DMZ | 13. Lamaran

4.6K 521 28
                                    

“Cepat lambatnya sesuatu itu tergantung niat, bukan apa yang dimiliki saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cepat lambatnya sesuatu itu tergantung niat, bukan apa yang dimiliki saat ini. Jika Allah telah menghendaki, dengan niat insyaallah semua bisa terealisasikan.”

- - -

Happy graduation, semuanya!” teriak MC di atas podium yang merupakan salah satu anggota OSIS.

“Khayla, masa kita harus berpisah lagi?” gumam Zahwa lemah.

Khayla tersenyum cantik. “Kita ‘kan hanya berpisah tempat. Kita masih bisa sering main bareng kok,” ujar Khayla. Tujuan mereka saja sudah berbeda, tetapi tidak untuk persahabatan mereka.

“Memang kalau yang udah menikah masih boleh main bebas, nih?” goda Erika seraya tertawa lepas. Sedangkan wajah Khayla sudah memerah padam tatkala mendengar godaan itu.

“Kan Zidan belum lamar aku secara resmi, dia baru bilang aja,” kekeh Khayla. Mau bagaimanapun, sebagai manusia biasa ia tidak bisa menerka apa yang selanjutnya terjadi.

Andai hari ini abi dan abang lihat aku, pasti mereka senang lihat aku udah lulus SMA,” gumam Khayla dalam hati.

Seikhlas-ikhlasnya seseorang untuk melepaskan orang yang ia sayang itu pergi, rasa rindu itu tetaplah ada. Sedalam-dalamnya ia mengubur rasa rindu itu, pada akhirnya akan terungkap juga meskipun oleh satu orang saja.

***

“Bun. Alhamdulillah Raka diterima di ITB!” seru Raka sambil menangis haru.

Usai kelulusan tadi … ia mendapatkan sebuah email yang menyatakan bahwa ia berhasil lolos dengan jalur SNMPTN.

“Alhamdulillah Ya Allah …,” puji Irlen sambil tersenyum.

“Halah! Baru keterima di ITB aja bangga banget. Lihat tuh anak teman ayah, dia diterima di UCL,” sarkas Ardian. Raka tak marah, ia hanya tersenyum hangat mendengar pernyataan itu.

[UCL : Universitas Collage London]

“Setiap orang punya pencapaian tertinggi masing-masing. Pencapaian tertinggi Raka mungkin bukan sekarang, tapi Raka yakin suatu saat nanti Raka bisa membanggakan diri Raka sendiri.”

***

“Abang!” seru Khayla saat melihat sosok lelaki yang sangat ia rindukan ada di depan rumahnya.

Dengan berpakaian kebaya khas perpisahan sekolah. Khayla berlari, sama halnya dengan lelaki itu yang langsung merentangkan kedua tangannya.

“Abang, Khay kangen, hiks … kenapa baru ke sini?!” lirih Khayla dalam dekapan lelaki itu. Luruh sudah air matanya saat kerindukan dekapan ini.

Farel Abizar, kakak kandung terbaik yang pernah Khayla kenal. Setiap kali bersamanya … ia seolah dilindungi seperti saat bersama Zidan. Khayla akan berubah manja, kekanak-kanakan serta rewel jika bersama Farel.

Dear, Zaujaty (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang