Jangan lupa vote dan komennya!!
---
“Jika kalian melakukan dosa hingga dosa kalian sampai ke matahari, kemudian kalian bertaubat, niscaya Allah SWT akan mengampuni kalian.” [HR. Ibnu Majah]
- - -
“A—apa? Asma akut?!” pekik Raka di ambang pintu. Air matanya ikut luruh mengingat betapa jahatnya ia pada Khayla.
Raka langsung menghampiri Khayla. Namun, Farel menahan dada Raka agar tak mendekati adiknya.
“Mau apa lo?!” sarkas Farel, Nizam hanya diam menyaksikan, ia percaya pada Farel dan Raka yang bisa mengatasi semuanya.
“Di—Diba … Diba butuh gue, Bang,” kata Raka gemetar seraya menatap Khayla yang menenggelamkan wajahnya di pelukan Farel.
Farel tersenyum remeh. “Butuh? Bahkan dia sakit pun lo gak peduli. Lantas apa yang dia butuhkan dari lo?!”
Jleb. Perkataan itu menusuk relung hati Raka. Tatapannya berubah sendu pada Khayla. Ingin sekali ia memeluk wanita itu.
“Please, Bang, izinin gue,” kata Raka memohon.
“Lo ingat janji lo sebelum lo nikahin adik gue? MANA JANJI ITU, ZIDAN?!” bentak Farel membuat Raka terdiam.
“Gue tahu lo pernah berubah buruk karena masalah keluarga lo sebelum lo kembali ke jalan Allah, tapi enggak gini caranya lo perlakukan Khayla, Zidan!” bentak Farel lagi.
“Lo rawat batu untuk menghempaskan mutiara? Otak lo di mana, hah?!” sarkas Farel. Lagi-lagi Raka hanya terdiam.
“Eng—enggak gitu, Bang. Tadi gue cuma tolongin Nara,” ujar Raka membela diri.
Farel berdecih. “Jelas-jelas lo lihat Khayla kesakitan, bo**h!”
“Please, Bang, izinin gue ngomong sama Adiba.” Raka berlutut membuat Farel tersentak.
“Gue akan jelasin semuanya. Tolong, Bang,” kata Raka. Baru kali ini ia berlutut pada sesama lelaki.
Khayla melihat itu, hatinya terenyuh melihat Raka yang memerjuangkannya sampai rela berlutut seperti ini.
“Bang, izinin Mas Zidan, ya? Nanti biar Khay pulannya bareng Mas Zidan aja,” ucap Khayla seraya menghapus air matanya. Raka mendongak, entah terbuat dari apa hati Khayla ini.
“Kamu benaran enggak apa-apa?” tanya Farel khawatir.
“Khay udah enggak apa-apa, Bang, Abi. Lagian, Mas Zidan ‘kan suaminya Khayla,” ucapnya seraya memamerkan lesung pipinya.
“Biarkanlah, Farel! Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri,” ujar Nizam. Farel mengangguk lalu membersihkan jejak air mata di mata Khayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Zaujaty (SUDAH TERBIT)
EspiritualPEMBELIAN NOVEL DEAR, ZAUJATY : Cek link di bio, tekan menu Novel Dear, Zaujaty atau bisa langsung ke WA-ku. - - "Bertemu denganmu adalah cara semesta memberi tahu bahwa ... tidak ada kisah yang berakhir sebelum pamit, kecuali atas nama takdir." -Ra...