DMZ | 32. Kebahagaiaan atau Firasat?

3.3K 327 28
                                    

“Jika hidup adalah pilihan, maka takdir adalah ketentuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jika hidup adalah pilihan, maka takdir adalah ketentuan. Jika waktu adalah hal yang sangat berharga, maka usaha adalah hal yang harus kita punya.”

—Dindanurokta.

- - -

“Mas,” panggil Khayla.

5 bulan usai Khayla dinyatakan positif hamil … keduanya kian membaik. Baik Raka maupun Khayla seolah pasangan baru yang terus romantis tanpa mengenal tempat.

“Apa, sayang?” sahut Raka yang masih berkutat dengan laptop dan berkas-berkas laporan kafenya.

Wanita hamil itu mendesis. Bisa-bisanya ia dicampakkan oleh Raka.

“Kamu mah, ih! Orang lagi ngomong juga malah selingkuh,” cibir Khayla.

Raka mengernyit. “HAH?! Mana ada aku selingkuh, sayang! Aku gak mungkin sayang sama cewek lain,” sergah Raka yang langsung menaruh laptopnya di nakas.

Khayla terkekeh. “Selingkuhan kamu tuh putih, selalu kamu lihatin terus, udah gitu berguna lagi.” Raka semakin melongo, apa-apaan istrinya ini? Menuduh hal yang tak seharusnya.

“Yang! Aku enggak gitu, ya! Aku gak butuh cewek putih tapi akhlaknya nol,” sergah Raka lagi membela diri.

Khayla pura-pura cemberut. “Ya itu tadi … kamu sibuk sama berkas-berkas. Kan kertas HVS putih, berguna buat nulis atau ngetik, terus kamu lihatin terus, bahkan saat aku ngomong pun,” ungkap Khayla.

Raka membuang napas lega. Nyaris saja ia mengira Khayla menuduhnya selingkuh. Karena kesal, Raka menarik hijab Khayla dan ikat rambut Khayla hingga rambut panjang itu teruraikan. Lagi pun, di kamar itu hanya ada mereka berdua.

“MAS!!!” teriak Khayla merengek. Meminta ikat rambutnya dikembalikan.

Raka terkekeh dan langsung mengantongi ikat rambut itu di saku celananya membuat Khayla mendelik tajam.

“Mas mau selingkuh,” ucap Raka membuat Khayla melotot tajam.

“Mas mau selingkuh dari Adiba ke Khayla.” Wanita itu mendelik dan langsung memukul bahu Raka kencang.

“Kalau lagi gak pakai kerudung beda banget sama Adiba yang mas kenal, apa lagi kalau rambutnya terurai,” kekeh Raka.

“Jadi, kalau kamu lagi pakai kerudung … berarti mas lagi sama Adiba. Kalau kamu lagi buka kerudung, mas selingkuh sama Khayla,” kekeh Raka lagi.

“MAS, IH! Gak lucu bercandanya!” sarkas Khayla.

“Balikin ikat rambut aku!” imbuh Khayla.

“Gak mau. Mas ‘kan mau pacaran sama Khayla dulu,” goda Raka.

“Udah, ah, bercandanya! Katanya mau ngajak aku makan malam di luar,” rajuk Khayla. Karena terlanjur kesal, Khayla beranjak dari kasurnya menuju meja riasnya untuk mengambil ikat rambut baru.

Dear, Zaujaty (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang