Gak kuat. Muka kakak jelek banget." Riki menjauh, memegangi perutnya yang sakit karena tertawa terlalu keras.

"Dasar babi. Lo nakutin tahu gak." Noelle melempari Riki dengan alat tulisnya. Namun, Riki berhasil menghindari amukan kakaknya.

"Udah sana pergi. Jangan gangguin gue lagi. Ini tugas gak selesai-selesai."

"Iya-iya. Riki pergi dulu ya, kakaknya babi." Noelle baru saja hendak melempar Riki lagi, namun adiknya itu sudah berlari dari sana.

Noelle kesal setengah mati melihat kelakuan adiknya. Ternyata, dia sangat menyebalkan.

Oh My Jay (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang