DMZ | 18. Batal atau Lanjutkan?

3.9K 422 41
                                    

Terima kasih yang udah spam di part sebelumnya! 😭❤

Mau spam lagi, boleh bangett, wkwk, gak maksa kok:'

Sesuai janji, aku up 1 part lagi yaa.

Sesuai janji, aku up 1 part lagi yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Singkatnya, keluarga adalah harta paling berharga melebihi sedugang tahta.”

—Dinda Nur Oktavia

- - -

“Ayah, hiks … ayah kecelakaan.” Deg. Raka melemas detik itu juga.

Meskipun ia membenci sikap ayahnya, bukan berarti dia membenci raga ayahnya. Tubuh Raka seketika lemas, begitu pun dengan Irlen yang langsung terhuyung ke belakang, beruntung Andi sigap menolong Irlen.

“Sekarang di rumah sakit Budiana,” ucap Arini lirih. Raka tak bisa berbuat banyak, ia hanya bisa memeluk Arini untuk menenangkan.

“Sebentar, ya.” Raka melonggarkan pelukannya, ia beralih menatap Nizam yang mengernyit dengan berita ini.

“Abi, maaf, kalau boleh … Zidan mau minta izin untuk menjenguk ayah sebentar. Mau bagaimanapun, ayah adalah orang tua Zidan, Abi. Zidan akan melanjutkan akad ini setelah memastikan ayah baik-baik saja,” ujar Raka.

Nizam tersenyum. Lelaki ini yang ia cari, lelaki yang memprioritaskan orang tuanya se-penting apa pun acara yang ia hadapi.

“Pergilah, Nak! Abi menunggu kamu kembali untuk Khayla,” ujar Nizam seraya memeluk Raka untuk menguatkan.

Ya Allah … kabar apakah ini? Hari yang semestinya bersejarah indah bagi Raka, kini berbalik menyakitkan.

Khayla digiring keluar bersama Zahra untuk melihat apa yang terjadi. Namun, yang ia lihat justru Raka yang berpelukan dengan seorang gadis berhijab abu-abu itu. Ada rasa sesak yang menyayat, ada rasa ingin menangis melihat adegan itu. Terlebih, Khayla tahu Raka pernah berpacaran sebelumnya.

Raka beranjak seraya menenangkan Irlen dan Arini meninggalkan Khayla yang mematung.

“Umi …,” lirih Khayla dalam pelukan Zahra. Air matanya berhasil luruh tanpa aba-aba.

“Tenang ya, sayang!” Hanya itu yang bisa Zahra katakan. Sampai Nizam dan Farel menghampiri mereka.

“Abi ….” Khayla memeluk erat Nizam, sementara Nizam hanya bisa mengelus pipi putrinya itu.

“Sabar, ya! Semua akan baik-baik saja. Khay berdoa sama Allah agar Zidan kembali secepatnya,” ujar Nizam.

Bukan itu yang Khayla sakiti, melainkan ketika Raka pergi dengan pelukan sang gadis tanpa ia tahu siapa gadis itu yang sebenarnya.

Dear, Zaujaty (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang