“Prioritas bukan hanya soal status, tetapi juga soal amanah dan suatu janji.” —Raka Zaidan Pradigta.- - -
Sesuai perkataan Raka atas persetujuan Khayla, Raka akan selalu melindungi Nara sebagai sahabatnya. Namun, jauh dari yang mereka ketahui … Nara lebih sakit melihat kemesraan Raka dan Khayla daripada menahan sakit yang dideritanya—jantung.“Kamu yakin mau pergi sendiri?” tanya Raka saat Khayla sedang merapikan dasinya.
Pagi ini Raka akan ke ITB serta beberapa urusan kafenya.
Khayla mendongak seraya tersenyum. “Iya, Mas. Lagi pun aku cuma ke rumah umi karena menyambut abi, kok,” ujar Khayla. Raka mengangguk. Jika begitu ia tak perlu khawatir karena ada Farel juga di sana.
“Nanti ajak abi ke kafe aja! Kalau senggang,” pinta Raka tanpa memalingkan tatapannya pada wajah cantik di hadapannya ini.
Khayla merapikan kerah baju Raka membuat laki-laki itu memamerkan lesung pipi couplenya.
“Jangan senyum gitu, ih!” rengek Khayla. Ia hanya tidak kuat menatap lama senyuman indah dari sang suami itu.
Raka mengernyit. “Loh, kenapa? Senyum ‘kan Ibadah,” ujar Raka seraya menyeruput kopinya.
“Apa lagi senyumnya ke istri,” imbuh Raka berbisik membuat rona merah itu kembali menampakkan diri.
“Kamu. Ih!!” rengek Khayla seraya memukul bahu Raka membuat lelaki itu semakin gencar menggodanya.
“Iya-iya maaf. Aku lupa kalau istriku gak kuat digombalin,” kekeh Raka.
“Tapi bagus deh. Dengan begitu enggak akan ada yang berani menggodamu selain aku.”
***
“Abi!!!” teriak Khayla saat melihat Nizam dan Eva baru saja turun dari mobilnya.
Zahra tersenyum tatkala melihat anak dan ayah itu kembali akur. Bukan hanya Khayla yang menyambut, Farel pun demikian yang langsung menyalimi Nizam dan Eva.
Nizam tersenyum seraya memeluk putra dan putrinya itu.“Apa kabar kalian, Nak?” tanya Nizam pada keduanya dalam pelukannya.
“Alhamdulillah. Farel dan Khay baik, Abi. Abi dan Tante Eva bagaimana?” tanya Farel sambil menuntun Nizam masuk.
“Alhamdulillah, abi dan Eva juga baik.”
Pembicaraan kian berlangsung. Zahra dan Eva sendiri tak ada rasa canggung karena sejak awal pun mereka sudah menerima dengan lapang dada. Hanya saja, takdir yang mengirimkan air mata dan sakit hati untuk Zahra tanpa mereka tahu penyebab aslinya.
“Khayla bagaimana? Sudah isi?” Deg. Pertanyaan Eva sukses membuat pipi Khayla bersemu. Ia menunduk menahan senyum malu, sedangkan Farel hanya bisa terkekeh melihat reaksi adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Zaujaty (SUDAH TERBIT)
SpiritualPEMBELIAN NOVEL DEAR, ZAUJATY : Cek link di bio, tekan menu Novel Dear, Zaujaty atau bisa langsung ke WA-ku. - - "Bertemu denganmu adalah cara semesta memberi tahu bahwa ... tidak ada kisah yang berakhir sebelum pamit, kecuali atas nama takdir." -Ra...