Hari yang Khayla nantikan tiba. Farel sudah menjemputnya di kediamannya. Namun, berbeda dengan Khayla yang tampak bahagia, Raka justru terus murung ketika Khayla hendak berpamitan.“Jangan cemberut gitu, dong!” goda Khayla sambil terkekeh.
Dalam hati Farel mengucap syukur, adiknya sudah bahagia dengan pilihannya sendiri. Menyaksikan keharmonisan itu mengingatkannya pada perceraian sang abi dan uminya. Namun, Farel selalu berharap keharmonisan Raka dan Khayla akan permanen, tidak seperti keluarganya dulu yang penuh dengan kebohongan hanya untuk menutupi luka.
“Udahlah, Raka! Adiba-nya lo perginya sama abangnya, kok. Cowok yang pertama dia sayang setelah abi itu gue, jadi lo jangan cemberut gitu!” kekeh Farel.
Bayangkan saja! Jangan dibayangin beneran, bahaya. Wajah Raka yang cemberut membuat Khayla tak ingin meninggalkannya. Bukan karena takut marah, tetapi karena wajahnya yang imut yang membuat Khayla gemas sendiri.
Terlintas ide di benak Khayla. Ia mengelus perut buncitnya di depan Raka.
“Calon ayah jangan cemberut, dong! Memang gak malu sama aku?” ujarnya dengan suara lembut seperti anak kecil.
Wajah Raka langsung mengulum senyum. Ia mencubit gemas pipi Khayla membuat tawa lagi-lagi tercipta. Farel hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah absurd pasangan muda ini.
Raka menundukkan tubuhnya mensejajarkan dengan perut Khayla.
“Sayang, jaga BunA, ya! Kamu itu teman BunA, pengganti ayah saat ayah enggak ada.” Deg. Entah kenapa hati Khayla sakit mendengar itu.
“Ma—maksud kamu?” tanya Khayla, Raka malah terkekeh.
“Ya, dua hari nanti ‘kan aku enggak ada sama kamu, jadi kamu sama dia dulu.” Cup! Gemas dengan perut Khayla yang sangat buncit membuat Raka menghujami ciuman di perut Khayla.
“Udah, Mas!” kekeh Khayla.
“Aku pamit, ya?” Raka mengangguk, mengulurkan lengan kanannnya yang disambut hangat oleh lengan Khayla.
“Jaga diri baik-baik! Jaga apa yang seharusnya dijaga! Enggak ada aku, masih ada dia, anggap aja itu aku meskipun belum lahir, ya?” Sungguh, pikiran negatif lambat laun menghampir Khayla.
“Kamu juga! Pokoknya nanti kamu harus jemput aku!” ujar Khayla.
“Soal, hm … dia … aku harap dia memang pengganti kamu saat kamu gak ada di sampingku, serta pengganti aku saat aku enggak ada di sampingmu.” Keduanya tersenyum menampakkan lesung pipi couple itu.
Farel mengendus, ia seperti nyamuk saja. “Setengah jam lagi ya, anak-anak,” cibir Farel.
Raka terkekeh. “HEH! Anak-anak gini udah mau punya anak kali.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Zaujaty (SUDAH TERBIT)
EspiritualPEMBELIAN NOVEL DEAR, ZAUJATY : Cek link di bio, tekan menu Novel Dear, Zaujaty atau bisa langsung ke WA-ku. - - "Bertemu denganmu adalah cara semesta memberi tahu bahwa ... tidak ada kisah yang berakhir sebelum pamit, kecuali atas nama takdir." -Ra...