DMZ | 1. Inginku ... Menemukanmu

9K 951 109
                                    

“Jika sesuatu yang sudah pergi memang tidak bisa kembali, kamu harus percaya … suatu saat Allah akan menghadirkan sesuatu yang lebih baik dan indah untukmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jika sesuatu yang sudah pergi memang tidak bisa kembali, kamu harus percaya … suatu saat Allah akan menghadirkan sesuatu yang lebih baik dan indah untukmu.”


—Zahra Asyahla.

-
-
-

D.I Yogyakarta

Brak!

“Astagfirullah,” puji Zahra. Menangis mungkin yang bisa ia lakukan tatkala mengingat keluarga yang sudah 20 tahun ia bangun, kini harus diambang kehancuran.

Bingkai yang jatuh dan hancur, seolah menjadi pertanda untuk keluarganya.

Suasana malam harusnya memberi kebahagiaan dan keharmonisan, tetapi tidak untuk seorang gadis bernama Khayla Adiba Syahla.

Sejak kejadian dua belas tahun lalu, Adiba tidak mau lagi dipanggil Adiba, melainkan ingin dipanggil dengan nama awalnya dengan alasan nama itu adalah panggilan khusus dari Zaidan di masa kecilnya.

Waktu yang terus berlalu … membuat banyak perubahan. Begitu pun di kehidupan Khayla, keluarganya sudah tak seharmonis dahulu, ia kehilangan perhatian dari sang ayah karena ayahnya punya istri kedua.

Malam ini, Zahra menerima kabar yang sangat buruk, kabar yang menyayat hatinya, meruntuhkan pertahanannya untuk tetap bertahan.

Surat dari pengadilan agama yang baru saja ia dapatkan. Karena perempuan itu … suaminya tega menceraikannya.

“Khay, bereskan baju kamu, ya! Besok kita akan pindah dari sini,” ujar Zahra berusaha menyembunyikan raut sedihnya. Mau bagaimanapun, Khayla kini sudah dewasa dan mengerti tentang apa yang dialami uminya.

“Kita pindah sama abi dan bang Farel juga ‘kan, Umi?” Zahra tersenyum sambil mengelus surai hitam Khayla yang tak tertutup hijab.

“Kita sudah tidak bisa bersama mereka, sayang,” ucap Zahra tiba-tiba sambil mendudukan dirinya di kasur Khayla. Khayla menegang, menatap dalam-dalam mata Zahra untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

“Ke—kenapa, Umi?” tanya Khayla, matanya mulai berlinang tatkala melihat raut wajah uminya, ia mengerti apa maksudnya.

“Abimu sudah menggugat cerai umi, besok kita pindah ke Bandung, abangmu tidak ikut karena hak asuhnya jatuh ke tangan abimu. Awalnya kamu pun harus ikut dengan abi, tapi umi memaksa,” ujar Zahra.

Berusaha kuat di hadapan putrinya adalah hal yang sulit untuknya.

Khayla tersentak, ia memang sudah tahu abinya mempunyai dua istri, tetapi ia tak menyangka bahwa abinya akan tega meninggalkan uminya. Entah apa masalahnya Khayla tidak tahu, ia memeluk Zahra untuk menguatkan, karena hanya inilah yang bisa ia lakukan.

Dear, Zaujaty (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang