DMZ | 6. Mencari Tahu

6.1K 681 62
                                    

Nepatin janji double up, hihi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nepatin janji double up, hihi.
Baca bismillah dulu sebelum baca part ini :)
Warn! Adegan di part ini hanya untuk membantu alur cerita, jangan ditiru okay!
Jangan lupa vote dan komennya!

- - -

"God always listening."

—Dinda Nur Oktavia.

- - -

"Gue enggak bisa dihantui rasa penasaran kayak gini terus, gue harus cari tahu siapa Khayla sebenarnya," gumam Raka. Setelah menginap di rumah Andi, ia langsung pulang tatkala dirinya sudah sedikit tenang.

"Assalamualaikum," sapa Raka yang hanya ada Irlen di sana.

"Waalaikumsalam. Ya Allah, Raka. Kamu ke mana aja dari kemarin, sayang?!" pekik Irlen sambil mengelus pipi Raka yang sudah duduk di sebelahnya.

"Raka nginap di rumah Andi, Bun," ujar Raka.

"Nak, bunda mohon kamu jangan sampai salah pergaulan," ucap Irlen khawatir. Nada bicaranya yang sedikit sendu membuat jiwa keibuannya semakin terlihat.

Raka tersenyum. "Bunda tenang aja! Senakal-nakalnya Raka, Raka tetap ingat salat kok, Bun," ujarnya membuat senyuman Irlen terbit.

"Bun, Raka nemuin gadis yang mirip banget sama Adiba," ujar Raka.

"Masyaallah, Nak, jadi kamu masih cari Adiba sampai sekarang?" Raka mengangguk, tentu saja ia akan berikhtiar sebisanya.

"Bunda tahu 'kan janji adalah hutang? Dulu Raka pernah janji buat temuin Adiba kembali, Bun. Raka enggak bisa tenang sebelum ketemu sama Adiba. Meskipun Adiba sudah punya kehidupan lain, setidaknya Raka tahu dia baik-baik aja," ujar Raka.

"Kalau hati kamu yakin gadis itu adalah Adiba, coba kamu tanyakan baik-baik." Raka mengangguk, saran bundanya memang selalu tepat.

***

Minggu sore Raka dan Andi bermain di sekitar perumahan Griya Asri dekat rumah Andi. Mereka sedang menunggu Reza datang karena rumah Reza lumayan jauh dari sana.

Raka melihat seorang gadis sedang menggiring banyak anak jalanan menuju Masjid dengan pakaian mereka yang sudah bersih, seolah bersiap menandakan mereka ingin belajar mengaji.

"Gue jadi keingat Adiba," gumam Raka. Andi menoleh pada objek yang ditatapnya.

"Kenapa?"

"Dulu, gue malas banget buat belajar ngaji, sampai bunda nyuruh Adiba buat datang ke rumah ngajarin gue. Bahkan, buat bedain tsa dan sya aja lidah gue susah." Raka terkekeh mengingat memori yang melintas itu. Setiap kali ia melihat senyuman Khayla, ia selalu teringat tentang Adiba.

"Gue harus ngomong sama Khayla," batin Raka.

Selepas salat asar bersama Andi, Raka berniat menemui Khayla yang berada di samping Masjid. Sedangkan Andi menunggu kedatangan Reza di depan Masjid.

Dear, Zaujaty (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang