“Jika dengan berpura-pura bisa membuatku lebih baik, mungkin selamanya kepura-puraan itu akan kulakukan.” —Khayla Adiba Syahla.- - -
“Maaf, Mas. Aku terpaksa menahan demi kebaikan semuanya.”
BRUK!
Khayla ambruk setelah menahan sesaknya, beruntung Farel dengan sigap menahan tubuh Khayla.
“Astagfirullah, Dek?! Kenapa kayak gini?” lirih Farel disertai Nizam.
Andi yang melihat Khayla bersama seseorang yang sempat ia kenali sewaktu pernikahan Raka dan Khayla pun menghampiri mereka. Andi terbelalak tatkala melihat Khayla sudah tak sadarkan diri.
“Astagfirullah! Ini kenapa, Kak?” tanya Andi pada Farel.
Otaknya berputar mengingat Raka bersama Nara—mantan sahabatnya tadi. Andi paham sejenak. Pasti rumah tangga mereka sedang diselimuti ketidakbaikan.
“Mari! Bawa ke ruangannya Raka saja!” suruh Andi.
Taanpa menunggu lama Farel pun menggendong Khayla menuju tempat yang Andi tunjukan. Ruang kerja Raka dengan fasilitas tempat tidur kecil sebagai tempat istirahat Raka sewaktu masih sekolah dulu.
Nizam menggeram melihat foto Raka dan Khayla sewaktu kecil yang terpajang di meja kerja Raka. Mengingat janji Raka dulu … membuatnya sedikit menyesal menyerahkan putrinya pada seseorang yang sudah lama hilang. Ah, sepertinya luka lama itu akan kembali menyeruak.
Sama halnya dengan Nizam, Farel pun sedari tadi menahan amarahnya terhadap Raka. Bisa-bisanya lelaki itu lebih mementingkan seseorang yang haram baginya daripada melindungi sang istri. Bodohnya lagi, sikap Khayla yang ditunjukkan di depan Raka benar-benar jauh berbeda.
Dengan ia seolah kuat, dengan ia seolah menerima dan dengan ia seolah baik-baik saja membuat Farel semakin tak terima dengan perlakuan Raka. Terlebih lagi, Khayla adalah satu-satunya anak perempuan di keluarga mereka, harta berharga bagi Farel dan Nizam, mutiara yang mestinya mereka lindungi, serta intan yang sangat mereka sayangi. Jika mutiara mereka itu retak, mau tak mau hati kecil mereka pun ikut rapuh. Jika intan dan harta mereka tergoreskan, tentu saja amarah tak lagi bisa dibendung.
Ini baru awal untuknya—Khayla. Entah Raka yang tidak peka atau justru Khayla yang terlalu baik pada sesama. Pelajaran yang selalu Zahra ingatkan terus membekas hingga menciptakan Khayla yang terlalu baik meskipun hatinya rapuh.
“Dek?” panggil Farel tatkala Khayla mulai mengerjabkan matanya.
Hal yang pertama Khayla lihat adalah sang abang dengan raut wajah khawatirnya, sedangkan Nizam di samping kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Zaujaty (SUDAH TERBIT)
SpiritualitéPEMBELIAN NOVEL DEAR, ZAUJATY : Cek link di bio, tekan menu Novel Dear, Zaujaty atau bisa langsung ke WA-ku. - - "Bertemu denganmu adalah cara semesta memberi tahu bahwa ... tidak ada kisah yang berakhir sebelum pamit, kecuali atas nama takdir." -Ra...