Nyatanya, angan Raka tak terealisasikan dengan cepat. Allah belum meridainya untuk dipertemukan kembali dengan sahabat kecilnya itu.
Mendengar Adiba telah pergi entah ke mana bersama dengan uminya, Raka semakin bingung untuk mencari gadis itu ke mana. Padahal, di sisi lain Khayla sendiri sudah menunggu laki-laki itu hadir sejak kehilangan 12 tahun lalu. Dia ... tetap menanti kehadiran sahabat kecilnya.
"Apa aku terlambat, Diba? Apa Allah sudah tidak mengizinkan kita untuk kembali bertemu?" gumam Raka.
Banyak kenangan indah di halaman kedua rumah yang berseberangan jalan itu. Raka semakin merindukan sosok Adiba.
"Kalau Allah enggak mengizinkan kamu untuk berjodoh denganku, setidaknya aku hanya ingin dipertemukan kembali dengan sebatas sahabat, Diba, aku rindu kamu yang bawel ...," lirih Raka.
Tepat saat itu juga lamunnya terbuyar oleh kedatangan Nizam yang sangat ia kenali.
"Abi? Assalamualaikum, Abi," ucap Raka sambil meraih lengan Nizam untuk ia cium, sedangkan Nizam mengernyit, ia tak kenal dengan sosok pemuda itu.
"Siapa kamu?" tanya Nizam.
"Saya Raka—eh, Zaidan, anaknya ayah Ardian. Abi ingat?" tanya Raka.
"Masyaallah ... ZAIDAN?!" pekik Nizam sambil memeluknya ala laki-laki.
"Sudah besar sekali kamu, Nak. Apa kabarmu dan keluarga?" imbuhnya.
"Alhamdulillah Zidan dan keluarga baik, Abi. Zidan ke sini mau bertemu Adiba, tapi kata tetangga, umi dan Adiba sudah pergi, apa maksudnya, Abi?" tanya Raka, Nizam menggiringnya untuk duduk di pilar rumahnya, tempat yang dulu sering Raka habiskan untuk menjahili Adiba.
"Sebenarnya ... abi dan uminya Adiba sudah bercerai." Deg. Raka melongo detik itu juga. Bagaimana bisa ... keluarga yang dulu sering menggiringnya dalam kebaikan itu kini telah hancur?
Dua belas tahun lalu, semuanya masih utuh, tetapi sekarang ... semudah itu Allah menghancurkan sebuah pertahanan.
"Ya Allah, Abi, terus sekarang Diba dan umi tinggal di mana?" tanya Raka, Nizam menggeleng.
"Abi belum tahu mereka pergi ke mana. Yang jelas, kelak mereka akan mengabari Farel ataupun abi jika mereka sudah siap untuk melepas rindu," kata Nizam seraya tersenyum getir.
"Abi ada urusan, maaf meninggalkanmu. Abi ke sini hanya untuk mengambil berkas. Kamu hati-hati ya, Nak, semoga kamu bisa bertemu kembali dengan Adiba," imbuh Nizam.
"Aamiin Ya Allah."
***
"Aku harus cari kamu ke mana lagi, Diba?" gumam Raka.
Lama ia melamun di perjalanan, kawasan Malioboro lebih tepatnya.
Suara merdu di sebuah tempat ibadah bernama Masjid berkumandang, menandakan sudah masuk waktu magrib. Raka selalu teringat perintah Adiba dulu yang sering menyuruhnya salat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Zaujaty (SUDAH TERBIT)
EspiritualPEMBELIAN NOVEL DEAR, ZAUJATY : Cek link di bio, tekan menu Novel Dear, Zaujaty atau bisa langsung ke WA-ku. - - "Bertemu denganmu adalah cara semesta memberi tahu bahwa ... tidak ada kisah yang berakhir sebelum pamit, kecuali atas nama takdir." -Ra...