Nasihat Malaikat Jibril kepada Rasulallah, “Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati. Cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya. Dan gempalah sesukamu, karena sebenarnya tuan akan diberi balasan.”
[H.R Ath-Thabarani]
- - -
“Mas, bagus banget tebingnya!” pekik Khayla.
Sore ini, Raka mengajak Khayla ke sebuah tebing yang indah. Awalnya memang Khayla takut, tetapi setelah Raka meyakinkan … akhirnya wanita itu bisa takjub dengan pemandangan alam di sana.
“Masyaallah, aku enggak ngerasain takut malah, saking bagusnya,” ucap Khayla tanpa melepaskan gandengan tangannya di lengan Raka.
Raka terkekeh. “Pasti karena ditemani pacar halalmu, ya?”
Blush … lagi, rona merah itu selalu menampakkan diri tatkala Raka memberikan kata-kata manis berupa gombalan yang bisa membuatnya ingin terbang jauh ke angkasa.
“Aneh deh aku, padahal udah dari kecil digombalin terus, tapi tetap aja masih kayak kepiting rebus,” ejek Raka, lengan kanannya dengan sengaja mencubit manja pipi Khayla.
“Ah, kalau kamu ledekin terus mah aku pergi aja,” cicit Khayla hanya untuk menyembunyikan rona merah itu. Raka malah terkekeh. Ia menarik Khayla untuk berdiri di depannya.
Khayla masih mengatur degup jantung yang menggila serta napasnya yang tercekat setiap kali menerima perlakuan manis ini. Raka mengalungkan kedua tangannya di bahu Khayla yang memang lebih pendek darinya. Laki-laki itu menghirup dalam-dalam aroma istrinya, begitu pun dengan Khayla yang sempat memejamkan matanya karena embusan napas Raka yang sangat terasa.
“Aku ingin sepanjang hidupku bersamamu, Adiba,” bisik Raka membuat Khayla meremang.
“Kalau Allah mengizinkan, aku ingin se-surga bersamamu, zaujatiku,” bisik Raka lagi.
Entah apa penyebabnya, air mata Khayla berhasil luruh. Perkataan itu selalu membuatnya tenang. Ah, Raka memang pandai memainkan perasaannya.
“Insyaallah. Kita sama-sama kejar surga-Nya ya, Mas.” Raka ikut meneteskan air matanya. Ia mendaratkan satu kecupan kecil di pipi Khayla.
***
Sore hari dengan udara sejuk mendukung seolah-olah membuat mereka berdua berpikir bahwa Tuhan menciptakan waktu hanya untuk detik ini. Raka benar-benar bersyukur atas nikmat-Nya.
Benar kata bundanya yang pernah berkata, “hidup itu ibarat kamu menanam pohon. Saat ini kamu menanam benihnya, suatu saat kamu akan rasakan suatu kebahagiaan dari Allah tanpa pernah kamu duga.”
Kini, ucapan itu terbukti. Raka berubah baik karena selalu mengingat perkataan Khayla di masa kecilnya. Hingga doa dari Raka selalu tertuju pada nama yang ia sebut Adiba. Doa itu kini sudah terwujud. Bersama Khayla di hidupnya, ia tahu bahwa Tuhan Maha Baik. Meskipun kebahagiaan itu tak menghampiri kita pada detik yang kita inginkan, tetapi … suatu saat kebahagiaan itu akan terelaisasikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Zaujaty (SUDAH TERBIT)
EspiritualPEMBELIAN NOVEL DEAR, ZAUJATY : Cek link di bio, tekan menu Novel Dear, Zaujaty atau bisa langsung ke WA-ku. - - "Bertemu denganmu adalah cara semesta memberi tahu bahwa ... tidak ada kisah yang berakhir sebelum pamit, kecuali atas nama takdir." -Ra...